Selamat Membaca kisah Sasha dan Raka dengan senang hati :)
Gak salah kan aku mencintaimu? Karena kenyataannya memang demikian, aku mencintaimu.
☺ ☺ ☺
Sudah sejak sore suasana dikota naik turun tidak bersahabat, dingin luar biasa. Hingga sampai menyentuh angka 7° C, itupun karena sudah turun beberapa derajat.
Meskipun suasana dingin dan sedang tidak bersahabat, tak menyurutkan niat Sasha untuk tetap mengunjungi cafe Vlatge sekadar untuk berjumpa dengan Raka, karena dia bilang akan ada hal yang harus Raka bicarakan. Selain itu, Sasha juga butuh penjelasan mengenai keseriusan Raka terhadap perasaannya.
Sasha sebenarnya tidak diperbolehkan untuk keluar rumah oleh Alex dengan alasan cuaca sedang tidak bersahabat. Tapi Sasha menyakinkan kakaknya itu untuk pulang tidak sampai jam 9 malam. Selain itu Alex bilang Sasha juga harus diantar sopir rumah untuk berpergian.
Sasha sekarang sudah duduk manis didepan seorang cowok yang mengundangnya ke cafe tersebut.
Sasha malam ini mengenakan dress selutut lengan pendek berwarna krem, dia juga mengenakan stoking untuk menutupi kakinya dari udara luar yang dingin. Awalnya Sasha mengenakan jaket, tapi jaket tersebut dititipkan di Cafe.
Sasha tak henti-hentinya menatap Raka. Malam ini Raka tampak sekali tampannya, kaos hitam, jaket hitam dan celana jeans panjang. Raka tidak menitipkan jaket nya karena katanya takut tertukar dengan jaket orang lain.
Mereka hanya saling diam, keduanya dilanda gugup dan grogi gak keruan. Bahkan sampai makanan mereka dihidangkan pun keduanya masih tetap saling diam dan hanya menatap makanan mereka masing-masing. Aneh, karena biasanya keduanya selalu terang-terangan dan saling blak-blakan dalam hal berbicara. Tapi berbeda dengan malam ini. Keduanya seperti ada di atmosfer yang berbeda.
Sasha memesan coklat panas dengan macaron. Sedangkan Raka memesan teh anget dengan spageti.
"Tumben" ujar Raka memulai pembicaraan.
"Apanya?" Tanya Sasha karena bingung dengan cara bicara Raka yang hanya sepotong-sepotong.
"Lo kan biasanya makan yang ngenyangin perut. Tumben pesannya macaron, itu kan gak bikin lo kenyang" kata Raka sambil menunjuk macaron milik Sasha.
Raka heran, karena Sasha setiap kali diajak makan, dia selalu meminta makan bakso saja. Katanya bakso itu enak dan ngenyangin.
"Enak aja" ketus Sahsa "gue juga suka macaron, lo nya aja yang gak tahu" tambahnya.
"Masa sih? Yaudah lain kali gue beliin li macaron yang banyak deh" kata Raka tersenyum manis.
Senyum itu, senyum yang selalu ingin Sasha lihat disetiap detiknya dan selalu berhasil membuat Sasha meleleh ketika diberi senyum manis oleh Raka.
"Kenapa?" Tanya Raka karena dia bingung melihat Sasha terus-terusan ngelihatin dia.
"Apa?" Tanya Sasha jadi salah tingkah sendiri.
Raka tersenyum tipis melihat reaksi Sasha yang salah tingkah sendiri "gak pa-pa" katanya.
"Lo kok ngajakin gue kesini, ini kan cafe yang terkenal, pasti harga makanannya mahal semua" kata Sasha, matanya sembari melihat sekitar untuk menghilangkan gugup yang sedang melandanya.
"Karena terakhir kali gue ajakin lo ke cafe yang murah besok nya lo sakit, gue pingin lihat lo sakit lagi. Jadi gue ajakin lo kesini" kata Raka tersenyum.
"Gue sakit bukan karena itu Ka" ujar Sasha.
"Terus karena lo kangen sama gue?" Goda Raka ditambah dengan senyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rindu ✔
Подростковая литератураSemoga suka ya, aku mau hapus tapi sayang. Soalnya ini cerita pertama aku. Tapi kapan-kapan bakalan aku revisi. Terimakasih:)