📌JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA📌
Hope you like it🍀
•••
𝓜ungkin hanya Tuhan yang tahu segalanya tentang apa yang kuingin dan apa yang kubutuh. Tuhan, mereka segalanya untukku, kumohon iringi dalam cahaya-Mu. Karena, aku bisa apa? Jika sejauh aku memahami hati ini, tetap saja berat kepadanya.
•••
Lagi. Meyra menutup jurnal birunya. Kemudian, kalian pasti tahu apa selanjutnya? Secarik gambar lautan bintang biru terhempas pada pelataran bibir pantai yang tergantung di dry hope tree tentu saja meraup habis indra penglihatnya. Oh! Jangan lupakan sebuah foto lain yang selalu ikut menghantui langkah Meyra ke mana pun. Interupsi! Perempuan itu sendiri yang menginginkannya.
Benak Meyra masih sejalan dengan arah kedua manik amber miliknya, konstan berdiam pada satu yang retoris.
Sebentar. Aku ingin bertanya padamu.
Apakah kalian sempat terpikir,
bagaimana jika Tuhan tanpa aba-aba memberi plot twist yang luar biasa pada kisah kalian? Entah esok? Lusa? Sebulan yang akan datang? Lima tahun? Atau, detik selanjutnya?
***
"Howdy, Ibu!" seruan khas Biru sungguh membuat Meyra yang tengah membaca seraya bersenderan di kepala ranjang berjengit kaget. Gadis kecilnya itu menyusul berbaring di sebelahnya.
"Loh, kamu sudah pulang, Sweetie?" Meyra membelai pipi kemerahan Biru.
Biru mengangguk. Mata mungilnya mencuri pandang pada bacaan Ibunya dan rasa penasaran pun menguasainya. "Ibu kenapa masih suka sekali membaca Bobo?"
"Eumm, tidak ada sebenarnya. Hanya seperti kamu dan pianomu, Sweetie." Meyra tersenyum kecil mengamati kening gadis kecilnya yang berkerut. "Ah ya, kamu pulang dijemput Pak Damar, Nak?"
Biru menggeleng dan tersenyum misteri. Lalu, "Surprisee!"
Gibran masuk ke kamar Meyra. Lelaki itu bergabung bersama Meyra dan Biru. Dia membawakan sebuket dandelion putih yang telah dirangkai dan duduk di tepi ranjang.
Meyra tersenyum lebar dan menggeleng-gelengkan kepala menatap tingkah dua manusia di hadapannya sekarang. Gibran dan Biru memang sepasang yang kompak sekali membuatnya tertawa lebar.
"Wahh, terima kasih." Meyra memandang penuh kapas-kapas putih dalam dekapannya. "Memangnya ada yang spesialkah dengan hari ini?"
Biru bangun dari rebahnya dan beranjak duduk di pangkuan Gibran yang menyambut. "Pokoknya semua hari selalu spesial untuk Ibu. Iya 'kan, Yah?" Ia memiringkan kepalanya, menampakkan deretan gigi susu pada Gibran yang mengangguk antusias.
"Definitely, little lady."
Suara tawa Meyra menyahuti, "Kalian ini, bisa saja."
Gibran pun turut tertawa, ia memandang bergantian Biru dan Meyra. Rasa lelahnya seharian bekerja tiba-tiba seperti menguap entah ke mana. Salahkah jika dia menginginkan saat serupa ini akan berlangsung selamanya?
"Aku kira kamu masih di Bogor, Iban." Meyra menjelajahi wajah Gibran yang jelas sekali menyorotkan gurat letih. Dua hari lalu pria itu mengabarinya sedang berada di Bogor untuk melakukan peninjauan langsung proyek baru yang diusung perusahaan mereka. Kemudian detik ini tanpa kabar atau pemberitahuan awal, Gibran justru mendadak muncul di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/171082143-288-k745280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Renjana
RomanceDear Ilahi, Banyak manusia-Mu bilang, kami tidak pernah tahu apa yang kami miliki sampai hal itu hilang. Namun, bagaimana jika dia tidak pernah benar-benar hilang? ••• ❝ My heart is mute.❞ ❝ Then i must speak for it.❞ ••• All rights reserved 2019 by...