2

4.2K 176 10
                                    

Hari berlalu begitu cepat, matahari yang awalnya berada di ufuk timur kini dengan cepat telah sampai di ujung barat bersiap kembali keperpaduannya. Dan berganti dengan bulan yang tampak sangat bersemangat untuk bersinar pada malam hari ini, tidak hanya bulan saja yang tampak bersemangat. Keempat gadis ini pun terlihat sangat bersemangat, karena jam kerja yang telah habis.

Tidak seperti hari senin sampai jum'at yang menjadwal jam kerja mereka dari selesai makan siang sampai sekitar jam sembilan malam. Di hari sabtu seperti ini, mereka pulang lebih awal karena jam masuk mereka juga yang pagi. Karena hari sabtu mereka libur sekolah, makanya mereka masuk pagi dan akan pulang sekitar pukul setengah enam sore.

"Akhirnya sampai juga," ucap Ify, menjatuhkan dirinya ke atas sofa begitu memasuki rumah.

"Bener banget Fy, gila aja tuh kafe. Gak biasa-biasanya serame itu, badan gue rasanya kaya mau rontok tau gak sih!" sahut Via, ikut berbaring disamping Ify.

Ify yang melihat itu melengos. "Lebay,"

"Gue gak lebay Fy," sangkal Via, "lagian bener kok apa yang gue bilang tadi, badan gue ini rasanya pegel semua tau."

"Halah, Vi! Tinggal ngomong badan pegel aja, pake bilang mau rontok. Berlebihan tau," sambar Shilla yang juga sedang merebahkan badannya disebelah Via, sedang Agni, ia sudah pergi ke dapur.

"Lagian ya Vi, hari ini kan hari sabtu malam minggu. Banyak orang yang pada malam mingguan, apalagi anak muda macam kita. Makanya gak heranlah kalo kafe itu jadi rame jam segitu," jelas Shilla. "Makanya jangan nge-jomblo aje," lanjutnya langsung saja ia bangkit dari duduknya dan menjauh dari Via sebelum Via menyadari apa yang Shilla katakan tadi.

Terlihat Via mengangguk menyetujui penjelasan dari Shilla. "Ah, sial lo Shil! Kaya lo gak jomblo aja," ujar Via begitu menyadari sindiran Shilla, membuat Shilla terkekeh.

Ify yang sedang memejamkan mata hanya menggeleng, Via sama Shilla sama-sama jomblo aja teriak jomblo. Setelah itu hening, sepertinya ketiga sahabatnya sedang melakukan rutinitas kesehariannya setelah pulang kerja. Ada yang mandi, masak, atau beberes. Ah, untuk hari ini rasanya Ify malas berkutat seperti itu. Sambil nunggu, mending tidur dulu sebentar.

Rumah kontrakan yang mereka tempati itu bukanlah rumah yang luas, rumah ini hanyalah rumah yang terdiri dari ruang tamu, ruang makan dan ruang tv yang di gabung, lalu dua kamar yang cukup luas untuk tidur berempat, serta kamar mandi dan dapur yang bersebelahan.

Tidak ada kebun apalagi taman, namun karena kreativitas mereka. Mereka bisa membuat taman mini di dekat jendela ruang tamu.

Selain biaya yang terjangkau oleh kantong mereka, rumah itu juga letaknya sangat strategis. Dekat dengan sekolah dan juga dekat dengan tempat kerja. Makanya mereka memilih tempat itu.

-----------

Tok, tok, tok...,

Terdengar suara ketukan pintu depan tiga kali saat keempatnya sedang makan malam. Keempatnya mendongak dan saling melirik dengan pertanyaan yang sama, "Siapa tuh?" Keempatnya kompak mengangkat bahu, tanda tak tau.

"Buka gih Vi!" suruh Ify dengan santainya dan kembali melanjutkan makannya.

Via melotot. "Kok gue?" tunjuknya pada diri sendiri.

"Kan lo yang paling dekat pintu," Koor Shilla dan Agni, lalu terkikik melihat ekspresi Via yang manyun. Tapi tak ayal Via juga membukanya.

Begitu Via membuka pintu, Via tidak mendapati seorang pun di depan bahkan setelah Via melihat kanan kiri pun tak mendapati seorangpun di sekitar. Mengingat itu, bulu kuduk Via jadi merinding. Setelah yakin tak ada orang, Via memutuskan untuk kembali masuk, saat akan balik badan kaki Via tidak sengaja menyentuh yang keras. Dan dengan segera ia menunduk, seketika itu pula matanya melotot seperti akan keluar.

Baby's Love (End) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang