Maaf, cerita ini kupercepat ya. Jd bkalan rada aneh.
Aku minta maaf jg klo ini gk masuk akal. Nama'y jg fiksi.
Prosedur, praktek atau nma ilmu kesehatan yg trtulis dsini jangan dibawa serius. Ini cuma FANFIC yg akan ngebuang waktu brharga pembaca.Jadi, maaf & terima kasih
(◠‿・)—☆------------**********------------
Pandangan dokter dan perawat disana begitu tidak menyenangkan. Mereka bisa saja bertepuk tangan untuk Jimin, namun mata mereka menyiratkan kebencian.
Ya, setelah berada di desa itu selama sebulan. Akhirnya penyebab wabah ditemukan. Penyebabnya ialah karena sapi ternak yang berada di desa itu memakan tumbuhan langka namun beracun dalam jumlah yang banyak. Ketika sapi mulai sakit, sapi itu berakhir untuk menjadi panganan warga disana dan dijual murah ke luar desa. Wabah itu tidak menular, hanya saja penjualan daging sapi dari desa itu diberhentikan.
Jiminlah yang menemukan penyebabnya ketika ia sedang bermain bersama ketujuh bocah waktu itu di dekat hutan. Ia sering bersama mereka karena telah berjanji akan mengajarkan mereka tarian.Maka, saat mereka berhasil menyelesaikan masalah di desa itu, staf medis mendapatkan jamuan langsung dari pemerintah.
Malam itu mereka hadir dengan tuxedo dan gaun terbaik. Jimin menjadi pusat perhatian dari para wartawan karena kinerjanya, sedangkan Jungkook dikelilingi para wanita yang hadir disana. Pria itu sudah terkenal lebih dulu, omong-omong.
Karena Jimin tidak terbiasa menjawab pertanyaan dan menjadi pusat perhatian, ia pun memilih untuk memegang lengan Jungkook agar tidak jauh-jauh darinya, membuat wanita-wanita disana bergumam menyumpah untuk Jimin.
"Kau posesif sekali hari ini. Tapi aku suka." Kata Jungkook sambil tersenyum aneh pada pria mungil di sampingnya.
Jimin memutar mata saja, merasa ingin muntah.
"Jangan memasang wajah seperti itu pada kekasihmu."
"Siapa kekasihku?"
"Tentu saja aku." Jungkook menjawab dengan percaya diri.
"Aku tidak pernah mengatakan 'Ya' padamu. Lagipula, sudah kukatakan berulang kali. Kau hanya terbawa suasana. Kau seperti ini hanya karena kita melakukan seks."
Jungkook diam memandang Jimin. Ia kemudian mencubit kedua pipi pria itu, gemas. "Kalau aku bisa membuktikan padamu bahwa aku menyukaimu bukan karena seks, apa kau bisa berjanji tidak akan meninggalkanku?"
"Argh! Ini sakit, sialan." Jimin mengumpat pelan. Ia masih ingat sedang berada di aula yang megah dengan banyak orang. Walau ia dan Jungkook sedang berdiri di sudut dekat jendela sekarang. Jimin harus tetap menjaga sikap.
"Kau harus berjanji dulu padaku. Dan lakukan apa yang kuperintahkan." Jungkook berkata sambil mengeluarkan ponselnya. Ingin merekam Jimin ketika sedang bersumpah.
"Kekanakan." Gumam Jimin. Dan memilih membiarkan Jungkook melakukan apapun yang ia minta agar Jimin tidak diganggu lagi.
"Baiklah, setelah ini kita ke apartmentku."
---***---
Tempat ini, suasana ini dan sofa itu. Jimin punya ingatan tersendiri dengan aprtement Jungkook. Ia menegak air liurnya sendiri ketika masuk ke sana.
"Duduklah. Aku akan mengambilkanmu air."
Pikiran Jimin buyar saat mendengar suara Jungkook yang menuju dapur sambil membuka pakaian luarnya. Jimin pun melakukan hal yang sama. Lalu, duduk dengan canggung di sofa.
Beberapa menit setelahnya Jungkook datang sambil membawakan teh lemon hangat dengan cemilan. Pria itu meletakannya di meja dan duduk di sebelah Jimin dengan jarak yang dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
"OUR DREAMS"/KookMin
FanfictionJungkook dan Jimin mempunyai mimpi. Namun tidak bisa terwujud. . . Tapi mereka menikmatinya. Berdua, bersama-sama. --- *** --- WARNING!!! Boys Love! 20+