HOPE YOU LIKE IT.•••
Akankah dunia lebih baik andai semua kita selalu kuasa mengucapkan selamat tinggal?
Kalimat di atas benar-benar tanda tanya tersulit. Sepanjang angin membawaku terbang dalam kabin sejuknya hingga mengantarkan akuーsi serpihan putih yang untung saja masih utuh setelah berkelana pada ketinggian dalam rapuhーmenuju pemberhentian semestinya berada. Lagi-lagi tidak ada satu kata pun yang hendak hinggap sebagai jawaban.
Mana bisa aku bertanya pada teman ataupun kerabatku lagi. Mereka telah pergi. Begitulah siklus hidup kami. Berputaran pada atmosfer yang satu: datang untuk pergi kembali.
Namun, kami menjunjung tinggi suratan begini. Berkelana menyaksikan opera penjuru alam raya hingga berlabuh pada peraduan masing-masing untuk membangun kehidupan baru. Meski sejatinya kami tidak pernah benar-benar siap untuk segalanya.
Aku jadi teringat Langit yang pernah mengeluh dalam sapaannya padaku. Ia menginterupsi penerbanganku sejenak kala itu, menyatakan keiriannya padaku yang akan memulai hidup baru hanya di satu tempat.
"Jalan hidup—kita tak punya kuasa akan itu,"
"Ketika kau mencintai seseorang, kau memang memiliki segala tentangnya, tapi tetap saja kau tak memiliki jalan hidupnya bahkan dirinya sendiri,"
"Lupakah kau tentang sabda bahwa masing-masing kita terlahir untuk sebuah misi istimewa yang berbeda? Lagian kita tak pantas mengeluh, Langit. Aku tanya, siapa saja yang punya singgasana biru yang megah selain kau di antara semua ciptaan-Nya?"
Dan ia hanya terdiam.
Percayalah, aku tidak pernah menyesali serpihan putihku terbang dalam kerapuhan untuk menyibak tabir jalan yang menjauh.
Tumbuh teguh sendirian, menjunjung setia angin membawa kelopak rapuh yang menyembunyikan tangguh sesungguhnya menuju seluruh penjuru.
Lalu berujung pada perhentian senja, hendaknya hinggap di mana raga ini disuratkan pula dituju.
Sungguh, ada satu peristiwa di antara mereka yang pernah kulalui. Menempatkanku pada dermaga waktu yang membuat hati lara meski ingin senantiasa menepi. Memberiku hakikat perkara meninggalkan dan ditinggalkan.
Ah, tampaknya akan lebih baik jika aku menceritakan satu kisah pada kalian sehingga barangkali di akhir cerita ini dapat menyimpulkan jawaban dari pertanyaan di atas.
Berkenankah kalian mendengarku?
Ini tentang aku yang pernah ditempatkan pada satu peristiwa yang mewujudkan hati lara.
Ini perihal aku yang pada akhirnya tiada mampu melupa kala menjelma saksi bisu sebuah kisah. Kisah renjana yang sesungguhnya milik seorang perempuan yang terlanjur mencintaiku selamanya.
Sebelumnya, hampir saja terlupakan.
Namaku Dandelion, yang tak selayaknya disandingkan dengan asoka, tulip, lily, alamanda, atau yang lainnya. Namun, satu hal yang mesti kalian ketahui. Akulah yang paling mengerti perihal meninggalkan dan yang ditinggalkan. Meski tetap saja aku tak ahli menyambut yang datang atau yang pergi dan tak kembali.
Selamat mendengarkan.
𝄞Playlist:
♫Rumpang-Nadin Amizah♪
♫Ragu Semesta-Isyana Sarasvati♪
♫Dear Diary-Feby Putri♪
♫Amin Paling Serius -Nadin Amizah♪
♫Moving On-Kodaline♪
жжжжжжж
terima kasih telah menyempatkan membaca cerita ini, ataupun yang tak sengaja mampir barangkali. thankies, vren.
jangan lupa vote + comment jika menyukai cerita ini🍀
жжжжжжж
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Renjana
RomanceDear Ilahi, Banyak manusia-Mu bilang, kami tidak pernah tahu apa yang kami miliki sampai hal itu hilang. Namun, bagaimana jika dia tidak pernah benar-benar hilang? ••• ❝ My heart is mute.❞ ❝ Then i must speak for it.❞ ••• All rights reserved 2019 by...