24. Cemburu

2.8K 364 74
                                    

Rahang Jimin mengeras. Ia berusaha menahan amarahnya yang ingin segera meledak.
Cukup sudah ia menghadapi seorang Kim Taehyung, kenapa sekarang Jimin harus melihat Jungkook makan bersama Dokter Na yang paling ia benci?

"Apa yang kau lakukan?" Jimin mendatangi meja Jungkook. Berdiri di sisi pria itu sambil melipat tangan di dadanya. Ia tidak tahan lagi ketika melihat Jungkook tertawa bersama Dokter Na sambil menikmati makanan mereka.
Awalnya Jimin heran ketika melihat kekasihnya datang bersama dokter wanita itu. Ia berusaha berpikiran jernih, mungkin saja ingin membicarakan pekerjaan. Tapi, karena kedua orang itu duduk tidak jauh darinya, Jimin dapat mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Tidak ada pembahasan mengenai pekerjaan atau apapun itu. Mereka berbicara dan bercanda tentang hal lain. Jimin bahkan tidak mempedulikan Taehyung di hadapannya.

"Aku bertanya padamu Jeon Jungkook, apa yang kau lakukan disini?" Jimin mengulang pertanyaannya karena tidak mendapatkan jawaban dari pria itu.

"Kami sedang makan disini. Kau bisa melihatnya sendiri, Dokter Park." Namun justru Dokter Na yang menjawab.

Jimin kesal. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Jungkook, Jimin berkata, "Aku tidak bertanya padamu, Dokter Na. Kau jangan ikut campur dengan urusan kami."

"Hei, memangnya siapa kau? Kau tidak ada hubungannya dengan semua ini. Dokter Jeon berhak makan dengan siapapun."

Jungkook mengangguk. Menyetujui perkataan dokter wanita yang duduk di hadapannya.
"Kau bisa makan dengan Kim Taehyung itu. Kenapa aku tidak bisa?"

Taehyung yang merasa namanya disebut langsung menunjuk hidungnya sendiri, "Aku?" Tanyanya. Lalu, ia pun bangkit dan menghampiri Jimin, berdiri di belakang pria kecil itu.

Jimin mengangguk-anggukan kepalanya. "Ow, kau kembali bertingkah kekanakan? Kau juga tidak mau kalah, begitu?"

"Kau yang kekanakan. Marah-marah tidak jelas dan mengabaikan pertanyaanku."

Jungkook dan Jimin saling beragumen. Sedangkan Taehyung melihat Dokter Na. Sambil berbicara menggunakan bahasa bibir tanpa mengeluarkan suara dari mulutnya yang berbunyi, "Ada apa sebenarnya?" Taehyung bertanya pada wanita itu yang dijawab dengan gelengan kepala.

Mau tidak mau, karena jiwa keingintahuannya membara, Taehyung menepuk-nepuk bahu Jimin. Ia penasaran.

Tapi malah mendapatkan bentakan dari pria mungil itu, "Apa lagi sekarang?!"

Taehyung sedikit terkejut. "Itu.. ada apa sebenarnya?"

"Kenapa? Kau akan mengadukannya pada orangtuaku lagi, huh? Dia kekasihku. Aku berpacaran dengan Jeon Jungkook. Aku sudah menjadi gay sekarang. Katakan saja pada mereka. Aku tidak peduli lagi!" Dan Jimin segera pergi dari sana. Meninggalkan keterkejutan di wajah ketiga orang di sana. Dokter Na yang terkejut karena Jungkook dan Jimin berpacaran, Jungkook yang terkejut karena tidak menyangka Jimin berani mengatakan hubungan mereka di depan Dokter Na dan Kim Taehyung yang terkejut karena Jungkook mau dengan Jimin.

"Wah~ kau hebat sekali bisa tahan dengan sikapnya yang naik turun itu. Jaga dia baik-baik. Jangan menyakiti sepupuku, Jungkook-sshi." Taehyung menepuk-nepuk bahu Jungkook.

Sedangkan Jungkook langsung mengangkat alisnya, bingung. "Sepupu?"


---***---

"Aku bersalah. Aku hanya ingin meminta maaf padanya." Taehyung mulai berbicara ketika mereka berhasil mengusir Dokter Na yang tidak ingin pergi dari sana. Sebenarnya, Hoseok yang datang lalu membawa paksa wanita itu keluar dan membiarkan kedua pria disana duduk saling berhadapan, masih di restoran yang sama.

"Es kopi, Dokter Jeon." Hoseok meletakkan segelas air berwarna hitam di depan Jungkook. Dahinya berkerut ketika melihat Hoseok. Ada hubungan apa pria ini dengan es kopi? Dan hei, dimana pelayannya? Kenapa pria ini yang mengantarkan?

"Abaikan Hoseok hyung. Dia memang aneh." Taehyung berkata ketika melihat mata Jungkook mengikuti Hoseok yang segera pergi dari sana, meninggalkan mereka.

Dalam benaknya, Jungkook berpikiran bahwa Taehyung sama anehnya dengan Hoseok. Melihat aktor tampan itu dengan nyamannya duduk di restoran yang ramai dengan orang-orang yang memfoto dirinya. Seharusnya ia memilih ruang VIP.

"Aku suka seperti ini. Aku suka jika orang-orang terpesona melihat ketampananku."

"Oh." Jungkook sudah menduganya. Dan ia tidak merasa aneh ketika Taehyung seolah-olah menjawab pertanyaan yang ada di dalam benaknya tadi.
"Jadi, kenapa kau ingin meminta maaf pada Jimin?" Pusat perhatian Jungkook kini kembali pada pria tampan di hadapannya.

Taehyung menghela nafas. "Aku bersalah padanya dimasa lalu."

"Apa yang kau lakukan? Kau menyakiti Jimin?"

"Tidak.. tapi, mungkin ya."

"Maksudmu?"

Taehyung memasang wajah menyedihkan. "Jimin suka sekali menari."

"Ya, aku tau itu." Jungkook menyahut. Ia tidak mau kalah. Merasa bangga karena mengetahui rahasia kekasihnya.

"Jadi, dulu saat kecil aku dan Jimin selalu bermain bersama. Tapi, semenjak Jimin mengikuti wanita tua yang suka menari itu.. Jimin tidak punya waktu untukku. Dia jadi sering latihan menari dengan tetangganya. Aku tidak suka. Jadi... aku melaporkan pada orangtuanya kalau Jimin suka menari. Mereka tidak suka kalau Jimin menari. Jadi, ya.. begitu."

"Aku mengerti." ucap Jungkook.

"Kalau kau mengerti, bantu aku agar Jimin mau memaafkanku. Aku akan membantu kalian juga."

"Membantu apa maksudmu?"

"Membantu agar hubungan kalian direstui oleh orangtua Jimin. Orangtuanya pasti marah besar kalau mengetahui anaknya berpacaran dengan seorang pria."

"Jimin takut dengan orangtuanya?"

Taehyung terlihat berpikir, "Kurasa tidak juga. Ia hanya takut tidak punya siapa-siapa. Jimin berpikir hanya orangtuanyalah yang ia miliki."

"Benarkah? Kalau begitu aku cukup membuatnya berpikir bahwa aku adalah miliknya dan dia adalah milikku."

Taehyung tersenyum mendengar jawaban dari Jungkook. "Kurasa aku benar-benar bisa menyerahkan Jimin padamu."





>>>>>

"OUR DREAMS"/KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang