2 - Sasha|Terimakasih

54 1 0
                                    

Selamat Membaca :)

"Senang bernostalgia bersama kalian"

☺☺☺

Sasha berbaring di kasur nya. Matanya menatap ke arah ubin. Wajahnya hanya memperlihatkan ekspresi datar. Mulutnya tak henti-hentinya menggigit kuku yang sengaja dia tempel dimulut. Dia memaki, mengumpat bahkan menyumpah dalam hati. Dia benci Liam. Apapun itu.

Hati gadis itu sebenarnya sakit dan hancur. Tapi air mata tak pernah kunjung keluar dari matanya. Seolah-olah tidak ada air mata yang harus jatuh hanya untuk menangisi manusia brengsek seperti Liam. Toh, dia juga sudah terbiasa dengan sendiri dan kesepian.

Matanya menerawang, memikirkan kejadian tadi sebelum semuanya gelap total.

Sasha terperanjat ketika melihat Liam sedang dalam posisi terduduk, tangannya memegang tangan manis kak Reina dan disaksikan oleh sebagian besar siswa penghuni SMA INKA.

Sungguh, Sasha merasakan jengkel dan dongkol dalam hatinya. Bagaimana mungkin Liam menghancurkan tembok kepercayaannya begitu saja. Teringat, begitu mudah nya cowok itu mengatakan cinta sama mudahnya Liam menghianatinya, seolah-olah hati Sasha hanya barbie semata yang bisa Liam buang tanpa memikirkan perasaan nya.

Sasha tak ingat betul kejadian tadi siang. Karena tiba-tiba saja pandangannya mulai kabur dan badannya mulai limbung. Saat bangun Sasha sudah berada didalam kamarnya.

Tiba - tiba handphone nya berdering membuyarkan lamunan nya mengenai Liam dan Reina. Sasha ngecek handphone.
Ternyata dari Nadine - batin Sasha.

Nadine : Sha, lo sibuk gak?

Shakila : enggak

Nadine : gue sama Amira bakalan ke rumah lo sekarang.

Shakila : iya

Balasan terakhir Sasha hanya dilihat Nadine. Setelah itu ponsel nya hening lagi.

Beberapa menit kemudian Alex memanggil namanya.
"Sha!" Teriak keras Alex memecah lamunan Sasha.

Sasha sedikit terperanjat karena terkejut "Iya Kak, Sha ada di kamar!!" Sasha tak kalah kerasnya.

"Ada temen mu!!!! Cepet keluar!"

"Iya kak! Sebentar!" Sasha masih baringan di kasur hangatnya tidak beranjak sama sekali dari tempat dia berbaring.

Itu pasti yang datang Nadine dan Amira, karena mereka sudah janji akan datang- pikir Sasha.

Beberapa menit kemudian, Sasha bangun dan beranjak dari kasurnya. Menyisir sedikit rambut hitamnya dan mengganti pakaiannya senormal mungkin.

Lima menit kemudian Sasha keluar dan menuruni tangga untuk menemui kedua sahabatnya.

"Hai" sapa Sasha. Tersenyum tipis.

"Hai Sha" balas Nadine.

"Udah lama? Maaf ya jadi membuat kalian menunggu" Sasha duduk di sofa.

"Lagian lo lama banget sih dandannya kaya mau lamaran aja" ujar Nadine dengan cerewet khasnya.

Amira tersenyum tipis lalu menggelengkan. Secara tersirat dia mengatakan bahwa dia tidak terganggu ataupun kelamaan menunggu Sasha.

Amira yang tenang kadang suka berbanding terbalik dengan Sasha dan Nadine yang terlalu ramai.

Setitik Rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang