7

2.2K 126 4
                                    

Ify menatap Ray dengan senyum mengembang, setelah kemaren dibuat uring-uringan karena Ray sakit. Sekarang dia dibuat tersenyum terus-menerus oleh tingkah Ray.

Awalnya, Ify memang agak ragu bisa merawat Ray karena bayi seperti Ray ini, masih tergolong rentan terkena penyakit. Meski sakit itu, hanya demam. Tetapi, jika salah penanganan akan berakibat fatal.

Beruntung waktu itu, Via berinisiatif langsung membawa Ray ke rumah sakit. Coba jika tidak, entah Ray akan bertahan atau tidak.

Mengingat hal itu, senyum yang tadi terpampang di wajah langsung memudar.

Sadar atau tidak, meski belum lama merawat Ray. Ify sudah sangat menyayangi Ray. Karena itu, saat ia mendengar Ray dibawa ke rumah sakit, ia langsung merasakan kekhawatiran yang sangat.

Pluk

Ify tersentak, saat merasakan sesuatu--yang ternyata dot bayi--mengenai wajahnya.

Lagi, Ify dibuat tersenyum dengan tingkah Ray. Diperhatikan Ray yang saat ini menatapnya dengan senyum tipis. Tangannya melambai-lambai seolah mengajak Ify bermain.

Ify melihat jam ditangan kirinya, pukul 16.00 Wib. Sudah sekitar setengah jam mereka di taman bermain, sepertinya mereka sudah harus kembali.

Melihat keadaan sekitar taman yang mulai terasa sepi, Ify memilih beranjak dari sana sambil mendorong kereta bayi Ray.

Taman bermain ini tidaklah jauh dari rumah kontrakan Ify, jadi Ify memilih berjalan-jalan terlebih dulu sebelum pulang ke rumah.

Lagi pula, pulang ke rumah sekarang pun di rumah hanya ada ia dan Ray. Sebab, ketiga sahabatnya saat ini sedang bekerja.

Bersenandung kecil, Ify melangkahkan kakinya pelan. Senyum tak pernah luntur dari wajahnya, saat sesekali ia memerhatikan Ray yang terdiam menikmati perjalanan sore mereka.

Hening...

Itulah yang Ify rasakan saat dia memilih menghentikan senandungnya. Berhubung Ray masih bayi dan belum bisa bicara, gak heran juga jika disepanjang perjalanan itu terjadi keheningan yang sangat panjang.

Meski keheningan itu terjadi terasa panjang. Tetapi bagi Ify dan Ray, itu tidak masalah karena keheningan itu adalah keheningan yang menyenangkan.

Cekiit...

Sreekk...

Braakkk...

Bunyi gesekan ban dan suara tabrakan tiba-tiba terdengar, membuat
Ify terperanjat kaget.

Matanya melebar, saat melihat sebuah mobil yang melintas di depannya mengerem dan membanting setir hingga menabrak sebuah pohon besar dipinggir jalan tidak jauh dari taman yang Ify kunjungi tadi.

Dengan rasa cemas yang mendera, Ify segera menghampiri si pengendara yang berhasil keluar dari dalam mobil.

"Ka-ka-kamu, tidak apa-apa?" dengan tergagap Ify langsung menanyakan keadaan orang itu begitu ia berada dihadapannya.

"Ught..." bukannya menjawab orang itu yang rupanya seorang pemuda hanya mengeluh, mungkin menahan sakit.

Melihat itu Ify makin panik, ia bingung ingin menolong tapi Ify sedang bersama Ray sedang kondisi dilingkungan nya jika sore-sore seperti ini akan sangat sepi.

"Se-sebentar, ka-kamu tunggu ya. A-aku akan mencari bantuan," Ify segera mendorong kereta Ray untuk mencari bantuan.

Beruntung rumah kontrakannya sudah sangat dekat dengan jalan terjadinya kecelakaan itu, jadi Ify bisa minta tolong Bu Mimin untuk menjaga Ray sebentar, sementara Ify menolong pemuda tadi.

Baby's Love (End) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang