10. Kulkas

2.7K 369 38
                                    

"Dokter Jeon, tunggu! Dokter..!"

Jungkook mendengar Jimin berlari-lari di belakang sana sedang memanggilnya, namun ia hanya berjalan santai menuju parkiran. Ah, ia suka bermain-main dengan pria mungil itu.

"Jeon Jungkook-sshi, sebentar!"

Akhirnya Jungkook berbalik. Ia memasang wajah pura-pura heran. "Jimin-sshi? Ada apa? Kau terlihat kelelahan."

Jimin mengatur nafasnya. Kemudian ia mulai berbicara, "Aku pikir aku menolaknya."

Alis Jungkook terangkat. "Hm?"

"Tentang kau memasukanku ke dalam timmu. Kenapa kau memasukanku ke dalam tim? Aku menolaknya."

Jungkook melipat kedua tangannya di dada, "Sebelumnya aku sudah bertanya tadi. Jika tidak ada yang berkenan silahkan angkat tangan. Tapi kenapa kau tidak mengangkat tanganmu, Jimin-sshi?"

"Itu.. Aku.. Aku tidak ingin mempermalukanmu." Jimin jujur dengan perkataannya.

Saat Jungkook menanyakan hal itu, Jimin ingin segera mengangkat tangannya dan menolak berada di tim. Tapi Dokter Na lebih dulu melakukannya. Perkataan dokter wanita itu benar-benar menyakiti hati Jimin, namun jawaban dari Jungkook segera menghilangkan rasa sakit itu.

"Dan.. dan aku ingin berterima kasih." Lanjut Jimin. Ia menatap Jungkook dengan sebuah senyuman. "Terima kasih telah mempertahankanku untuk berada di timmu."

Jungkook berusaha menahan senyumnya, "Jadi? Kau menolak atau tidak? Aku tidak mengerti."

Pria mungil itu menggaruk-garuk belakang kepalanya, "Aku..aku tidak tau."

Ah, imut sekali.

"Baiklah, Jimin-sshi. Kalau kau belum bisa menemukan jawabanmu, aku akan tetap menunggu. Tapi untuk saat ini, kau harus tetap ikut bersama kami ke desa itu. Dua hari lagi kita harus berangkat kesana. Jika sampai disana kau merasa keberatan, aku tidak akan mengontrakmu dan membiarkanmu pulang. Kau mengerti?"

Jimin terlihat berpikir. Namun akhirnya ia menganggukan kepala. "Aku mengerti."

"Baiklah. Kalau begitu biarkan aku mengantarkanmu pulang."

"Tidak. Aku tidak ingin merepotkanmu."

"Kau tidak merepotkanku, Jimin-sshi. Aku yang membawamu kesini, jadi sudah seharusnya aku mengantarkanmu juga." Jungkook sudah membukakan pintu penumpang depan untuk Jimin. "Masuklah."

Jimin memasuki mobil itu dengan sungkan. "Terima kasih." Katanya. Jujur saja, jika Jimin wanita ia pasti sudah jatuh cinta pada Jungkook. Dokter Jeon itu begitu terampil memperlakukan orang. Pantas saja banyak wanita yang menyukainya walau Jeon Jungkook seorang brengsek. Dan entah kenapa, Jungkook memperlakukannya seperti seorang wanita. Contohnya seperti tadi, memberikan udang yang kulitnya sudah dibersihkan, membukakan pintu mobil dan saat ini mengantarkannya pulang. Jimin seorang pria. Ia akan baik-baik saja kalau pulang sendiri. Lagi pula ini masih sore.

"Oh ya, Jimin-sshi. Aku ingin ke supermarket. Ada yang harus kubeli untuk persiapan ke desa itu. Kau tidak keberatan, kan?"

Jimin melihat Jungkook yang sudah berada di kursi pengemudi. "Tidak masalah. Aku juga ingin membeli sesuatu." Jimin menjawab sambil mengangguk.

Dan ketika tiba disana, Jungkook langsung mengambil troli. Memasukan segala sesuatu yang ia butuhkan.

Jimin meliriknya ketika pria itu mengambil daging segar dan sayuran. "Kau kehabisan bahan makanan juga di kulkasmu? Tadi pagi saat aku masak, kulkasmu masih punya beberapa bahan makanan. Lagipula kau akan pergi ke desa itu, kan? Sayang jika tidak digunakan segera. Tapi kau malah membelinya lagi."

Jungkook tersenyum. Ia suka Jimin yang cerewet seperti ini. "Benarkah? Aku memang jarang memasak. Jadi aku tidak tau. Jadi, benar-benar masih banyak?"

Jimin mengangguk. "Hm. Malah itu cukup untuk tiga hari kedepan. Kau malah bisa berbagi bersama temanmu dengan bahan makanan di kulkas itu."

"Kalau begitu makan malam bersamaku."

"Huh?" Jimin menatap Jungkook tidak percaya.

"Kau bilang sayang dengan bahan makanan di kulkasku."

"Kau punya banyak teman, kenapa harus aku?"

"Kau yang saat ini bersamaku. Lagipula masakanmu enak. Aku suka."

"Lalu kau menyuruhku untuk memasak?" Jimin mulai emosi.

"Aku akan membantu. Aku akan membayar belanjaanmu juga."

"Kau pikir aku tidak punya uang?"

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu."

"Aish!"




>>>>>

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang