📌JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA📌
Hope you like it🍀•••
𝓘rama ketukan sepatu Meyra membayangi langkahnya ketika menginjakkan kaki di kantor Gibran. Hanya hitungan jari dia mengunjungi pria itu di kantor, semua pun atas permintaan Gibran. Berbeda dengan hari ini. Tanpa memberitahu dahulu, Meyra berniat ingin mampir sebentar menjumpai Gibran karena kebetulan dia baru selesai mengunjungi salah satu toko buku tak jauh dari kantor Gibran yang akan menjadi tempat peluncuran novel terbarunya esok lusa. Apalagi dua hari belakangan pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di kantor.
Meyra membalas anggukan ramah dari dua orang wanita di balik meja resepsionis yang menyapanya. Sebagian karyawan kantor ini bahkan pimpinan Gibran telah mengetahuinya. Namun, entah bagaimana bisik-bisik yang mewabahi ke penjuru kantor ini, dirinya justru dikenal sebagai kekasih Gibran.
Namun, sudahlah. Gibran juga tak pernah protes akan hal itu.
"Eh, ada Humaira-nya Iban," Sebuah suara yang tak asing menyusuli Meyra saat pintu lift terbuka.
Meyra meninju pelan lengan lelaki berwajah super mengkilat dengan potongan rambut spiky yang berdiri di sampingnya itu. Perkenalkan, namanya Joni yang hanya mau dipanggil John. Dia adalah teman akrab Gibran sekaligus manajer pemasaran kantor ini.
Omong-omong mengenai panggilan Humaira tadi, mau tahukah kalian? Jadi, itu adalah nama kontak Meyra di ponsel Gibran. Ah, katanya sih, itu adalah pelesetan dari namanya biar berbau Arab begitu. Namun, Meyra tak pernah mengambil pusing.
"Kenapa sepi sekali di jam istirahat seperti ini?" tanya Meyra bersandar pada dinding elevator yang bergerak naik. Dia juga bingung saat ini di dalam lift hanya ada John dan dirinya. Semestinya para karyawan akan berlalu-lalang untuk sekadar pergi makan siang sesaat.
John memiringkan kepalanya, "Kau akan melihatnya nanti. Lagian tanyakan saja pada Habibi-mu." Pria di sampingnya itu terkikik geli.
"Hei, Habibi siapa?"
"Siapa lagi? Pasangan untuk panggilan Humaira yang romantis iyalah Habibi. Kau kenapa menyukai nuansa Arab gitu sih, Mey?" John meneliti wajah Meyra penasaran.
Segera Meyra mendorong pelan tubuh John sedikit menjauh.
"Sejak kapan? Tanyakan saja pada Habibi-mu itu?" balas Meyra sewot mengulang perkataan John. Ingin rasanya dia muntah akibat menahan geli atas panggilan yang asal disebut oleh John.
Kemudian denting suara pintu lift menyahut. Meyra cepat-cepat melangkah keluar meninggalkan John. Dia terlalu malas meladeni keusilan teman akrab Gibran yang satu itu.
"Bye, calon istri Gibran yang baik!"
Meyra masih dapat mendengar seruan John yang cukup keras sehingga membuat beberapa karyawan di lantai tersebut beralih dari layar komputer untuk memandanginya. Ia tahu mengapa John meledeknya seperti itu.
Sial.
Dia menurunkan pandangan pada apa yang ditentengnya. Harusnya dia membawa tas lebih besar biar kotak bekal yang ia bawa bisa dimasukkan.
Meyra berjalan menuju ruangan Gibran. Pantas saja di lantai dasar sangat kosong melompong, ternyata semua karyawan masih berkutat di balik cubicle masing-masing dengan tumpukan kertas yang berserak dimana-mana. Bahkan sebagian orang yang dilihat Meyra kini tampak berlari-lari dengan menggendong gundukan map yang menggunung.
Ketika jemari Meyra hendak menurunkan tuas pada daun pintu yang tegak menjulang dan kokoh dengan ukiran rumit khas sekali mencirikan markas utama Archipelago Group yang bergerak di industri perhotelan dan pariwisata, lagi-lagi sebuah suara mengusiknya lebih dahulu. Kali ini terdengar suara perempuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/171082143-288-k745280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Renjana
RomanceDear Ilahi, Banyak manusia-Mu bilang, kami tidak pernah tahu apa yang kami miliki sampai hal itu hilang. Namun, bagaimana jika dia tidak pernah benar-benar hilang? ••• ❝ My heart is mute.❞ ❝ Then i must speak for it.❞ ••• All rights reserved 2019 by...