4

2.7K 146 0
                                    


Di dalam sebuah mobil Sport keluaran terbaru, seorang pemuda dengan wajah datar-- yang di miliki sejak lahir-- tak berhenti bedecak kesal, pasalnya kemaren managernya bilang dia akan libur hari ini. Gak ada jadwal jadi model, tetapi nyatanya tadi saat dia lagi asyik beristirahat dia ditelepon buat melakukan sesi foto di salah satu stasiun televisi yang sangat terkenal.

"Ini mah ya judulnya 'Hari Libur Yang Gagal'!" entah yang sudah keberapa Alvin--nama pemuda itu terus melontarkan kalimat yang sama sedari tadi.

Dikendarainya mobil kesayangannya itu dengan keadaan tenang, meski hati kesal tetapi Alvin masih mementingkan keselamatan jiwa.

Sambil sesekali melirik kearah sekitar jalan, Alvin tetap fokus pada jalannya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba mata Alvin menangkap sosok gadis tengah mengendong seorang bayi berdiri tidak jauh dari mobilnya. Matanya yang sipit melotot, saat melihat gadis itu mendekati mobilnya atau lebih tepatnya sih berjalan ke depan mobilnya yang sedang berjalan pelan.

Sreeet

Alvin segera menginjak rem, saat gadis tadi berdiri tepat di depan mobilnya sambil menggendong seorang bayi. Beruntung Alvin bisa langsung mengerem, coba kalo gak? Alamat entah masuk kemana gadis dan bayi itu.

"Heh, lo mau mati?" tanya Alvin begitu keluar dari mobilnya tidak lupa wajah datarnya juga menyertainya.

Gadis yang aslinya adalah Via itu nyengir saat wajah datar Alvin menyapa.

"Gue bukan mau mati kok, gue cuma mau minta tolong...."

Alvin mengangkat sebelah alisnya, menunggu Via melanjutkan ucapannya.

Via mengembuskan napasnya kasar sebelum melanjutkan ucapannya.

"... Adek gue kena demam, lo bisa gak nolongin gue buat ke rumah sakit?" Via menatap Alvin dengan harap-harap cemas, meski tadi udah bertekad mau ngelakuin apapun demi Ray. Tetapi kalo dia tau orang yang di mintain tolong, itu gak punya ekspresi gitu, mana bisa Via nekat nebelin malu. Salah-salah bukannya dapet tebengan, malah Ray nya makin demam.

Masih dengan raut datar dan alis yang terangkat sebelah, Alvin menatap Via dan bayi digendongannya.

Sadar diliatin sama Alvin seperti itu, Via berdecak dan melengos.

"Ah, kelamaan lo!" dengan nekad dan tanpa persetujuan dari si pemilik mobil, Via langsung saja masuk dan duduk di kursi penumpang sebelah depan. "Woy, cepetan!" teriaknya ketika melihat Alvin sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

Menghela napas, Alvin berjalan masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Setelah memasang sealtbelt, dan melirik Via yang terlihat cemas sama keadaan bayi yang ada digendongannya, Alvin segera menjalankan mobilnya, melesat dengan kecepatan normal. Meski dalam hati ia juga ikut cemas, tetapi Alvin masih sayang nyawa.

"Gue tahu lo sayang nyawa, tapi bisa kali dipercepat dikit jalannya. Urgent banget niih," seolah tau apa yang ada dipikiran Alvin, Via memberanikan diri buat buka suara yang ternyata langsung dituruti Alvin.

Dalam hati, Alvin terus mengumpat. Dia itu model terkenal, tetapi seorang gadis tidak dikenal dengan berani minta tolong dan bertindak sesukanya.

Huh

-----------

Ify berjalan dilorong rumah sakit dengan sangat tergesa, dibelakangnya Shilla dan Agni mengikuti.

Mereka berdua tak kalah panik dengan Ify, tadi saat mereka baru selesai istirahat Via tiba-tiba telepon dan bilang kalo Ray dia bawa ke rumah sakit.

Alhasil mereka bertiga langsung izin pulang lebih awal, dan ya dilorong rumah sakit inilah kini mereka bertiga.

"Vi, Ray gak apa-apa kan?" tanya Shilla begitu mereka sampai didepan Via berada dan entah kenapa malah pertanyaan seperti itu yang keluar dari mulut Shilla.

Via menatap Shilla dengan kening berkerut, dibenaknya bertanya Shilla itu bodoh atau apa? Sudah jelas Ray dirawat di rumah sakit pake nanya apa Ray baik-baik aja.

Meski heran Via tetap menjawab , "gue gak tau Ray baik apa gak, dokter belum keluar dari tadi." Via menggeleng lesu begitu inget Ray yang masih diperiksa oleh dokter.

Ditatap satu-satu, wajah sahabatnya yang terlihat sangat khawatir, sama seperti dirinya. Bahkan saking khawatirnya Via, ia sampai lupa sama kehadiran Alvin yang sedari tadi diam bak sebuah patung.

Tak lama kemudian dokter yang memeriksa Ray keluar dan bilang kalo Ray cuma demam biasa, untuk bayi seusianya memang suka demam seperti itu.
"Bayi kalo udah mulai berpolah memang suka demam, dan gak bisa diam. Tetapi setelah itu semua akan baik-baik saja, ini ada beberapa resep untuk menurunkan demamnya. Dan adik kalian juga sudah boleh langsung pulang," kata dokter menyerahkan selembar kertas berisi resep untuk Ray.

"Fy, biar gue aja yang nebus obatnya. Kalian yang siap-siap pulang," usul Via, melirik Alvin yang mulai berdiri tegak setelah tadi ia berdiri menyatu sama tembok.

Ify mengangguk paham dengan lirikan Via, lalu segera masuk ke dalam ruangan Ray di ikuti Shilla dan Agni.

Begitu sahabatnya masuk kedalam ruangan Via menatap Alvin yang sudah mulai melangkah akan pergi.

"Eh, muka tembok!" panggil Via membuat Alvin berhenti dan menghadap Via dengan kening berkerut.

"Lo manggil gue?" tanya Alvin menunjuk dirinya dengan telunjuk.

Via mengangguk. "Emangnya disini ada siapa lagi selain Lo?"

"Oh, maaf nama gue bukan muka tembok!" ucap Alvin datar membuat Via melengos.

"Gak penting nama Lo siapa," Via mengibaskan tangannya, "yang penting disini gue cuma mau bilang makasih. Udah gitu doang kok," ujar Via, setelah itu ia segera melangkahkan kakinya ke apotek dan meninggalkan Alvin yang melongo tanpa mendengar ucapan Via tadi.

Jika melongo termasuk dalam ekspresi, berarti itu adalah ekspresi pertama yang Alvin tunjukkan sejak dilahirkan.

Dan

itu

karena

Via

Tbc....

-------

Gak panjanglah... Bingung juga mau ngetik apa lagi.... Hehe

Salam hangat,

Min_Tia

Baby's Love (End) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang