42 - Sasha|Penjelasan

21 0 0
                                    

Selamat Membaca kisah Sasha dan Raka dengan senang hati :)


Part ini menjelaskan kenapa kemarin Raka dan Tsabita berpelukan

☺ ☺ ☺

Seorang wanita berambut panjang terurai, mengenakan dress biru muda selutut dengan senyum yang selalu menempel di wajahnya mengetuk pelan pintu rumah berwarna hitam itu.

Wajahnya selalu menyiratkan kedamaian dan ketentraman, sorot matanya teduh, bibirnya selalu melengkung manis. Itu semua sebenarnya hanya topeng yang sekadar menutupi kisah nyatanya. 

Karena kali ini dia datang tidak membawa lengkungan manis itu melainkan dia hanya membawa sorot mata yang sendu dan sembab.

Benar, perempuan itu adalah Tsabita, anak keluarga konglomerat kondang di kotanya yang memilik status yaitu adalah sebagai sahabat terdekat Raka. Dan pintu rumah yang sedang dia ketuk adalah pintu rumah Raka.

Tsabita kembali mengetuk pintu itu pelan karena tidak mendapatkan balasan apapun dari si empu pemilik rumah.

Seseorang dari dalan membuka pintu itu.

"Loh, Tsabita lo ngapain kesini?" Tanyanya heran. Tsabita bisa dikatakan sangat jarang mendatangi rumah Raka. Biasanya Raka yang akan kerumah Tsabita, bahkan saat Tsabita yang butuh pun Raka tak segan-segan akan mendatangi rumah Tsabita.

Tsabita memberikan tatapan yang sendu kepada Raka "emang gue gak boleh ya berkunjung kerumah lo" ujarnya.

Raka tersenyum simpul "Bukan begitu, gue cuman gak mau lo sakit karena harus jalan kaki kerumah gue. Kalau ada apa-apa hubungi gue aja, ntar gue yang ketempat lo" ujar Raka serius.

"Maafin gue Ka" ujar Tsabita menundukkan kepalanya.

Raka menarik dagu Tsabita "Lo jangan kaya gitu dong; gak pa-pa kok. Lain kali jangan diulangi lagi ya. Kalau ada apa-apa kabari gue saja" ujar Raka tersenyum ramah.

Tsabita memaksakan bibirnya untuk melengkung kembali.

Raka menghembuskan napasnya pelan "ayo Ta, masuk dulu" ajak Raka sambil menarik halus lengan Tsabita.

Manusia seperti Tsabita ini, memiliki tubuh yang ringkih dan hati yang gampang sekali terguncang. Sehingga sudah sebuah keharusan, Raka memperlakukan Tsabita dengan baik dan hati-hati.

"Lo kenapa Ta?" Tanya Raka saat keduanya sudah berada di ruang tamu rumah Raka.

Mulut Tsabita masih terus diam membisu. Kepalanya menunduk kebawah dalam-dalam.

"Ta" ujar Raka menarik dagu Tsabita sehingga dia Tsabita bisa melihat Raka tetap didepannya.

Mata Tsabita mulai berkaca-kaca, siap meluncurkan air itu dengan deras.

"Loh, Tsabita lo kenapa?" Ujar Raka mulai panik mengelus pelan kedua pipi Tsabita.

"Tsabita, lo kenapa" kata Raka setengah mengguncangkan bahunya Tsabita pelan.

Benar saja, air itu mulai meluncur dengan deras "Mom and dad bilang kalau mereka mau pindah untuk nyusulin granny diluar negeri dan gue diharuskan ikut mereka, karena kalau tidak ikut gue udah gak ada keluarga lagi disini. Lo tau kan kalau seluruh keluarga dan kerabat gue tinggal di luar negeri" ujar nya sambil terisak.

Memang benar keluarga Tsabita merupakan salah satu keturunan darah biru yang semuanya ada luar negeri karena memang disanalah mereka dilahirkan. Hanya keluarga Tsabita saja yang tinggal dinegara ini; itupun karena kedua orangtua nya sedang ada keperluan disini. Sehingga diharuskan untuk tinggal disini dalam kurun waktu beberapa tahun, dan saat waktunya telah selesai. Jadilah keluarga nya Tsabita itu akan kembali lagi ke negaranya.

Setitik Rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang