CHAPTER 24

942 61 10
                                    

" Rei. " panggil ku padanya.

Begitu kami semua sudah selesai makan dan sedang menunggu pesanan beberapa dessert yang baru saja kami pesan. Panggilan ku padanya pun langsung membuat dirinya yang awalnya masih sibuk ngobrol dengan mas Bejo dan juga Dirga akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah diri ku dengan pandangan bertanya di wajahnya.

" ya? kenapa Des? " sahut Reihan sambil memandang ke arah ku yang ada di hadapannya.

" trus keadaan elo sama orang tua elo gimana sekarang? Udah pada baikan kan? " tanya ku pelan sembari melihat bagaimana kondisi Reihan saat ini. Jujur saja aku sangat penasaran dengan bagaimana kelanjutan masalah Reihan dengan kedua orang tuanya kali ini.

" mau tau banget, Des urusan orang. Usil amat sih elo nih. " tegur mas Juna lembut sambil melirik ke arah ku yang justru sedang memandang Reihan dengan pandangan bertanya dan tak lupa mengacak – acak rambut ku perlahan, membuat rambut ku sedikit menjadi berantakan.

Sepertinya mas Juna tak benar - benar menegur ku dengan serius barusan dan hanya menegur dengan bercanda saja dengan di tambah salah satu tangan terangkat ke atas kepaku sembari mengacak - acak rambut ku yang masih terikat dengan rapi dan menjadi agak sedikit berantakan.

" duh mas Juna. Apaan sih mas. Berantakan nih rambut gue. Gue kan cuma penasaran aja mas. Lagian Reihan juga gak papa kok kalo gue tanya. Kok mas yang ribut sih. " Elak ku sembari melepaskan tangannya dari puncak kepala ku sambil mencibir ke arah mas Juna dan membereskan rambut ku yang berantakan karena di acak – acak oleh mas Juna.

Mas Juna yang melihat balasan kelakuan ku kepadanya pun hanya memandang ke arah ku dalam diamnya dan tersenyum tipis sambil menaikkan kedua alis tebalnya sembari meminum kopi yang sedari tadi sudah dia pesan tadi.

Dirinya tidak berminat sama sekali untuk membalas cibiran yang terlontar dari bibir ku, yang memang ku arah kan kepada dirinya yang ada di samping ku.

" ya gak gimana – gimana juga sih Des. Gue sebenernya sempet merasa kecewa sama orang tua gue karena mereka berdua nyembunyiin masalah sepenting ini dari gue. Selama ini gue selalu beranggapan ya kalo gue ini anak mereka berdua. Tapi ternyata, ya gitu. Cuma yang gue sesalin, kenapa juga mereka harus nyembunyiin hal ini. Justru harusnya lebih awal gue tau lebih baik. Setidaknya, dari dulu kan gue bisa sedikit lega kalo tau gue bukan anak haram atau anak pembawa sial di keluarga besar gue. " sahut Reihan menjawab pertanyaan yang ku lontarkan.

" huss. Omongan elo Rei. Tuh mulut sembarangan banget kalo ngomong. Pake ngomong anak haram segala sama pembawa sial. " tegur ku refleks pada Reihan dengan agak sedikit keras, karena terkejut mendengar omongannya barusan tentang dia yang menganggap bahwa dirinya adalah anak haram dan anak pembawa sial.

" ya mau di gimanain lagi. Emang kenyataannya gitu kok Des. Kuping gue udah terlalu sering denger mereka semua bilang kalo gue itu anak haram. Bukan anak kedua orang tua gue. Dan gak sedikit pula yang bilang kalo gue itu anak pembawa sial buat mereka, karena gue beda sendiri dari semua keluarga gue. Jadi ya udah sih. Sekarang udah kebal gue di omongin gitu sama mereka. " sahut Reihan santai sembari membela diri saat aku tegur dengan sedikit keras.

" Reihan Rizaski, kalo elo terus – terusan selalu aja dengerin semua omongan segelintir orang – orang yang benci atau enggak suka sama elo dan hidup elo. Kapan elo punya waktu buat dengerin semua ucapan orang yang selalu perduli sama elo, juga perduli sama hidup elo sampai saat ini? Orang – orang yang selalu ada buat elo dan selalu ngedukung elo di saat apa pun? Elo mau tutup mata dan tutup telinga sama itu semua? " tanya ku pada Reihan dan membuat otomatis Reihan sama sekali tidak bisa menjawabnya. Skak mat.

*****

" Rei, gak ada yang namanya anak haram di dunia ini. Semua anak itu pada dasarnya sama. Sama – sama punya orang tua. Seorang anak gak di lahirkan hanya untuk menanggung semua apa yang terjadi dengan orang tuanya. Anak yang baru terlahir itu dalam kondisi yang baik dan suci, tanpa dosa. Jadi gak ada tuh namanya anak haram apalagi anak pembawa sial. Lagian nih ya. Mungkin aja orang tua elo mikirin gimana nasib elo ke depan kalo sejak kecil elo tau semua kebenaran yang ada. " tambah ku kepada Reihan.

304 TH STUDY ROOM 01 (FAN FICT) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang