CHAPTER 13

1.3K 84 0
                                    


" eh, Lho? Descya, Reihan, Mas Juna. Kapan kalian datang? Kok gak bangunin Dirga sih. " ujar Dirga saat dia terbangun dari tidurnya dan melihat sosok kami bertiga ketika kami masih sibuk ngobrol di sofa dengan mas Bejo dan yang lain.

" Dirga? Elo udah beneran sadar? " sahutku sambil mencoba berdiri. Mas Juna dan Reihan dengan sigap membantuku untuk mendekati ranjang Dirga.

" Des! "

Walau mas Juna sempat mengomel karena aku mencoba berdiri dengan tiba – tiba, dan melupakan bahwa kaki ku yang sedang cedera. Membuatku meringis meminta maaf karena kembali ceroboh dam melupakan fakta bahwa kakiku sedang cedera. Kami bertiga di ikuti oleh pak Zam, Mas Bejo, laoshi dan juga Hyunbin akhirnya berjalan mendekat menuju ranjang Dirga.

" iya lah Des. Dari kemaren gue sadar nih. Elo bertiga malah baru jenguk sekarang. Gimana sih. " ujar Dirga sambil mencoba duduk di ranjang, di bantu oleh Reihan yang beranjak terlebih dahulu menuju ranjang Dirga setelah posisinya yang membantuku berjalan di gantikan oleh mas Bejo.

" Ngomong – ngomong kenapa kaki elo Des? Pake harus di bopong segala? Mana di bebat segala lagi tuh kaki elo. " ujar Dirga yang melihat aku masih harus di bantu mas Juna dan mas Bejo berjalan secara perlahan, sedangkan Laoshi, Hyunbin dan pak Zam sudah berada di sisi tepi ranjang Dirga mendahului aku, mas Juna dan mas Bejo.

" tuh, tanya temen elo yang caplang itu tuh kenapa gue begini. " ujarku menunjuk Reihan yang berada di sisi ranjang Dirga dengan mulutku.

Sampai akhirnya aku, mas Bejo dan mas Juna sampai di tepi ranjang Dirga,menyusul yang lain. Mas Juna dan mas Bejo langsung mendudukkanku di salah satu kursi yang kosong yang berada di samping ranjang Dirga.

" Sorry deh Des. Mana gue tau tuh anak nyerang elo karena suka sama gue. " sahut Reihan minta maaf padaku dan kemudian menjelaskan semuanya pada Dirga.

Membuat Dirga yang mendengarkan ceritanya tertawa terbahak – bahak sampai harus di tegur oleh Laoshi yang takut luka tembak di badan Dirga terbuka lagi akibat badannya yang terguncang karena terlalu keras tertawa. Membuatku terdiam sambil memandang Dirga dengan tatapan yang sangat bersalah karena kembali teringat Luka tembak itu di sebabkan oleh kelakuan Dirga menolongku.

" bokap nyokap elo mana? " tanya mas Juna yang sejak tadi berdiam diri dan tidak mau menjauh dari sisiku sedikitpun walau aku sudah duduk manis di kursi yang ada di samping ranjang Dirga. Tumben sekali mas Juna tak bermain handphonenya kali ini dan justru memperhatikanku dalam diam sebelum akhirnya bicara dengan Dirga.

" tadi pulang dulu sebentar mas ke hotel. Mereka di suruh pak Zam dan Laoshi buat istirahat. Jadi pak Zam dan yang lain gantian jagain gue sampai malam. Ntar baru orangtua gue balik lagi ke sini. " jawab Dirga.

*****

Cukup lama aku duduk terdiam menundukkan kepala dan memainkan kesepuluh jariku dan tak memperdulikan Dirga yang sibuk bercanda dan ngobrol dengan yang lainnya. Aku bahkan sama sekali tak berniat untuk ikut bercanda dengan yang lain.

Rupanya keanehan sikap diamku ini di perhatikan oleh Pak Zam, Laoshi, dan Mas Bejo yang bingung karena kelakuanku yang tak seperti biasanya. Mereka saling berpandangan dan mengangguk bersamaan dengan satu kesimpulan yang sama.

" Bapak mau pergi sebentar ya. Ada yang harus bapak urus. Baik - baik kalian di sini ya. " ujar Pak Zam pamit dan langsung melangkah pergi meninggalkan kami tanpa menunggu jawaban kami.

" Oh iya, Laoshi juga pamit pergi ya. Ada yang Laoshi mau tanyakan pada Dokter tentang perkembangan dari kondisi Dirga. Ayo Ge, ikut. " ujar Laoshi sembari menyeret Hyunbin untuk pergi meninggalkan ruangan Dirga.

304 TH STUDY ROOM 01 (FAN FICT) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang