25. Putus?

21 1 0
                                    

  Mereka melanjutkan obrolan masing masing, entahlah mereka tidak ingin meninggalkan cafe itu karena sudah mendapat tempat yang nyaman.

     Dafa melihat setiap inci wajah sava, ia tidak ada bosannya bosannya melihat wajah damai itu. Kalo boleh ia meminta pada tuhan supaya sava selalu bersamanya, egoiskah? Biarin sesekali gapapakan. Tetapi Dafa harus siap ketika suatu saat sava akan pergi darinya untuk selamanya. Dan hal itu juga yang membuat Dafa gusar dengan hidupnya sendiri.

    Tak lama kemudian ponsel Dafa berbunyi menandakan adanya notifikasi. Ia berdecak sebal karena Dafa tidak fokus melihat sava saat ini.

"Sav, sebelumnya aku minta maaf" sava hanya menaikkan sebelah alisnya menunggu kelanjutan Dafa

"Aku mau kita putus, soalnya aku harus ke Singapura buat berobat yang lebih intens. Aku gak mau buat kamu nunggu aku yang gak pasti buat balik lagi kesini apa nggak. Aku nggak mau buat kamu nunggu yang gak pasti. Kamu gak perlu nunggu aku, kamu pasti juga bisa cari kebahagiaan sendiri karena kamu punya sahabat kayak mereka" kata Dafa dan melihat semua teman temannya yang kini juga melihatnya

"Malam ini aku berangkat, dan aku berharap kamu gak usah mikirin aku lagi. Aku gamau jadi beban hidup kamu. Dan soal ending hubungan kita, kamu aja yang milih. Mungkin sekarang kisah kita udah kandas tapi aku yakin suatu saat kamu pasti happy ending"

Sava masih diam dan melihat Dafa lekat lekat, ia tau cowok itu tidak main main saat ini. Entahlah ia harus apa sekarang? Sedih? Pastilah, siapa yang gak sedih diputusin pacarnya gitu aja waktu lagi quality time kayak gini. Sava menilai Dafa sama seperti dulu, ia tidak bisa diajak LDR. Kalo sava pribadi gak masalah, mau berapa lama ya dilakuin aja yang penting saling jujur kan.

   Ah ia jadi sebal sekarang sama Dafa, padahal sava mau menemani Dafa melawan penyakitnya. Ia tidak kasihan dengan Dafa tetapi ia akan semangati Dafa terus menerus saat ia berjuang melawan sakitnya. Tapi apa sekarang? Dengan seenak jidatnya Dafa mutusin sava.

Tau ah!! Pusing!

"Semoga lekas sembuh" kata sava yang berubah menjadi dingin

Sava masih melihat Dafa dengan ekspresi datarnya. Rasanya ia bingung harus pasang ekspresi apa sekarang. Galau? Iya, sedih? Iya. Terus harus nangis didepan umum kayak sekarang? Sava gak bisa, air matanya beku saat ini.

Sedangkan yang lainnya cukup heran dengan kedua sahabatnya. Tetapi mereka memilih diam karena tidak mau merusak suasana, lagian mereka hanya adu mulut bukan adu fisik jadi gak perlu di pisah. Elang melihat dua insan didepannya ini, ia mencerna semua ucapan dari mulut mereka. Sava putus sama Dafa? Bikin Elang senang? Pasti lah, tapi ia juga tau kondisi kali. Kasian sama sava juga. Elang masih melihat sava intens, entah kenapa ia merasa sava berbeda hari ini. Cewek itu mulai mengeluarkan pandangan yang dingin, cuek, bodo amat. Apa setelah Dafa pergi cewek itu baik baik aja?

Huh!! Kalo sava berubah elang harus bisa bikin mood sava baik lagi seperti dulu.

'semangat berjuang Elang Radithya Wardana Daylon' batin elang menyemangati dirinya sendiri.

   Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumahnya sava karena kendaraan mereka ada disana.

  Diperjalanan suasana menjadi hening, sava sendiri memilih diam dan melihat ke depan. Dafa sesekali melihat cewek itu, ia sebenarnya juga merasa bersalah sudah egois tetapi mau bagaimana lagi. Ia tidak mau membuat sava terbebani dengan memikirkannya setiap saat, hal itu bisa membuat cewek itu gila. Dafa juga tidak mau dikasihani, ia yakin mampu melawan penyakitnya itu.

   Setelah sampai dirumah sava Dafa langsung pamit karena mamanya sudah menunggu. Sava sendiri langsung masuk tanpa mengubris ucapan tari maupun dara adiknya. Dara hanya menghela napasnya, ia sudah biasa dengan sikap kakaknya yang kayak gitu. Lalu ia mengajak semua temen kakaknya ke taman belakang karena masih sore.

Datang Dan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang