20. Aku Mencintaimu

3K 385 74
                                    

"Mereka membawaku dengan paksa waktu itu. Aku tinggal di rumah mewah mereka dan diberikan pendidikan. Ya.. semacam bagaimana berprilaku seperti bangsawan. Mereka akan membiarkanku bertemu dengan Ibu jika nilaiku selalu bagus. Makanya aku belajar dengan giat dan bisa melompat ke kelas yang sama denganmu walau umurku masih muda. Tapi maaf, aku tidak mengenalimu, Jimin. Aku terlalu memikirkan Ibuku waktu itu."

Jimin mengelus-elus tangan Jungkook yang berada di perutnya.
Pria berbadan atletis itu sebelumnya memang membawa Jimin ke kamarnya. Mereka berbaring di kasur. Jungkook memeluknya dari belakang. Jimin awalnya keberatan, tapi ia memilih diam ketika Jungkook mulai bercerita.

Hembusan nafas Jungkook terasa hangat di belakang lehernya. Jimin mendengar pria itu berbicara lagi.

"Aku kembali berprilaku buruk karena menyadari mereka tidak akan menepati janji untuk mempertemukanku dengan Ibu. Sampai akhirnya mereka lelah denganku dan membiarkanku melakukan apapun yang kumau. Tapi dengan syarat aku harus membayar biaya yang telah kuhabiskan selama aku dibesarkan oleh mereka."

"Apa?" Jimin geram. "Bukannya mereka yang membawamu? Kau tidak pernah meminta untuk dibiayai oleh orang-orang itu. Sialan sekali mereka."

Jungkook tertawa. Ia mengecup singkat belakang leher Jimin.
"Ya, mereka memang sialan. Mereka pikir aku tidak akan pernah bisa mengembalikan uang mereka."

"Lalu, bagaimana kau bisa mengembalikannya?"

"Yoongi hyung membantuku. Aku bersekolah di sebuah universitas kedokteran ternama. Dia membayar semua hutangku pada mereka dan menyekolahkanku. Dia bilang aku boleh mengembalikan semuanya ketika aku sukses nanti, jadi aku tidak perlu merasa berhutang budi padanya."

"Ceo Min? Wah.. dia keren sekali. Aku pernah berjumpa dengannya beberapa kali di rumah sakit. Dia memang terlihat keren."

Ya, Min Yoongi menjadi penerus segala usaha milik keluarganya. Termasuk rumah sakit dimana Jimin bekerja.
Tapi alis Jungkook berkerut ketika mendengar pujian Jimin untuk Yoongi. Dia tidak suka.

"Kau menyukainya?" Jungkook mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Jimin.

"Hum. Dia keren. Tentu saja aku suka..."

"Kau-"

"Apalagi dia sudah membantu kekasihku. Aku semakin menyukainya."

"Kalau kau memang menyukainya, kenapa tidak kau katakan saja padanya lang... tunggu sebentar. Tadi kau bilang apa?" Jungkook sudah emosi, tapi ia menyadari sesuatu.
Jimin bilang apa tadi? Kekasih?
"Ulangi lagi. Aku tidak dengar." Jungkook memerintah.

Jimin tersenyum sambil membalikan badannya. Ia mendorong tubuh Jungkook dan segera naik kesana. Posisinya berada di atas pria itu saat ini.

Jimin memeluk Jungkook, lalu membisikan sesuatu. "Kau kekasihku. Aku mencintaimu."

Jungkook menangkup kedua pipi Jimin agar bisa melihat wajah pria diatasnya. Mencari keseriusan disana.
"Kau tidak bercanda, kan? Kau mencintaiku bukan karena kasihan atau-"

"Untuk apa aku mengasihanimu? Kalau aku menyukaimu karena kasihan, aku sudah mempunyai banyak kekasih karena kasihan pada orang-orang diluaran sana."

Baiklah, itu masuk akal bagi Jungkook. Dan Jimin orang yang muda terbaca. Ia melihat pria itu benar-benar serius padanya.
Jungkook senang? Tentu saja. Ia sangat sangat sangat bahagia.

Jungkook memeluk erat Jimin. Mengecupi seluruh wajah  dan leher pria itu.

"Hentikan.. ini geli. Kau juga belum menceritakan semuanya."

Jungkook tidak mendengarkan. Ia malah membalik posisi mereka. Jimin yang berada di bawah saat ini. Jungkook yang berada di atasnya terus melakukan hal itu. Awalnya kecupan ringan yang cepat, lama kelamaan menjadi hisapan yang dalam.

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang