21. Anak

3K 384 111
                                    

Musim panas telah tiba. Cuaca siang itu sangat panas di luar. Jadi, Jimin memilih memakai kaos tipis berdada rendah. Namun, ketika memandang cermin ia melihat banyak tanda merah yang diberikan Jungkook di sana. Aish.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" Jungkook bertanya setelah ia memasuki mobil dan melihat raut cemberut Jimin yang duduk di kursi penumpang depan.
"Kau tidak kepanasan memakai baju berleher tinggi begitu?"

Jimin melihat Jungkook sinis, "Kau pikir karena ulah siapa?"

Hanya cengiran yang ditunjukan Jungkook. "Maaf." katanya.

Jimin pun melipat kedua tangannya di dada. Ia segera mengalihkan topik ketika Jungkook sudah menjalankan mobilnya. "Jadi, kau tidak tinggal dengan anakmu? Aku tidak melihatnya di apartmentmu."

"Aku tinggal dengannya saat di New York."

"Kenapa kau memilih tinggal di luar negri? Di Korea saja kau bisa kaya. Apalagi yang kau cari?"

"Aku tidak mencari yang kau maksud. Aku justru menghindari sesuatu."

"Apa yang kau hindari?"

Jungkook memandang lurus jalanan dengan tatapan tak terbaca. "Keluarga Ayahku. Aku menghindari mereka agar Ibuku bahagia."

Alis Jimin terangkat. "Jadi.. Kau tinggal dengan Ibumu juga?"

"Ya. Aku mencarinya dibantu oleh Yoongi hyung. Aku mengajaknya tinggal bersama dan segera pergi dari negara ini agar Ibuku melupakan semua hal yang membuatnya tidak bahagia."

"Dia baik-baik saja kan sekarang?" Ada nada khawatir dari suara Jimin.

Jungkook tersenyum hangat ketika mendengarnya, "Ibu mertuamu baik-baik saja sekarang. Kau tidak perlu takut."

Jimin menghela nafas. Tapi, ia kembali tegang ketika menyadari sesuatu.
"Lalu.. apa.. apa kita akan bertemu dengan Ibumu juga? Kau bilang kau tinggal bersama anak dan Ibumu. Kita akan ke New York? Tapi aku belum menyiapkan semuanya. Aku tidak membawa apa-apa."

Jungkook tertawa, "Tidak. Anakku bersama Yoongi hyung saat ini."

Jimin kembali menghela nafas. Ia gugup jika harus bertemu dengan orangtua Jungkook. Ia takut. Ia baru saja memulai semuanya dengan pria itu. Tidak ada yang pernah mencintainya seperti Jungkook.

"Kau tidak perlu takut." Jimin melihat Jungkook yang seolah-olah bisa menjawab pikirannya. "Ibuku pasti akan menyetujui kita." Lanjutnya sambil menggenggam lembut sebelah tangan Jimin yang tersimpan di paha, membawa tangan itu ke bibirnya untuk ia kecup.

"Jadi saat kau pulang ke Korea, kau membawa Ibu dan anakmu juga?"

"Tidak. Aku pergi sendiri. Tapi beberapa hari kemudian Ibuku bilang juga merindukan Korea. Makanya aku membiarkannya datang. Untuk sementara mereka tinggal bersama keluarga Min sekarang. Lagipula orangtua Yoongi hyung rindu pada cucunya."

Jimin mengangguk, mengerti. Ia perlahan melemaskan tubuhnya yang tadi terasa tegang.
Melihat ke luar jendela, ia menurunkan kaca itu. Hembusan angin langsung menerpa wajah dan rambutnya.
Jimin mengingat kembali perkataan Jungkook tadi pagi tentang anak itu.

"Namanya Jeon Somi. Gadis kecil berumur lima tahun. Mungkin kau tidak akan suka, dia cerewet. Tapi terkadang kau juga cerewet. Kau akan mempunyai lawan, Jimin. Hahaha... Sebenarnya, dia bukan anak kandungku. Dia anaknya Min Yunji, si kembar yang sudah kuceritakan padamu. Yunji tidak tau dia hamil saat berkencan dengan pria New York. Dia sudah putus dengan pacarnya waktu itu. Dan dia sudah meninggal... karena penyakit keturunan. Penyakit sama yang di derita juga oleh Yoongi hyung dan Ibu mereka. Tapi aku hanya berhasil menyelamatkan Yoongi hyung. Dan Yunji hamil. Itu semakin memperparah keadaannya. Sama seperti Ibu mereka yang meninggal karena penyakit itu, Yunji pun juga... Sebelumnya, dia sudah meminta padaku agar merawat anaknya. Agar aku menjadi Ayahnya. Aku tidak tau kalau dulu dia menyukaiku, Yoonji yang memberitahuku. Lucu sekali. Kalau pun dia mengatakannya dulu, aku juga tidak akan menerimanya.. hahaha..."

Jimin ingat betul bagaimana ekspresi Jungkook saat menceritakan semuanya. Pria itu tertawa, namun banyak kesedihan disana. Kesedihan karena kehilangan seorang sahabat yang benar-benar mencintainya.

Keluarga Min sebenarnya juga sangat ingin merawat Somi. Tapi karena pesan dari Yunji, mereka menuruti kemauan itu. Lagipula, Jungkook tidak keberatan.

---***---

"Daddy, siapa paman ini?" Gadis kecil bermata coklat itu bertanya sambil menyendokkan es krim ke dalam mulutnya.

"Dia kekasih Daddy."

Jimin yang duduk di hadapan kedua orang itu segera menelan ludahnya, gugup. Jimin juga tidak tau kenapa ia menjadi gugup. Ayolah, Somi cuma bocah lima tahun, Jimin.

Mereka memilih berbicara di sebuah kafe keluarga setelah mengambil Somi dari tangan Yoongi yang tidak membiarkan mereka pergi. Pria berkulit pucat itu sedang bermain catur bersama Somi di depan minimarket. Jimin tidak menyangka CEO mereka kekanakan juga, suka mengumpat dan aneh. Mengajak anak kecil bermain catur di depan minimarket? Gila!

"Daddy akan menikah dengan paman ini?"

"Ya, tentu saja. Kau tidak keberatan, kan?"

Mata Jimin berkedip-kedip. Apa tadi katanya? Menikah? Siapa yang menikah?

"Daddy bahagia kalau bersama paman ini?"

"Hum. Daddy bahagia."

Somi berhenti menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. Lalu, gadis kecil itu berkata pada Jimin yang diam sejak tadi, "Paman, jangan menyakiti Daddy. Atau aku akan mengompol di kasurmu. Aku juga pintar meludah..."

"Hei, jangan meludah. Siapa yang mengajarimu, huh?" Jungkook memotong.

"Bibi Yoonji."

"Yoonji sial-"

"Jeon Jungkook!" Sekarang Jimin yang memotong. Ia memberi kode bahwa ada anak kecil disini.
"Jangan mengumpat."

Jungkook menyengir. "Maaf."

Tapi Somi berpikiran kalau Jimin sedang marah pada Daddy-nya.
"Paman, jangan membentak Daddy."

"Aku tidak membentaknya. Daddy ingin berkata kasar tadi. Itu tidak baik."

Ow, Jungkook tidak fokus ketika mendengar Jimin menyebut kata 'Daddy' untuknya. Seperti ada sesuatu yang bergejolak di bawah sana.

"Berkata kasar seperti apa, Paman?" Somi penasaran.

Sedangkan Jimin tersenyum manis. Anak-anak, pikirnya.

---***---

Sementara itu di rumah sakit KookMin, para staf medis di hebohkan dengan pasien yang baru saja tiba.
Pasien VIP yang dikenal hampir seluruh warga Korea. Tentu saja, karena ia merupakan seorang aktor terkenal. Aktor bernama Kim Taehyung.

"Aku ingin dokter Park Jimin yang merawatku." Suara bariton itu terdengar. Perawat wanita yang berdiri disana merasa lemas seketika.

"Tapi, Taehyung-sshi. Dokter Park sedang cuti." Namjoon menyahut. Ia langsung yang menangani hal ini karena Taehyung mempunyai banyak penggemar. Ia takut cuitan ketidakpuasan aktor itu akan merusak citra rumah sakit.

"Aku akan menunggunya."








>>>>>


"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang