11. Kau Mabuk

3.2K 365 61
                                    

"Wah, aku kenyang sekali." Jungkook mengusap-usap perutnya. Saat ini ia berada di ruang TV apartmentnya, duduk di sofa sambil meletakan kedua kaki di atas meja.

Kemudian, Jimin datang menghampiri sambil membawa sebuah gelas dan sebotol anggur yang ia beli di supermarket. Baiklah, Jimin mengaku. Sebenarnya Jungkook yang membayar belanjaannya. Jimin berencana akan meminumnya di rumah, tapi setelah makan steak yang ia buat bersama Jungkook, paling enak minum anggur setelahnya.

Jungkook melihat Jimin, "Kau mau minum?"

"Ya. Dan kau jangan coba-coba untuk minum juga." Pria mungil itu memperingatkan.

"Aku tidak akan mabuk kalau minum sedikit."

"Diam kau!" Jimin masih trauma. Bokongnya masih sakit sampai sekarang, tapi ia berusaha berjalan normal.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Jungkook bersuara.

"Apa?"

"Kenapa perubahan sikapmu beda sekali denganku saat kita berada di dekat orang lain? Kau lebih cerewet kalau kita sedang berdua."

"Bukannya aku memang seperti ini?"

"Tidak. Terkadang kau terlalu menjaga sikap denganku kalau ada orang lain."

"Hmm... Aku tidak terlalu memperhatikan. Tapi bagaimana pun juga, kau adalah dokter senior. Aku harus menghormatimu. Terkadang kau juga mempunyai aura yang menakutkan. Kau tau? Aura yang mendominasi."

"Hm, begitu." Jungkook mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi aku lebih suka kau yang sekarang. Teruslah seperti ini. Kau tidak perlu takut padaku walau ada banyak orang nantinya."

"Setelah itu semua orang akan semakin membenciku." Gumam Jimin pelan.

"Kau bilang apa?"

"Tidak ada. Aku akan ke dapur untuk menggoreng sosis. Jadi jangan berani untuk meminumnya, kau mengerti?"

Jungkook hanya diam saja sambil menatap sebotol anggur yang berada di meja.

---***---

Sepiring sosis panas sudah berada di tangan Jimin. Ia berjalan menuju ruang TV. Ia lihat Jungkook sudah tiduran di sofa.
Jimin menyimpan sosis itu di atas meja. Lalu duduk di bawah karena tidak ingin mengganggu tidur Jungkook. Sambil menyandarkan punggungnya di sofa-dimana Jungkook sedang tidur diatasnya dan ia membelakangi pria itu-, Jimin mulai menyalakan TV. Ia mengambil sepotong sosis, memakannya lalu mengangkat botol anggur disana. Alis Jimin berkerut. Botol itu lebih ringan. Dan gelas yang ia bawa sebelumnya sudah memiliki sisa anggur. Jangan katakan kalau...

Jimin merasakan pipinya dibelai lembut. Ia tidak berani menoleh. Entah kenapa tubuhnya terasa kaku.

Jungkook dibelakangnya mulai bergerak. Dari ekor matanya Jimin bisa melihat. Pria itu duduk, Jimin berada diantara kedua kaki Jungkook. Pria itu mengurungnya, memeluknya dari belakang. Menciumi pucuk kepalanya lalu mengendusi leher Jimin.

Jungkook mengambil pipi Jimin, membawanya untuk menoleh. Jimin mendongakan kepalanya karena pria itu duduk di atas sofa. Ia memejamkan mata, tidak berani untuk melihat. Jimin merasa tubuhnya kaku, takut dan berharap (?)
Apa yang ia harapkan?

Jimin sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai akhirnya ia merasakan sebuah kecupan di bibirnya. Ada sesuatu yang bergerak diatas bibirnya. Sesuatu yang lembut dan basah. Bergerak mengulum bibir atasnya. Oh, sekarang mulai menghisap bibir bagian bawahnya. Begitu perlahan dan menggoda. Jimin mengerang ketika sesuatu yang lebih basah memasuki mulutnya. Baiklah ini rasa anggur. Jungkook meminum anggurnya. Dan Jungkook mabuk!

Jimin segera mendorong pria itu. Ia membuka matanya dan melihat Jungkook.. Oh, sial. Aura ini yang begitu ditakuti oleh Jimin. Dokter muda itu menatapnya dengan mata yang tidak biasa.

"Jungkook-sshi, tunggu dulu. Kau mabuk."

Deru nafas Jungkook terdengar tidak teratur. Jelas sekali ia sedang menahan sesuatu. "Aku tidak mabuk." katanya sambil menangkap tangan Jimin.

"Tidak, tidak. Jangan!"

"Aku menginginkanmu, Park Jimin. Kau kira berapa lama aku menahannya? Kemarilah. Aku tidak akan menyakitimu."

Jimin menggeleng. Jungkook yang mabuk tidak akan terkontrol. Ia pasti akan merasakan sakit.

"Ayolah, kau juga menikmatinya. Kau menikmatinya saat aku menciummu tadi."

"Tidak, Jungkook-sshi. Tunggu-"

Jungkook menarik tangan Jimin. Ia langsung menangkup pipi pria mungil itu. Mengurungnya dengan kedua kakinya lalu mulai mencium dengan menggunakan lidahnya.

Jimin mulai melemah. Ia tergoda dengan ciuman handal yang diberikan oleh Jungkook. Tentu saja, pria itu sering bergonta-ganti pasangan dan tidur dengan wanita manapun sejak sekolah dulu. Sedangkan Jimin? Pacaran saja ia tidak pernah. Tidak ada yang menginginkannya. Dan ia tidak pernah merasakan seks. Jadi, ketika Jungkook menyentuhnya waktu itu, Jimin tidak menyangka bahwa seks begitu nikmat walau menyakitkan. Saat ini ia disentuh lagi. Diberi ciuman yang begitu memabukan. Ciuman ini tidak seperti sebelumnya. Jungkook lebih sabar dan perlahan namun tetap agresif.

"Ngh~" Lenguhan keluar. Jimin mulai mengikuti irama ciuman yang diberikan oleh Jungkook. Ia sudah jatuh sepenuhnya.

"Gunakan lidahmu juga." Disela-sela ciumannya Jungkook mengajarkan Jimin. Tapi pria mungil itu tidak mengerti. Jungkook tersenyum ketika melihat muka kebingungan itu. "Masukan lidahmu ke dalam mulutku ketika aku menciummu." Jungkook memerintah dan kembali mencium Jimin dengan mulut mereka yang saling terbuka. Jimin terlihat ragu-ragu. Ia ingin mematuhi Jungkook tapi ia sendiri bingung. Hanya memasukan lidahmu, Jimin. Apa susahnya?

Jimin melakukan yang diperintahkan oleh Jungkook. Seketika ia langsung merasakan lidah panas dan basah pria itu menyambut lidahnya. Oh, tubuh Jimin melemah.

"Nngh~"

"Mmh.."

Kedua pria itu saling melenguh. Merasakan tubuh mereka memanas dengan sendirinya karena sebuah ciuman panjang dan dalam. Jimin bahkan sampai bergerak maju, bangkit menggunakan lututnya, menginginkan hal yang lebih. Jungkook tersenyum. Ia beralih menuju leher pria mungil itu. Mengendusi dengan ujung hidungnya secara perlahan. Jungkook sengaja, ia ingin memastikan Jimin benar-benar menginginkannya juga. Dan perlakuannya membuahkan hasil. Jimin mengeluh terkesan merengek padanya.

"Ju..Jungkook-sshi~"

"Hm?" Masih mengendusi leher Jimin, ia diam-diam tersenyum disana.

"Lakukan saja.."

"Kau ingin aku melakukan apa, Jimin-sshi?"

"Aku..aku tidak tau. Apapun itu, lakukan saja." Jimin benar-benar dikuasai oleh libidonya. Ia tidak pernah seperti ini. Entah karena dirinya yang tidak pernah disentuh, atau memang karena Jungkook benar-benar ahli menaikan gairahnya. Ia sudah tidak peduli dengan harga dirinya. Toh, Jungkook tidak akan ingat setelah sadar nanti, jadi ia tidak perlu merasa canggung. Toh, ia juga menikmati hal ini, jadi Jimin tidak merasa dirugikan.

Disela-sela pikirannya Jimin merasakan Jungkook mulai mengecupi lehernya. Suara kecupan itu terdengar jelas dan ia suka ketika bibir tipis Jungkook menghisap kulit lehernya.

"Baiklah, kau yang memintanya, Park Jimin. Aku tidak akan menahannya lagi."






>>>>>

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang