Orang-orang di rumah sakit KookMin berpikir bahwa kedatangan dokter Jeon Jungkook adalah sebuah anugrah. Semuanya akan baik-baik saja saat dokter terkenal itu datang. Tapi, tidak bagi Jimin. Karena kedatangan dokter itu, suasana rumah sakit justru semakin memanas. Bagaimana tidak, para dokter dan tim paramedis berusaha saling bersaing untuk bisa terpilih dan berada satu tim dengan dokter Jeon.
Bicara mengenai tim, sebenarnya tujuan Jeon Jungkook datang kembali ke Korea karena mendapatkan panggilan oleh pemerintahan Korea langsung. Ada wabah penyakit misterius yang menyerang desa kecil di pelosok negara itu. Dan seorang Jeon Jungkook terkenal yang sudah berhasil menyembuhkan penyakit langka diminta untuk menyelidiki wabah apa itu sebenarnya. Jadi, ini adalah sebuah kesempatan bagi para dokter di rumah sakit KookMin untuk mendapatkan pengakuan, karena Presiden Korea langsung yang memerintahkannya.Namun, Jimin sama sekali tidak berminat. Ia adalah seorang dokter umum biasa, bukan dokter spesialis. Para dokter di rumah sakit KookMin meremehkannya. Ia juga tidak pandai bersosialisasi. Temannya hanya Sungwoon, itu juga karena mereka berteman sejak kecil.
"Kau sendiri lagi, Jimin-sshi?"
Lamunan Jimin buyar. Ia tadi sedang menikmati matahari pagi di bangku taman rumah sakit kemudian ia malah melamun, sampai akhirnya tidak sadar Jeon Jungkook datang menghampirinya.
"Sepertinya kau suka menyendiri." terka Jungkook, ikut duduk di samping Jimin.
Jujur saja, Jimin juga tidak suka menyendiri, tapi rekan-rekan kerjanya yang tidak ingin menghampirinya, makanya ia terlihat seperti suka menyendiri. Contohnya seperti makan malam kemarin, rekan-rekan kerjanya beranggapan Jimin itu tidak ada. Jadi itu alasan kenapa ia duduk di sudut restoran sendirian. Dan karena ia kesal juga, tentu saja.
"Kau membaca... Anestesi?" Jungkook kembali bersuara. Ia melirik buku tebal yang ada dipangkuan Jimin. Pria kecil itu buru-buru meletakannya disisi tubuhnya yang lain, agar tidak terlihat oleh Jungkook, tapi tentu saja sudah terlihat.
"Kau ingin melanjutkan pendidikanmu, Jimin-sshi?"
Jimin menoleh pada Jungkook, "Tidak. Aku sudah cukup puas menjadi dokter umum."
"Lalu kenapa kau membaca buku itu?"
"Ini buku Sungwoon. Aku hanya memegangnya, aku tidak sengaja membawanya kemari." jawab Jimin berbohong, tapi Jungkook tau itu. Dan siapa Sungwoon?
Jungkook terlihat sedang berpikir. Ia melihat pasien-pasien di depan sana sedang berjemur menikmati matahari pagi. Lalu ia kembali bersuara, "Kenapa kau menjadi dokter, Jimin-sshi?"
Jimin melirik, Kenapa tiba-tiba? pikirnya.
"Orangtuaku yang menginginkannya."Kini Jungkook yang menoleh padanya, "Jadi kau tidak ingin jadi dokter?"
"Tidak juga. Awalnya memang seperti itu, tapi lama-lama aku mulai menerima nasibku. Bisa membantu dan menyelamatkan nyawa orang lain, itu sungguh melegakan. Ya, walau aku tidak sehebat kalian yang melakukan operasi besar." Jimin tersenyum singkat, ia melihat pasien-pasien di depan sana. Jujur saja, ia ingin sekali melakukan pembedahan. Ikut dalam suatu operasi besar suatu saat nanti bersama tim bedah lainnya. Tapi Jimin hanyalah seorang dokter umum. Dokter umum tidak diharuskan melakukan operasi atau pembedahan. Hanya dokter spesialis seperti Jungkook yang diperbolehkan. Dan hebatnya lagi, Jeon Jungkook ahli dalam pembedahan apapun.
Jimin juga ingin seperti Jungkook. Maka dari itu, ia sering membaca buku. Dimulai dari anestesi, pikirnya.Jungkook tersenyum, ia ingin menguji kemampuan Park Jimin, jadi ia mulai bertanya. "Mana yang lebih baik? Pembiusan regional atau pembiusan total?"
Jimin menoleh. Kenapa tiba-tiba? Lagi?
--- *** ----
Sudah sepuluh hari Jungkook berada di rumah sakit KookMin. Dan selama itu juga Jungkook menyempatkan waktunya untuk menghampiri Jimin. Sama seperti saat ini, saat Jimin sedang menikmati makan siangnya di kantin rumah sakit.
"Kau sendirian, Jimin-sshi?"
Jimin mendongakan kepala, mulutnya terisi dengan udon yang menjulur dari bibirnya. Ia segera menyeruput udon itu.
Jungkook duduk di hadapan Jimin, ia menusuk susu pisangnya menggunakan sedotan. Lalu menyeruput susu itu sampai habis. Dan melakukan hal yang sama pada susu keduanya.
"Kau baru selesai melakukan operasi?" Jimin bertanya, Jungkook menggangguk, masih tetap meminum susunya.
"Kau kelihatan kelaparan dan kelelahan. Kenapa tidak segera makan dan istirahat? Jangan hanya meminum susu itu."Jungkook hanya tersenyum sambil menggigit sedotannya.
Oh, Jungkook kelihatan imut. "Jangan seperti itu. Wanita-wanita disini bisa pingsan karenamu."
Jungkook melihat ke sekelilingnya, dan benar saja, para wanita di kantin itu menatap lapar padanya.
Lalu ia kembali melihat Jimin. "Apa kau akan pingsan juga?""Aku bukan wanita." Jawab Jimin acuh. Ia meletakan sendoknya di atas nampan, berhenti untuk makan. "Dan kenapa kau mendekatiku terus? Mereka langsung mendatangiku selama tiga hari ini. Mereka pikir kita dekat."
"Aku juga berpikir seperti itu sejak awal. Aku seperti mengenalmu, Jimin-sshi." Jungkook berkata dengan penuh semangat.
Selama ini ia menghampiri dan mendekati Jimin hanya untuk berusaha mengingat sesuatu. Tapi ia belum menemukannya. Namun lama kelamaan ia merasa nyaman berada di dekat Jimin. Jungkook senang membuat Jimin kesal karena candaannya. Jungkook senang saat memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai ilmu pembedahan pada pria mungil itu dan Jimin mencatatnya dengan serius.Sedangkan Jimin, awalnya ia kesal pada Jungkook. Jimin menyadari bahwa kekesalannya itu muncul dari rasa iri hatinya. Namun ia segera membuang sifat kekanakannya. Jungkook adalah orang baik, Jungkook mengajarinya banyak hal mengenai ilmu pembedahan, tidak seperti dokter lain yang pelit ilmu padanya. Dan Jungkook yang sekarang berbeda dari Jungkook yang dulu.
"Baiklah, aku akan jujur padamu." kata Jimin. Kemudian ia melanjutkan, "Sebenarnya aku memang mengenalmu."
>>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
"OUR DREAMS"/KookMin
FanfictionJungkook dan Jimin mempunyai mimpi. Namun tidak bisa terwujud. . . Tapi mereka menikmatinya. Berdua, bersama-sama. --- *** --- WARNING!!! Boys Love! 20+