lima belas

1K 117 4
                                    

***

Dia hanya menggenggam sebuah foto dan menatapnya sedari tadi membuat suasana di malam dingin ini menjadi semakin kaku, akupun memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Hei"

"Ada apa!?" Sahutnya sinis.

Lagi-lagi aku hampir mengurungkan niatku untuk berbicara dengannya karena tatapan sinis yang seakan-akan ingin memakanku.

"Apakah kau masih menyimpan rasa kesal terhadapku?" Tanyaku sembari menelan ludah diujung tenggorokan.

"Tidak, biasa saja" jawabnya singkat.

"Syukurlah, emmm kalau boleh tau siapa foto yang hendak kau pegang?"

Sebenarnya aku sangat tahu bahwa itu adalah foto dia dengan kakak perempuannya yang telah berubah menjadi seperti mereka, tapi inilah satu-satunya cara agar aku bisa menarik rasa simpatinya.

"Dia adalah kakak kandungku"

"Ohh, dia cantik! Dimana dia sekarang?"

"Mahluk jelek itu telah mengubahnya menjadi seperti mereka, tunggu! Apa maksudmu aku jelek! Begitu?" Jawabnya garang.

"Tidak-tidak! Maksudku, kau sama cantiknya seperti dia. Dan maaf aku tidak bermaksud untuk.."

"Sudahlah tidak apa-apa, jujur aku tidak membencimu dan juga teman anehmu. Aku hanya membenci dunia ini, kenapa dunia ini harus mengambil nyawa orang yang kusayang, bukan nyawaku!?"

"Hmmm Lou, Aku ingin memberi tahumu sesuatu, belum lama ini ayahku direbut dariku oleh mereka dan akal sehatku sempat di uji oleh insiden itu. Tapi pada akhirnya aku bisa meyakinkan fikiranku bahwa nyatanya kehilangan orang yang kita sayang bukan berarti kita juga harus kehilangan diri kita, oleh karena itu aku lebih memilih menjalankan misi ini untuk membuktikan ke ayahku bahwa aku bisa membuatnya bangga dan tidak menyia-nyiakan kematiannya" jelasku diakhiri senyuman.

Tatapannya padaku berubah drastis saat itu, dan aku yakin bahwa aku berhasil mendapatkan rasa simpatinya.

"Iya, kau benar feb. Dan aku juga ingin memberi tahumu sesuatu"

"Apa itu?"

"Ternyata sifatmu tidak semenyebalkan yang aku fikirkan dan terimakasih telah mengembalikan semangat hidupku" sahutnya seraya membalas senyumku.

"Sama-sama! Lucy"

***

"Kita sampai!" Ucap Claude.

Kami melihat sebuah bangunan tua dipenuhi gardu dan hanya terpampang pagar menjulang disekelilingnya, ada sedikit cahaya remang yang tersorot dari sebuah lampu tiang.

"Terus apa yang harus kita lakukan?" Tanya dokter.

"Mudah saja, Aaron hanya harus memanjat pagar ini dan mengisi daya radionya bersama kau dok. Sedangkan yang lain akan berjaga disini." Jawab Claude.

Aaron pun mengencangkan ikatan ransel nya dan perlahan memanjat pagar, setelah dia berhasil masuk dr Reyhan mengikutinya sedangkan kami hanya memantau mereka dari luar pagar.

SURVIVE IN Z WORLD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang