3. Menguji (?)

3.3K 479 24
                                    

Jungkook mempertajam pendengarannya, tubuhnya ia condongkan lebih ke depan, fokus untuk mendengar apa yang akan dikatakan Jimin.

"Dimana? Bagaimana kau bisa mengenalku?"

Jimin menghembuskan nafas, "Sebelumnya aku minta maaf padamu. Karena aku tidak suka padamu dulu."

Sebelah alis Jungkook terangkat, heran.

Jimin melanjutkan, "Sebenarnya kita dulu satu sekolah. Saat di SMA."

"Benarkah?"

Jimin mengangguk, "Kau pasti ingat, karena otak jeniusmu kau langsung duduk di bangku kelas tiga. Saat itu kita sekelas, padahal kau masih sangat muda dariku. Aku iri padamu. Tapi aku tidak menyukaimu bukan karena aku iri padamu.. aku tidak seperti itu." Jimin menjelaskan.

Tidak ada ekspresi dari Jungkook. "Kurasa aku tau kenapa kau tidak menyukaiku." katanya. "Aku tau bagaimana sikapku saat di SMA dulu."

Jimin menundukkan kepala, mengaduk-aduk kuah udon miliknya. Ia sangat ingat sikap Jungkook dulu. Pria itu semaunya sendiri. Bergonta-ganti pasangan, mengencani siswi-siswi di sana lalu memutuskannya setelah meniduri mereka. Dan Jungkook pernah di rehabilitasi, karena dulu Jungkook seorang pemakai.

"Tapi maafkan aku, Jimin-sshi. Aku sama sekali tidak mengingatmu, bahkan setelah kau memberitahuku." kata Jungkook. Ia merasa ada yang kurang. Ia merasa pernah melihat Jimin tapi entah dimana.

"Tidak masalah, aku memang tidak terlihat saat SMA dulu."

"Tidak, bukan itu..." Jungkook berujar, tapi perkataannya terhenti saat ponselnya bergetar, namun ia justru mematikannya.

"Kenapa kau tidak mengangkatnya?"

"Aku sedang tidak ingin diganggu."

Jimin berpikir sejenak, "Hmm.. baiklah." Lalu mulai membereskan mangkuknya.

"Kau sudah selesai?" tanya Jungkook.

"Belum."

"Lalu kenapa kau membereskan piringmu?"

"Bukannya kau sedang tidak ingin diganggu? Aku bisa mengerti, karena terkadang aku juga seperti itu saat kelelahan."

Jungkook bingung, tapi kemudian ia tertawa. "Tidak. Kau sama sekali tidak menggangguku, Jimin-sshi. Aku malah ingin memintamu agar menemaniku makan setelah aku menghabiskan susu pisang ini."

Mata Jimin mengerjap lucu, mulutnya terbuka membentuk huruf 'O', tapi tidak ada kata yang keluar dari sana.

Jungkook gemas, ia benar-benar gemas sampai ingin mencubit pipi Jimin, tapi tentu saja tidak ia lakukan. "Tunggu sebentar, aku mau mengambil makananku dulu."
Dan Jungkook pergi melakukannya. Mereka makan berdua. Bahkan saat makanan Jimin habis lebih dulu, pria mungil itu tetap menunggu Jungkook.

Mereka makan sambil mengobrol, dengan Jungkook yang memberikan pertanyaan seputar dunia bedah pada Jimin. Dan pria mungil itu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan Jungkook begitu antusias.

--- *** ---

"Hei..."

Jimin menoleh, melihat Jungkook yang tidur terlentang di atas sofa coklat ruang kerjanya, sedangkan ia sendiri duduk di kursi kerja.

"Kau belum tidur juga?" Jimin bertanya, tapi Jungkook tidak menjawabnya. Pria itu hanya diam. Melamun?

Sebelumnya Jimin membiarkan Jungkook tidur di ruang kerjanya karena pria itu beralasan tidak bisa tidur nyenyak saat sendirian.

Jadi, Jimin hanya melihat Jungkook yang sedang menatap langit-langit ruangan bercat putih disana, menunggu pria itu berbicara. Dan akhirnya Jungkook bicara juga, "Bagaimana kalau tiba-tiba saja aku merasa tercekik, aku merasa sulit bernafas dan jantungku mulai melemah, lalu aku mati..."

Itu bukan sebuah pertanyaan, tapi Jimin mengira Jungkook sedang menguji kemampuannya seperti biasa. Jadi, ia pun beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Jungkook, kemudian Jimin naik ke atas perut Jungkook, dengan kedua lututnya yang berada di sisi kiri dan kanan pria itu. Dan bagaimana keadaan Jungkook saat ini? Tentu saja dia heran. Pria itu sedikit melebarkan matanya, tidak tau apa yang akan dilakukan Jimin sebenarnya?

"Aku akan memompa jantungmu. Seperti ini.." kata Jimin sambil menekan dada kiri Jungkook menggunakan kedua tangannya, seolah-olah bisa mendengar pikiran pria dibawahnya. Dan sekali lagi, Jungkook masih bingung. Kenapa Jimin memompa jantungnya?

"Setelah itu aku akan memberikan nafas buatan..."

Dan saat itulah mata Jungkook benar-benar melebar sempurna. Ia merasakan bibir tebal Jimin menyentuh mulutnya. Nafas hangat berbau manis masuk kedalam kerongkongannya. Jimin melakukannya berulang-ulang kali tanpa dosa. Sedangkan Jungkook? Entahlah, ia tidak tau. Tapi saat mulut Jimin kembali menyentuh mulutnya, Jungkook seperti tersihir, ia menjulurkan lidahnya dan masuk ke dalam mulut Jimin. Pria di atasnya langsung terperanjat dan menjauhkan wajahnya, "Apa yang kau lakukan?" tanya Jimin heran dan sedikit kesal.

Jungkook terdiam beberapa saat, ia menatap Jimin yang masih duduk di atas perutnya. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Bukannya kau sedang mengujiku? Kau bilang jika merasa tercekik, sulit bernafas, jantungmu melemah.. Jadi aku memberikan CPR padamu sebagai contoh."

Jungkook berkedip sekali. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangan dan berakhir menjambak rambutnya pelan. "Maafkan aku, aku sangat lelah hari ini." Ia bergerak, otomatis Jimin segera bangkit dari posisinya.
"Aku ingat ada urusan. Aku pergi dulu, Jimin-sshi." katanya, meninggalkan Jimin yang berdiri sendirian seperti orang bodoh.




>>>>>

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang