Selamat Membaca kisah Sasha dan Raka dengan senang hati :)
"Mungkin saja dia dendam dengan masa lalunya, jadi dia membuatnya terlihat susah. Padahal kamu belum mencobanya. Aneh kalau dikatakan susah"
☺☺☺☺
Sasha menggaruk - garuk puncak rambutnya yang sama sekali tidak gatal dengan kedua tangannya. Mulutnya terus-terusan berkomat-kamit."Ihh, kenapa soalnya susah banget sii" Teriak Sasha kesal.
Hari ini Bu Alen tidak masuk kelas, sehingga dia memberikan tugas untuk murid-murid kerjakan dan harus wajib dikumpulkan. Entah kenapa sejak dulu Sasha tak pernah bisa menguasai pelajaran fisika. Menurutnya dia menjadi aneh saat harus menghapal kan rumus - rumus aneh itu dan ketika disuruh menghitung garis. Apa enggak ada kerjaan lainnya aja.
"Lo itu kenapa sih Sha?" Tanya Raka bingung. Kaya gak tau sifat Sasha aja.
"Kenapa sih Bu Alen harus membuat soalnya itu susah banget. Gue kan jadi makin benci dengan fisika" kata Sasha sambil membuka-buka bukunya.
"Mungkin By Alen dendam kali" jawab Raka asal.
"Hah? Dendam? Apa Bu Alen dendam sama gue karena gue gak pernah merhatiin saat dia nerangin? Jadinya dia membuatnya soal susah?" Batin Sasha.
"Dendam?" Tanya Sasha menatap Raka bingung. Artinya dia meminta penjelasan lebih lanjut mengenai arti kata 'dendam' yang diucapkan oleh Raka barusan.
"Iya dendam, mungkin aja dulu Bu Alen tu gak bisa Fisika. Dan dia diberikan soal-soal yang susah oleh gurunya dulu. Dia belajar terus sampe bisa. Terus saat dia sudah jadi guru, mangkanya dia memberikan soal yang susah kepada murid-muridnya. Mungkin biar muridnya bisa merasakan apa yang dia rasakan dulu" kata Raka sambil menuliskan beberapa rumus di bukunya.
"Terus?" Tanya Sasha masih gak ngerti dengan penjelasan panjang kali lebar yang dituturkan oleh Raka.
"Ya terus, artinya lo harus belajar dengan rajin. Jangan saat di terangin lo memasang headset di telinga lo. Lo juga belum mencoba soal yang itu kan? Tapi lo selalu bilang susah" jawab Raka sambil menatap ke arah nya Sasha, dia menyimpan bolpoin yang dia pegang di meja.
Sasha memang suka menyumpilkan headset di telinganya saat pelajaran. Pelajaran apapun itu. Kalau dibilangin, jawabnya cuma sebentar. Sebentar - sebentar tapi sampai pelajaran selesai.
"Tumben otak lo encer. Omongan li udah kaya Mario Teguh aja. Biasanya kan otak lo selalu gesrek" ujar Sasha disertai tawa renyah nya.
"Hahaha, bukan Mario Teguh gue" jawab Raka.
"Terus apa? Mario kesini?" Kata Sasha dengan tawanya.
"Mario Raka" jawab Raka lalu keduanya saling tertawa.
Sasha sudah menyerah mengerjakan tugas dari Pak Edy itu, lantas dia hanya menyalin pekerjaan miliknya Raka. Gak papa lah salah, yang penting dia sudah mengerjakan.
Setelah selesai menyalin tugas nya. Sasha lantas memasangkan headset ditelinganya dengan volume yang full. Sasha menempelkan kepalanya dimeja dan memejamkan kedua matanya. Tidur siang.
Sungguh sederhana arti kebahagiaan bagi Sasha. Bisa tidur siang sambil mendengarkan musik di sekolah sungguh sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi Sasha. Mengingat dia sekolah nya full day. Jadi dia tidak ada kesempatan untuk tidur siang dirumah nya. Tapi kalau diingat-ingat Sasha memang terbilang sering tidur di sekolah. Bahkan bisa dikatakan setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rindu ✔
Teen FictionSemoga suka ya, aku mau hapus tapi sayang. Soalnya ini cerita pertama aku. Tapi kapan-kapan bakalan aku revisi. Terimakasih:)