Elang menghembuskan napas saat ia merasa sinar mentari mengenai tubuhnya. Jam di nakasnya menunjukkan pukul 7 pagi, ia bergegas untuk tidur lagi karena menurutnya ini terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Tetapi rencananya itu gagal total karena melati memasuki kamarnya dan marah marah.
"Ini nilai apa nomer absen hmm? Kemarin kamu kemana? Bolos? Oh udah pinter sekarang, ga usah sekolah aja sekalian. Nanti biar mama ngomong sama papa"
"Eh jangan dong ma, iya..."
"Kenapa? Takut? Dia kan bapak kamu"
"Iya aku kemarin bolos soalnya aku jengukin sava, dia kecelakaan" melati cukup kaget mendengar ucapan anaknya, perasaan dari sini baek baek aja.
"Terus dianya gapapa?" Elang mengangguk lalu mendorong kursi roda mamanya menuju taman supaya obrolan mereka lebih rileks.
"Gapapa, mungkin nunggu dia stabil baru boleh pulang"
"Ga ada yang luka?"
"Jidatnya sama tangannya memar sedikit" melati sedikit mengerjit membayangkan sakitnya yang diderita sava
Melati melihat anaknya yang melamun, lalu ia memukul lengan anaknya untuk melanjutkan marah marahnya yang sempat terhenti.
"Ini nilai apa nomer absen kak" elang terkekeh lalu menerima lembar jawaban dari mamanya. Nilainya memang jauh dari kata sempurna, tapi entahlah Elang jadi teringat sava saat mengajarkan beberapa materi kepadanya. Dan itu semua tinggal kenangan.
"Kak jelasin malah senyum senyum"
"Elang lupa belajar ma" kata Elang membuat melati memicingkan matanya tidak percaya, pasalnya anaknya ini selalu membaca buku.
"Lupa belajar? Terus buku kamu yang berserakan dikamar itu apa kabar? Masak belajar hasilnya kayak gini" kata melati dan melihat nilai anaknya sedangkan elang hanya menaikkan kedua bahunya.
"Oh mama tau, kamu keasyikan pacaran sama Bianca jadi lupa belajar , iya kan?"
"Mama kayak gatau muda aja sih"
Melati berdecak sebal melihat anaknya, selalu saja kalo dimarahin jawabnya gitu. Jadinya kan ga tega buat marahin, mana anaknya ganteng.
"Kalo mau pacaran itu, cari yang pinter biar kamu untung diajarin beberapa materi lebih untung pinter biologi. Kamu senang pacaran nilai kamu juga naik biar mama seneng"
"Bianca juga pintar biologi loh ma, jangan salah"
"Iya pintar, tapi dia ajarin kamu selama ini? Kapan? Mama kok gatau"
"Ya emang Bianca ga pernah ajarin aku" kata elang jujur sedangkan melati menghembuskan nafas kasar mendengar pengakuan anaknya.
"Intinya mama mau nilai kamu baik dalam biologi" Elang menghembuskan nafas kasar melihat mamanya yang marah.
Masih pagi udah marah marah aja, duduk dikursi roda masih sempat sempatnya marah? Ga capek ma? Batin elang
"Seimbang ma, nilai fisikanya bagus biologi nya jelek" melati menoyor kepala anaknya dengan gemas
"Jangan gitu lah, kalo semua bisa bagus, kenapa nggak?"
"Iya nanti aku belajar biologi"
"Jangan pacaran terus"
"Terus aku harus putus sama Bianca? Jomblo dong" melati terkekeh melihat anaknya. Sejak kapan ia memperdulikan status? Biasanya juga ogah ogahan.
"Kalo cari pacar itu harus yang mau berbagi ilmu dong, jangan tampang aja"
"Berarti mama setuju kalo aku sama sava? Kan sava ajarin aku biologi?" Melati mengangguk sebagai jawaban sedangkan Elang mendengus sebal karena itu semua sudah terlewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Datang Dan Pergi
Teen FictionAku tidak tau tentang dirimu, tetapi takdir telah mempertemukan kita tanpa sengaja sehingga aku mengenalmu lebih jauh, lebih dari apa yang aku bayangkan dan itu semua membuatku berharap lebih padamu. Tetapi disaat aku nyaman kamu malah pergi seenakn...