Ify menatap Ray yang tengah terlelap digendongannya dengan senyum yang terus terkembang wajah cantiknya. Hari ini ia, merasa sangat senang. Karena ia dan ketiga sahabatnya, akhirnya bisa berbaikan. Semua kesalah-pahaman yang terjadi antara mereka berempat sudah tidak lagi ada. Dan untuk merayakan, Ify memutuskan untuk membeli empat nasi goreng yang mangkal di depan gang rumahnya. Kebetulan, itu tukang nasgor meski masih sore sudah mangkal. Jadi dia gak perlu lah nunggu malam buat beli itu makanan. Jadi bisa sekalian jalan juga, jemput Ray terus pergi beli itu nasi goreng.
"Mang Asep, beli nasi gorengnya dong empat. Dibungkus ya mang," ucap Ify saat sudah sampai ditempat mamang penjual nasi goreng.
Mamang Asep mengangguk. "Siap, neng! Pedes, sedeng, atau gak nih, neng?" tanya si Mamang.
"Kayak biasa aja deh mang, mamang tau kan kebiasaan kita." Ify menjawab dengan senyum cerah. Saat itu ia sudah duduk nyaman dibangku yang ada dengan posisi Ray tertidur dipangkuannya.
"Atuh, masih lah neng! Mamang hanya sekedar bertanya, siapa tau ada sedikit perubahan gitu," ujar Mang Asep sedikit tertawa, tangannya dengan cekatan menyiapkan racikan bumbu nasgornya.
Ify pun ikut tertawa, mendengar jawaban dari Mang Asep. "Si Mamang, bisa bae jawabnya. Gak lah mang, sahabat Ify kalo sekali suka kan jarang berubah pikiran. Jadi gak mungkin, kalo berubah pesenannya kita!"
"Iya neng, pan siapa tau! Omong-omong eneng, tumben beli nasi goreng, lagi gak masak ya neng?" tanya si Mamang, tangan dan matanya masih fokus ngaduk-aduk nasi goreng yang sedang ia buat. Dengan sesekali menambahi sedikit bumbu racikannya, jika merasa masih kurang.
"Ya gitu lah, Mang. Lagi malas masak saya,sahabat saya juga kayaknya lagi pada kelelahan. Jadi saya mutusin buat beli mateng aja, deh!"
Mang Asep tertawa. "Wah, eneng ini perhatian sekali ya sama sahabat-sahabatnya eneng itu. saya jadi inget sahabat saya juga," ucap mang Asep, matanya terlihat menerawang. Tetapi, tangannya masih asik mengaduk-aduk masakannya.
Ify menatap mang Asep, tersenyum. "Justru karena saya merasa beruntung mang, makanya saya mau melakukan itu."
Diperhatikannya terus Mang Asep yang sudah mulai menyiapkan bungkus nasi goreng yang akan digunakan diatas piring, terlihat cepat dan cekatan sekali apa yang dilakukan. Ini masih sore, mungkin sekitar pukul 17:30. Jadi gak heran kalo Ify dan Mang Asep itu bisa berbincang seperti itu. Soalnya jam segitu, pelanggan mang Asep belum pada keluar. Wong pas Ify sampai aja tadi mang Asep baru beres buka dagangannya. Jadi, Ify ini termasuk penglaris nya mang Asep.
"Ini neng, pesanannya!" ucap mang Asep menyerahkan kantong plastik berisi empat bungkus nasi pesananya.
Ify menerima pesanannya mang Asep dengan senyum manisnya. "Berapa mang, semuanya?" tanyanya seraya merogoh kantong rok seragamnya. Dengan sedikit susah karena ada Ray yang ada di pangkuannya Ify, mencoba mengambil uang itu dengan hati-hati.
"Karena eneng, sudah jadi pelanggan utama saya hari ini. Saya kasih diskon deh nasinya eneng ini," ucap mang Asep membuat mata Ify berbinar. Senyumnya makin mengembang, kayaknya hari ini, hari keberuntungan gue kali ya? Pikirnya.
"Biasanya kan saya kasih harga nasi goreng satu porsi sepuluh ribu, nah untuk neng Ipy, saya kasih harga delapan ribu aja satu porsi. Jadi, kalo empat porsi. Delapan ribu dikali empat-" lanjut mang Asep, tapi tanpak menjeda, sepertinya ia sedang berpikir. "-semuanya tiga puluh dua ribu neng,"
Setelah menggendong Ray kembali dengan benar, Ify langsung menyerahkan uang lima puluh ribuan yang sudah berhasil ia ambil dari saku rok seragamnya.
"Makasih mang," Ify tersenyum melangkahkan kakinya keluar tenda warung nasgor mang Asep begitu mendapat uang kembalian dan anggukan kepala berarti "Sama-sama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Love (End) √
Teen FictionAwalnya cuma iseng, eh malah jadi nyata. Shilla iseng ngomong pingin punya bayi, Ify iseng juga menyetujui omongan Shilla. Cuma Agni sama Via yang gak ikut-ikutan setuju. Sebenernya yang gak setuju sih cuma si Agni, kalo Via dia biasa aja. Di bilan...