15. Berjabat Tangan

2.8K 389 96
                                    

Dua hari yang lalu, tepatnya malam itu saat Jimin sedang menggoreng sosis, Jungkook mencoba membukakan botol anggur yang disimpan Jimin di meja. Namun ketika ia membukanya, isi dari botol itu tumpah cukup banyak. Jungkook langsung mengumpat dan segera membersihkannya. Ia juga menuangkan isinya ke dalam gelas agar Jimin bisa langsung minum. Tapi sebelum itu ia mencicipi sedikit dan ketagihan. Anggur yang ia tuangkan ke dalam gelas tadi tersisa sedikit. Jungkook mulai rileks dan memilih tidur-tiduran di sofa sambil menunggu Jimin.

Kemudian saat Jungkook membuka matanya, ia melihat Jimin sudah duduk di bawah, bersandar pada sofa yang ia tiduri.
Jungkook menatap Jimin cukup lama, tapi sepertinya pria mungil itu tidak menyadari. Ia pun tenggelam dengan pikirannya sampai tanpa sadar mengelus pipi Jimin.
Dan semuanya terjadi begitu saja. Jungkook juga menyadari ia telah menyakiti Jimin ketika memasuki tubuh pria itu. Ada luka disana. Ia pun segera mengingat semuanya. Mengingat saat ia memaksa Jimin dan memperkosa pria itu di dekat pintu. Sial, pantas saja Jimin ketakutan. Namun, Jungkook tidak ingin berhenti. Ia ingin mengubah pikiran Jimin, Jungkook ingin membuat pria itu melupakan rasa sakit saat ia memaksanya dan memberikan kenikmatan.

"Aku ingin membicarakannya sekarang." Jungkook berkata saat tidak mendapatkan jawaban dari pria yang berdiri di hadapannya. "Saat aku mabuk waktu itu, kenapa kau tidak memberitahuku bahwa aku sudah menyakitimu?"

Tubuh Jimin masih terlihat kaku. Lalu, tersenyum dingin. Ia pun berdecih ketika pikirannya menyimpulkan sesuatu. "Jadi, kau mengingatnya? Kau berpura-pura tidak ingat begitu? Untuk mempermainkanku?"

Jungkook mengerutkan dahi, "Sebelumnya aku memang tidak ingat. Tapi aku sudah mengingat semuanya, Jimin-sshi. Dan aku tidak pernah mempermainkanmu."

"Kapan kau mengingatnya?"

"Saat kita melakukannya lagi dua hari yang lalu."

"Kau..kau tidak mabuk saat itu?"

"Sudah kukatakan padamu kalau aku tidak mabuk."

"Ta..tapi anggur di botol tinggal setengah."

Jungkook menghela nafasnya. Ia menceritakan kejadian sebenarnya pada Jimin. Bahu pria mungil itu langsung merosot. Ia tidak berani melihat Jungkook.

"Aku..aku mau tidur di tempat lain saja." Jungkook menahan tangan Jimin ketika pria itu ingin berjalan pergi.

"Kita harus menyelesaikannya sekarang, Jimin-sshi."

Jimin memberontak, ia melepaskan paksa pegangan tangan Jungkook sambil berteriak, "KUMOHON LUPAKAN SEMUA INI. ANGGAP SEMUA INI TIDAK PERNAH TERJADI!"
Jimin frustasi. Ia benar-benar tidak menyangka Jungkook akan mengingatnya. Ia merasa malu, tentu saja. Jimin ingat bagaimana ia minta disentuh dan mendesah saat itu.
"Kumohon lupakan, Jungkook-sshi."

Jungkook mengepalkan tangan. Dadanya merasa sakit ketika mendengar permohonan Jimin.
Padahal waktu itu, saat Jungkook bangun pagi ia  merasa begitu berbunga-bunga mengingat hubungannya dengan Jimin semakin intens, walau pria mungil itu tidak ada disana saat ia bangun.
Jungkook pikir Jimin mempunyai perasaan yang sama untuknya karena mereka sudah berbagi kenikmatan. Tapi... Hey, ia dulu juga sering tidur dengan wanita lain, tapi Jungkook tidak pernah menaruh perasaan pada wanita-wanita itu. Sial.

"Jadi ini karma untukku." Jungkook bergumam.

Jimin tidak tau apa maksud pria itu. Tapi ia hanya diam saja.

"Baiklah, kalau kau ingin melupakan semuanya, Jimin-sshi. Kau bisa melupakannya. Tapi aku tidak akan melupakan semua itu."

"Apa maksudmu?"

Jungkook mendekat, mempersempit jarak mereka.
"Aku tidak bisa melupakannya. Itu saja. Tapi aku tidak akan membahasnya lagi kalau memang itu yang kau inginkan. Kau setuju?"

Jimin menatap Jungkook. Pria itu terlihat lebih dingin dan menyeramkan. Ia tidak tau kenapa, tapi Jimin mengangguk saja sebagai persetujuan. "Aku setuju. Jangan membahasnya lagi."

Dan mereka berjabat tangan.

---***---

Jungkook mengadakan perkumpulan di taman samping penginapan. Dengan penataan meja dan cahaya lampu yang indah. Malam itu langit begitu cerah dan bunga bermekaran. Tentu saja karena musim semi sedang berlangsung. Jungkook sengaja melakukannya disana agar suasana tidak terlalu menegangkan.
Setelah ia selesai menjelaskan apa saja yang harus mereka lakukan saat di desa nanti, Jungkook memberikan makan malam mewah pada mereka. Karena setelah ini ia tau, mereka tidak akan bisa bersenang-senang lagi.

"Dokter Jeon, makanlah ini. Aku sudah memanggangkannya untukmu." Dokter Na memberikan beberapa potong daging pada Jungkook yang duduk di sebelahnya.

Meja dibuat secara terpisah. Setiap meja mempunyai lima kursi. Dokter Na langsung mengambil posisi di dekat Jungkook. Lalu, Jimin?
Oh, ia duduk di sudut taman bersama kedua perawat yang ia pilih. Kim Seokjin dan Kim Jisoo. Mereka berdua sepupu. Mereka dekat dengan Jimin. Tapi mereka dipindahkan ke rumah sakit lain waktu itu. Namun, mereka baru saja kembali dan Jimin langsung mengangkat mereka sebagai staf medisnya.

"Aigoo, dasar wanita jalang." Itu Kim Jisoo yang berbicara. Ia duduk diantara Jimin dan Seokjin.

"Kau cemburu?" Seokjin bertanya sambil mengunyah.

Jisoo tidak menanggapi perkataan sepupunya yang lebih tua. Ia justru melihat Jimin sambil berkata, "Dokter Park, apa kau tidak bisa menyingkirkan Dokter Na dari sana? Aku lebih suka kalau kau yang berada di samping Dokter Jeon."

Sesaat Jimin berhenti membalikan daging yang ia panggang. "A..apa maksudmu?"

"Tidak ada. Hanya saja Dokter Jeon lebih terlihat bahagia kalau bersamamu, Dokter Park."

"Kau baru kembali. Bagaimana mungkin kau bisa menilai seperti itu?"

"Kau kira aku tidak tau apa-apa tentang Dokter Jeon. Aku tau. Seokjin oppa bercerita padaku. Seokjin oppa tau dari Namjoon oppa."

Seokjin menyumpalkan daging ke mulut Jisoo. "Makan ini. Kau terlalu banyak bicara."

Kenyatannya, Kim Seokjin adalah perawat senior. Pria itu memang dekat dengan Namjoon. Malah sangat dekat. Makanya staf medis lain tidak mau mencari masalah dengannya. Dan tidak heran jika kedua sepupu itu tau mengenai Jungkook.

"Apa yang kau ketahui tentang Jungkook?" Jimin penasaran.

Apa tentang Jungkook yang suka melukis? Ia sudah tau itu.

Jisoo menelan daging yang disuapkan Seokjin tadi. Lalu, dengan santainya wanita cantik itu menjawab, "Dokter Jeon sudah punya anak."





>>>>>

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang