📌JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA📌
Hope you like it🍀•••
𝓓ering nada panggilan masuk di ponsel milik Meyra mengusiknya. Lekas ia mengembalikan ponsel Gibran kembali semula. Dia tidak pernah mengutak-atik dan penasaran terhadap isi dalam ponsel Gibran. Meyra hanya sebatas membajak akun instagram lelaki itu saja. Tadi pun adalah pertama kalinya.
Meyra memperhatikan Gibran sebentar. Lelaki itu masih tertidur. Kemudian dia menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Hi, Jules," ucap Meyra pelan mendekatkan ponsel pada telinga.
"How's everything?" terdengar suara July menyapa di seberang sana.
"Pretty good. Kamu?"
"It's going well. Kenapa kamu seperti berbisik?"
Meyra melirik Gibran, "Aku sedang di kantor Gibran. Dia lagi tertidur."
"Ah ya, bagaimana dengan Hans?"
Meyra teringat intelijen yang merupakan teman July itu. Sekali lagi dia menatap was-was ke arah Gibran. "Belum ada kabar."
"Well, Mey?"
"Ya?"
July terdiam. "Mmm... apa yang akan kamu lakukan jika hasilnya mengecewakanmu?"
Kini Meyra yang terdiam. Matanya menelisik langit-langit kantor, entah apa yang ia pikirkan.
Dia menghela napas panjang. July benar, bahkan sampai saat ini dia belum mempersiapkan apa yang hendak dilakukannya jika sungguh tak ada harapan baginya.
"Aku sebenarnya tidak tahu mesti bagaimana. Hanya kamu yang memahamiku dan semua ini, Ly," lirih Meyra rendah sekali. Lalu ia menengok Gibran, lelaki di sebelahnya itu masih terpejam. Untuk beberapa saat, Meyra mendalami wajah Gibran. Sialnya, bayangan senyum Gibran ketika menanggapi dirinya yang belum siap menerima ajakan menikah lelaki itu lebih-lebih menjarah kepalanya.
"Aku akan berusaha menerimanya... dan memilih Gibran."
"Ingatlah, i'm with you." Nada rendah July semakin menegaskannya supaya berani menghadapi apapun nanti.
"Terima kasih, Ly."
"Mey, aku minta maaf ya untuk segalanya."
Meyra menaikkan kedua alisnya, dia tertawa pelan. "Kamu ini kenapa, Ly?"
"Tidak, aku hanya merasa aku bukan sahabat yang baik untukmu."
"Tentu saja kau yang terbaik, Ly. Meskipun kita tidak selama aku dan Gibran, tapi kamu telah menemaniku di waktu-waktu itu. Kamu satu-satunya yang mengerti bagaimana pun perasaanku." Meyra yakin July di sana tahu saat ini dia sedang tersenyum.
"Ya sudah, aku tutup dulu ya sebelum nanti Gibran bangun. Keep smiling in your own language, Mey. Bye!"
Meyra membalas dan mengakhiri panggilannya dengan July.
Namun, kebetulan sekali sebuah pesan masuk menghampiri.
From : Hans (+628123xxxxxx)
Bisakah sore ini kita bertemu? Ada yang ingin saya sampaikan.Meyra meneguk salivanya. Dia terbayang akan pertanyaan July tadi. Antara takut dan tak sabar menyekap habis segenap perasaannya. Bahkan dia merasa jemari tangannya sedikit bergetar dan rasanya mesin pendingin udara di dalam ruangan Gibran ini tak bekerja optimal.
Mata Meyra menatap lurus ke depan, jatuh pada kaca yang membatasi ruangan Gibran dengan Savana yang tengah duduk di balik meja kerjanya. Pandangannya benar-benar kosong hingga dia tak sadar Savana menggubris dengan tersenyum padanya yang justru mendaratkan tatapan datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Renjana
RomansDear Ilahi, Banyak manusia-Mu bilang, kami tidak pernah tahu apa yang kami miliki sampai hal itu hilang. Namun, bagaimana jika dia tidak pernah benar-benar hilang? ••• ❝ My heart is mute.❞ ❝ Then i must speak for it.❞ ••• All rights reserved 2019 by...