Pagi yang cerah..
Yup, sehari setelah ulang tahun Greyson, ia mengajakku untuk singgah ke rumahnya. Seperti janjinya kemarin.
Aku segera bersiap untuk ke sana..
(Skip)
"Good morning! So glad to see you, beautiful.." sapa Greyson. Ia terlihat gagah berdiri di depan rumahnya lalu menghampiriku. Ia sepertinya sudah menungguku.
"Beautiful? Haha.. Hey, handsome.." jawabku. Ia memegang kalung bandulnya dan menggenggam liontin kalung melatiku.
"We both wear necklaces!" serunya seperti anak kecil.
"Yaa.. Aku tahu-_- " jawabku.
"Hehee.." tawanya. Ia mencubit hidungku dan tertawa.
"Can we just.. Ughh ,"
"Yaaa baiklah.."
Ia segera mengajakku ke dalam rumah.
(Skip)
Di sana terdapat Mrs. Lisa seorang. Alexa dan Tanner sedang pergi bersama teman-temannya, sedangkan Mr. Scott? Ia sedang ada urusan.
"Hello, Layla.." sapa Mrs. Lisa. Aku balik menyapanya. Greyson mengajakku ke lantai atas.
.
.
"What are we doing , Grey?" tanyaku.
"I don't know, haha" jawabnya tersenyum lebar.
"Oh ya! Actually, hari ini.. Aku ingin kita membuat daftar keinginan kita berdua.. Aku ingin mencapainya nanti, setelah SMA, atau sambil bekerja nanti.." ujar Greyson.
"Woww.. Kedengarannya menarik! Ayo.." jawabku. Aku mengambil secarik kertas dari box kertas dekat piala prestasinya..
"kita butuh pulpen.." ujarku. Greyson pergi ke kamarnya, mungkin mengambilkan pulpen untuk menulis..
.
.
.
"Here you go.." . Ia menyodorkannya kepadaku. "Aku tahu apa.." ujarnya. Ia menuliskan judulnya..
'Our Wishlist'
Greyson & Layla
..
"Nice.." ujarku. Kami mulai memikirkan sesuatu hal yang ingin dimiliki kelak.
"Ah ya!!" ia menuliskan sesuatu di atas kertas..
..
"Jalan-jalan ke dunia luar bersama.." ujarnya sambil menulis.
"Yang ke dua? Aku masih belum punya ide.." ungkapku. Ia segera menuliskan wish yang ke 2..
'ke Belanda melihat bunga-bunga tulip..'
.
"Well, untuk yang satu ini.. Aku sebenarnya menginginkannya dari dulu. Aku sangat ingin membuatmu bahagia di tengah-tengah bunga-bunga tulip di sana.." ujar Greyson.
"Aw.. Thanks.." jawabku. Aku terus memberinya usul yang dapat dipersutujukannya. Ia terus menulis cita-cita untuk dicapai nanti.
.
.
.
(Skip)
Huft..
"Sudah banyak.. Satu lagi saja.." ujarku.
"I know what to write.." jawabnya sambil tersenyum penuh kejutan.
"What is it?" tanyaku.
Ia menuliskan rangkaian kata.
Aku membacanya..
...
"Oh my gosh.." gumamku.
Greyson tersenyum ke arahku..
"Yes.. Layla." ujarnya.
..
"Kau.. Bercanda , kan?" ungkapku.
"Aku akan berusaha membuatnya tercapai. I'll marry you :) " jawabnya.
"Awww.. Kau sangat manis!" ujarku.
"I am! Hehe.."
Kini kami membaca ulang wishlist itu..
...
"Sepertinya ada wish yang tidak masuk akal.." ujarku.
"No! Justru itu adalah yang membuatnya unik dan menarik, hahaha.." jawab Greyson.
"Tapi.. Aku takut tak bisa mencapainya.." lanjutnya.
.
.
.
"Grey.. Aku memiliki suatu kutipan yang cukup inspirasional yang kubuat sendiri. Hidup itu seperti piano, biarlah masa-masa suram menimpa kita , seperti halnya warna hitam pada piano,tapi jangan membuat masa-masa indah terbengkalai begitu saja, yaitu warna putih. Tanpa mereka hidupmu tak bernada. Lagipula kau tidak perlu khawatir akan bisa mencapainya atau tidak.. Yang penting kau yakini dalam hati." jelasku.
.
.
.
"Whoaa. Wise! Thank you for the suggestion.. Kuharap kita dapat mencapainya bersama.. I'll make it work , okay?" ujarnya.
"Okay.. Together?"
"Together.."
..
Akhirnya wishlist itu diselesaikan dalam waktu satu hari.. Wishlist itu aku yang menyimpan, karena aku dapat menyimpannya dengan baik. Entah Greyson dapat menyimpan ini dengan baik atau tidak..
Setiap malam, aku selalu membaca wishlist itu sebelum tidur, bahkan aku merencanakan akan membawa di tas ransel sekolahku, agar aku selalu ingat Greyson..
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano Love~ Greyson Chance love story [COMPLETED]
Hayran KurguHidup itu layaknya sebuah piano.. Ada kalanya hitam yaitu masa-masa sulitku, dan putih yaitu masa-masa terindahku.. Jika aku memainkannya bersamaan, maka akan terdengar nada-nada yang indah. Tanpa tuts hitam, hidupku akan selalu indah , tidak ada ma...