13. Dokter Licik

3.1K 364 36
                                    

Para dokter dan perawat yang terpilih sudah menunggu di luar bandara. Bus besar bertengger manis disana. Tapi tidak semanis yang diharapkan Jimin. Tidak. Ia tidak mengharapkan perjalanan ini dipenuhi oleh perlakuan manis dokter-dokter itu. Yang Jimin harapkan dirinya bisa ikut tanpa gangguan. Namun kenyataannya gangguan itu telah dibuat oleh salah seorang dokter untuk Jimin.

"Tidak ada kursi yang tersisa. Sepertinya Dokter Park harus naik transportasi lain." Itu suara Dokter Na. Beberapa dokter masih berada di luar bus karena insiden kecil ini. Insiden yang sengaja dibuat oleh dokter wanita itu.

"Bagaimana mungkin tidak ada kursi yang tersisa? Sedangkan semuanya sudah di data oleh pihak rumah sakit berapa jumlah staf medis yang harus diberangkatkan." Jimin memberikan pendapatnya. Ia merasa heran dengan kesalahan ini.

"Oh, aku tidak tau mengenai hal itu, Dokter Park."

Jimin sedang berpikir. Ada yang tidak beres menurutnya. "Maaf, mungkin ada perawat yang seharusnya tidak berada disini. Maksudku, mungkin penumpang gelap yang tidak terpilih."

"Tidak. Semuanya sudah sesuai dengan pendataan, Dokter Park. Masing-masing dokter sudah memilih stafnya sendiri dan tidak ada yang salah dengan itu." Dokter Na kembali menjawab sambil tersenyum.

Prosedur yang ditetapkan ialah dokter yang dipilih oleh Jungkook berhak membawa perawatnya masing-masing. Jimin juga sudah memilih dua staf medisnya. Perawat yang dibawanya juga sudah menawarkan diri agar mereka saja yang naik transportasi lain, namun Jimin menolak karena ia merasa harus bertanggung jawab karena sudah memilih mereka berdua.

Tanpa Jimin sadari Dokter Na tersenyum puas. Wanita cantik itu kembali berkata, "Jadi, Dokter Park... sepertinya kau memang harus naik transportasi lain."

"Siapa yang naik transportasi lain?" Itu suara Jungkook. Sejak tadi ia memang tidak ada disana karena bertemu dengan salah seorang kenalan di area bandara.

"Oh, Dokter Jeon. Kau sudah selesai dengan urusanmu?" Dokter Na mencari perhatian.

Namun Jungkook mengabaikannya dan memilih melihat Jimin yang sejak tadi tidak mau melihatnya.
"Apa ada masalah?" Jungkook bertanya.

"Dokter Park tidak mendapatkan kursi. Jadi sepertinya dia harus naik transportasi lain menuju desa itu." Dokter Na menjawab sambil memasang wajah berpura-pura iba. Tapi wajah itu tidak bertahan lama dan berubah menjadi keterkejutan ketika mendengar perkataan dari Jungkook.

"Tidak perlu. Dokter Park bisa pergi bersamaku. Aku akan mengambil mobilku dan kalian lebih baik segera berangkat sekarang."

Jujur saja, Jimin ingin menolak tawaran itu, tapi Jungkook sudah pergi dari sana. Ia melirik Dokter Na dan melihat wanita itu langsung menghampiri Jimin dengan wajah tersenyum manis.

"Begini, Dokter Park. Bagaimana kalau kita bertukar posisi? Aku tidak bisa naik bus besar. Kepalaku bisa pusing. Aku akan memberikanmu kursiku dan aku akan naik mobil bersama Dokter Jeon. Kau setuju?"

Wajah Jimin datar. Sialan, wanita licik ini sangat jelas menyukai Jeon Jungkook. Sejak tadi Jimin punya firasat kalau Dokter Na lah yang merencanakan dirinya yang tidak mendapatkan kursi. Ia tidak tau bagaimana, tapi firasatnya mengatakan seperti itu. Bukan tanpa alasan, namun wanita itu memang terlihat jelas tidak menyukai Jimin, sejak dulu.

Niat awalnya yang ingin menolak Jungkook seketika berubah. Jimin ingin membalas perlakuan Dokter Na.

Tepat setelahnya Jungkook datang dengan mobil yang ia kendarai. Jungkook keluar dan sekali lagi membukakan pintu penumpang depan untuk Jimin.
"Park Jimin-sshi." Panggilnya berdiri disana.

Jimin melihat Dokter Na, "Maaf, tapi Jungkook menawarkannya padaku." katanya sambil tersenyum manis.

Sambil berjalan menuju mobil Jungkook, bahkan saat sudah berada di mobil itu Jimin tetap tersenyum. Ia tersenyum puas mengingat reaksi dokter licik itu. Jungkook yang menyetir sesekali melirik Jimin yang tersenyum dengan aneh. Padahal sejak tadi pria mungil itu terlihat dingin.

Sudah dua hari Jungkook tidak melihatnya. Ia berusaha menghubungi Jimin sejak terakhir kali mereka bertemu. Namun Jimin tidak menjawab panggilannya. Jungkook sempat berpikir untuk mendatangi rumah Jimin, tapi ia takut pria itu akan marah. Jadi Jungkook menunggu untuk bertemu hari ini. Saat di dalam pesawat mereka tidak bersama karena mengambil kelas yang berbeda. Jadi ini kesempatannya untuk berbicara.

"Kau terlihat bahagia." Jungkook memulai.

Jimin yang saat itu fokus pada ponselnya hanya melirik saja, lalu segera mengatur ekspresi wajah.

"Saat aku bangun kau sudah tidak ada."

Tubuh Jimin langsung menegang. Ia tau Jungkook membicarakan apa.

"Semuanya sudah bersih. Kau membersihkan semuanya? Aku jadi merasa tidak enak."

Jimin berdehem sebelum mulai berbicara, "Tidak apa-apa. Lagipula kau yang membayar semuanya."

Jungkook mengangguk saja. Ia merasakan kecanggungan Jimin, jadi ia memilih untuk tidak melanjutkannya.
"Kita makan siang dulu. Namjoon hyung pernah membawaku ke restoran ini dan tangsuyuknya benar-benar enak."

"Tapi kita akan makan siang di penginapan nanti."

"Kau bisa makan lagi kalau mau."

"Tapi apa tidak apa-apa? Mereka pasti sedang menunggu kita."

"Aku akan menelepon Dokter Shim dan memberitahukannya agar tidak menunggu kita." Jungkook meredakan kekhawatiran Jimin.

Pria mungil itu akhirnya setuju saja. Dan mulai kembali berbicara, "Kau sudah kesini sebelumnya?"

Jungkook mengangguk, "Ya, aku ingin memantau lebih dulu dan mengumpulkan data sebelum akhirnya menentukan berapa tim yang harus kubawa. Dan aku heran kenapa kau tidak mendapatkan kursi. Sepertinya ada kesalahan yang kuperbuat."

"Tidak. Bukan kau yang salah." Jimin menyahut. Ia tau Dokter Na yang menyebabkan semuanya.

Prosedur yang diberikan Jungkook ialah setiap dokter boleh memilih staf medis maksimal tiga orang. Dokter Na awalnya hanya merekomendasikan dua orang saja, namun tepat hari yang ditentukan tiba-tiba saja ia membawa tiga orang. Jimin tau kronologi kejadian itu dari kedua perawat yang ia bawa saat ini berada di dalam bus sudah mendengar desas-desus disana dan mengirimi Jimin pesan, memberitahukan segalanya. Sialan! Sudah ia duga.





>>>>>

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang