(6 years later)
Tak terasa, naik-turunnya pengalaman dan 'drama' yang kurasakan di kehidupan SMA sudah kutempuh dengan selamat, ya itu beberapa tahun lalu.
Sekarang, aku sudah tidak tinggal dengan ibu dan ayah. Tapi tetap tinggal di Oklahoma, hanya beda daerah. Bukan di Edmond lagi, kini aku di Norman. Aku terkadang singgah ke rumah lamaku untuk melepas kangen dengan kedua orang tuaku itu..
Laura dan aku kini jarang bertemu, ia sibuk melayani pelanggan toko kuenya. Wajarlah kita, menjalani kehidupan masing-masing.
Elle sudah menikah dengan Tanner, sungguh beruntung dapat menikahi seseorang yang sudah bersamanya begitu lamanya. Mereka sudah memiliki rumah sendiri, di Ottawa, Kanada.
.
.
'In every hello there's a goodbye'
Kata yang cukup untuk merangkum keadaanku saat ini. Orang yang dekat denganku kini menjauh entah kemana..
.
.
.
Di umurku yang ke 21 tahun ini, aku sudah mengelilingi kota-kota kecil di Negeri Paman Sam ini, ya, Amerika Serikat. Untuk menunjukkan 'talenta' jemari ajaibku ini kepada masyarakat banyak, dengan komposisi yang kubuat berdasarkan pengalaman pribadiku. Aku bukan remaja lagi, aku sudah dewasa sekarang. Untukku, menjadi seorang pianis kecil-kecilan saja sudah cukup. Yah, semoga saja Tuhan mengizinkanku untuk menjadi pianis terkenal, sama terkenalnya dengan seseorang yang selama ini sangat berarti di hidupku, Greyson.
Oh ya, mengenai Greyson.. Aku jadi ingat percakapan kami beberapa bulan lalu.
.
.
(Flashback)
.
.
"Grey.. Akankah kau lupa denganku?" ujarku tak kuat menahan tangis. Greyson merangkulku erat. Ia mengelus liontin bunga melati di kalungku, yang masih setia kupakai hingga saat ini.
"Apa yang membuatmu berfikir bahwa aku akan melupakanmu? Selama kita masih kecil sampai sekarang aku masih di sisimu, Layla. Selama sekitar 17 tahun.. Kau tidak pernah meragukanku, kan?" ia menenangkanku.
"Aku takut ada seseorang di luar sana yang lebih baik dariku dan.."
"Ssh.. You don't have to be afraid, okay? Aku akan usahakan selalu kontak denganmu sebisa mungkin. I promise.. Aku akan kembali ke sini, dan kita akan bersama lagi. I promise, really.." Greyson menatapku serius untuk membuatku percaya.
Aku mengangguk.
"This sweater is mine, but it's yours now.. Keep it , okay? Kau bisa pakai kapan saja.." ia memberikan sebuah sweater merahnya yang biasa ia pakai di musim gugur atau dingin.
"Thanks.." jawabku pelan.
"Doakan aku agar selamat, ya.. Sweety." ucapnya.
"I will, chubby.. Hahaha.." kami berdua tertawa. (aku masih memanggilnya 'chubby' walau sekarang ia sudah dewasa dan kurus dengan kedua bahu yang bidang..)
.
.
"I love you.." ia memberikan kecupan di dahiku, entah ini akan terus berlangsung atau.. Kecupan terakhirnya. Entahlah.
"I love you too.." jawabku.
Ia segera masuk ke dalam taksi dan melambaikan tangannya ke arahku. Aku bisa melihat kesedihan di balik mata , dan senyum manisnya itu. Mungkin ia merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan..
Taksi pun pergi sampai tak terlihat oleh kedua bola mataku.
'Greyson.. Kota romantis, kota cinta di sana menantimu. Semoga kau selamat sampai tujuan, buat masyarakat sana dan masyarakat dunia bangga denganmu..' pekikku.
Kalian tau kemana ia akan pergi? ..
Paris , Prancis.
Bersama managernya, dan seorang temannya. Ia akan membuat banyak karyanya di sana.., dan mempromosikannya ke luar negeri. Ironis bukan? Membuat lagu, musik di sebuah kota 'mode' di dunia.
Tapi itu memang sudah ketentuannya. Aku ingat kata-katanya di sana banyak orang yang kenal dengan Greyson dan menjadi inspirasi untuk karya musiknya.
Aku yakin..
Ia akan menjadi orang hebat..
.
.
.
(Flashback off)
Tidak enak rasanya ditinggal sendirian oleh orang yang kau cinta, yang kau sayang. Apalagi aku tidak bisa menjamin apakah ia akan tetap bersamaku atau tidak.. Hanya Tuhan yang tau semua itu. Misterinya tak bisa kuungkapkan sekarang. Semoga semua ini berakhir manis, tak ada yang perlu dikhawatirkan..
.
.
.
Kembali ke rutinitasku. Sebagai seorang pianis , aku memiliki manager sendiri. Di sini aku memiliki 4 manager, bernama Trisha, Alejandro (biasa kupanggil Ale) , Zach, dan Chenning. Mereka memiliki tugas masing-masing, itu urusan mereka sendiri. Mereka yang memberitahu broadcast penting untuk diriku. Mereka juga yang memberikan undangan dari orang-orang penting untuk menyuruhku konser di tempat tertentu, seperti contoh, Michelle Obama yang mengundangku ke White House untuk tampil tahun lalu. Sangat beruntung.
.
.
Seberuntungnya aku, tidak ada apa-apanya dibandingkan kesedihan yang menyelimutiku sekarang. Kenangan indahku bersama Greyson yang suka menghantui di penghujung otakku, dan memori di masa-masa itu. Di masa kecil kami..
Terkadang, aku memutarkan rekaman lagu 'Sad Song' yang dicover oleh Greyson dan aku di sebuah piringan hitam tua. Lagu itu lagu yang kunyanyikan pertama kali bersama Greyson dengan iringan piano yang masuk rekaman, saat aku berada di bangku kelas 11. Greyson waktu itu yang meng-upload video lagu itu untuk karirku kelak menjadi seorang pianis dan menarik perhatian orang banyak. Piringan hitam itu sangat berharga untukku, untuk mengingat masa lalu yang indah.
Dan aku ingat betapa senangnya Greyson saat aku resmi menjadi seorang pianis yang mulai terkenal di Amerika Serikat, saat umurku genap 20 tahun. Kami senang dengan karir kami masing-masing, dan bangga.
Tapi karir juga lah yang memisahkan kami sekarang.
Well, entah apa yang akan terjadi di hari esok.. Life goes on..
.
.
.
.
Vomment guys! xxx
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Love~ Greyson Chance love story [COMPLETED]
FanficHidup itu layaknya sebuah piano.. Ada kalanya hitam yaitu masa-masa sulitku, dan putih yaitu masa-masa terindahku.. Jika aku memainkannya bersamaan, maka akan terdengar nada-nada yang indah. Tanpa tuts hitam, hidupku akan selalu indah , tidak ada ma...