25. H-3

516 26 1
                                    

"Sound system aman nggak?" Teriak Danu dari belakang panggung.

Dewa mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Ia lalu kembali fokus dengan gitar di tangannya. Mengatur beberapa senar agar bunyinya pas dan enak di dengar.

"Yang tampil siapa dulu nih?" Tanya Zaky sambil berkacak pinggang.

Karin yang tadinya tengah sibuk mengunyah roti langsung mengambil kartu susunan acara dan memberikannya pada Zaky.

"Pembukaan, kata sambutan, dance, nyanyi, pemilihan busana, penutup." Zaky mengangguk sambil beralih ke kartu kedua yang berisi urutan nama-nama yang akan tampil.

"Lah? Dewa lo beneran yang pertama?" Tanya Zaky.

Dewa tersenyum lebar. "Makasih banget buat MC-nya." Karin yang disebut hanya bisa tersenyum salah tingkah di tempat.

Mata Zaky kembali menyusuri daftar nama-nama tersebut sampai matanya terkunci ke satu nama di urutan terakhir. "Kinan?" Gumamnya.

Karin yang ternyata mendengar Zaky hanya bisa tersenyum. "Iya kak, Kinan bakal tampil." Ucap Karin.

Zaky mengalihkan pandangannya dari kartu tersebut. "Oh ya? Bawain lagu apa?" Tanya Zaky penasaran.

Gadis itu tersenyum misterius. "Ada deh, kakak liat aja nanti pas acara pensi, soalnya Kinan gabisa ikut gladi hari ini." Jelas Karin.

"Loh? Kenapa gabisa?" Tanya Zaky bingung. Dirinya sama sekali tidak tahu kalau Kinan tidak bisa ikut hadir hari ini.

"Kenapa kakak gak tanya sendiri aja?" Balas Karin lalu pergi dari hadapan Zaky saat dirinya dipanggil Dania.

Laki-laki itu berpikir keras. Sejak kapan Kinan ikut mendaftar sebagai pengisi acara? Bahkan tanpa sepengetahuan dirinya sebagai ketua osis. Dulu ia dan anggota osis yang lain pernah tanpa sengaja melihat Kinan yang sedang bernyanyi di dalam kelas. Memang gadis itu punya suara yang merdu dan enak di dengar.

"Tapi alasannya ikut apa? Gak mungkin gara-gara tawaran Dewa waktu itu, kan?" Gumam Zaky.

Tidak mau terjebak lebih lama di dalam pikirannya sendiri, Zaky memilih untuk langsung mengirim pesan chat ke gadis yang sedari tadi ia pikirkan.

Heh, lo ikut ngisi acara?
Kok gak bilang?

Zaky menyimpan ponselnya lalu berjalan ke arah backstage, mengecek beberapa perlengkapan pendukung di belakang panggung.

Ting!

Gubrak
Iya kak
Lupa mau kasih tau kakak

Zaky mengerurkan keningnya. Ia merasa ada sesuatu yang sedikit aneh dari balasan gadis itu.

Yaudah gapapa
Gue juga udah dikasih tau sama Karin
Lo kenapa ga gladi?


Gubrak
Oh iyaa 
Maaf kak, aku lupa ngasih tau
Aku sakit jadi gabisa ikut gladi
Gabisa ikut ngecek bagian dekor juga
Tapi aku udah nitip ke clara

Mata Zaky langsung melotot begitu membaca kalimat yang dikirim Kinan. "Sakit? Sejak kapan?"

Lo sakit?
Jangan bilang gara2 kemaren

Gubrak
Ohh nggak, tenang aja
Aku cuma flu sama pusing dikit
Mungkin gara2 kebanyakan nangis

"Apa gue bilang? Dia nangis gara-gara tuh cowok kan?! Gue abisin beneran ntar," Zaky mengusak kasar rambutnya. Entah mengapa ia bisa sekhawatir ini.

Yaudah lo banyak istirahat aja
Ntar sore gue kerumah lo

Gubrak
Ehh gausah kak
Aku gapapa

Disisi lain Kinan jadi was-was sendiri memikirkan chat dari Zaky. Balasan chat darinya bahkan tidak dibaca oleh Zaky. "Gimana kalo kak Zaky beneran nekat dateng ke rumah?!" Erang Kinan frustasi. Ia menggosok hidungnya yang sedikit gatal kemudian bersin. "Ahh idung gue," gumamnya.

Gadis itu bingung dengan sikap Zaky yang akhir-akhir ini berubah. Sikapnya yang awalnya menyebalkan dan selalu saja mengganggu Kinan, akhir-akhir ini justru berubah menjadi lebih baik dan sering menolong dirinya. Kejadian kemarin adalah salah satu yang paling ia ingat. Untuk yang pertama kalinya ia melihat Zaky begitu marah.

"Apa kak Zaky suka sama gue?" Gumam Kinan. Sedetik kemudian ia memukul pelan kepalanya lalu menggeleng kuat. "Nggak, nggak mungkin! Impossible! Jangan ge-er dulu Kinan!"

Kinan menghela napasnya, menarik selimut kemudian memejamkan matanya. Efek dari obat yang ia minum membuatnya sedikit mengantuk. Sebelum matanya tertutup dengan sempurna, sebuah senyuman dari laki-laki itu terbayang dalam ingatannya. Kinan meringis kecil, berharap agar pemilik senyum itu tidak terbawa sampai mimpi.

***

"Pulang kuy! Ehh makan dulu deh," ajak Dewa sambil merangkul Zaky dan Aya di kedua bahunya. Aya baru saja sampai ke sekolah dengan maksud mengajak Zaky untuk belanja bulanan. Tentu saja atas permintaan bundanya.

"Kayaknya gue gabisa deh. Gue ada urusan. Lo sama Aya aja deh, sekalian temenin Aya belanja," ucap Zaky.

"Loh gimana sih? Kok gabisa? Lo ada urusan apa emang? Disuruh bunda loh, Ky," protes Aya.

Zaky meringis sambil menempelkan kedua telapak tangannya. "Maaf banget, tapi gue bener-bener gabisa. Nanti gue telpon bunda deh, ngasih tau sambil minta maaf," Zaky menatap Aya memohon.

Aya mendegus pelan. "Yaudah deh, kayaknya urusan lo lebih penting. Biar gue yang telpon bunda."

Zaky tersenyum lalu memeluk Aya. "Makasih kak Aya wkwk," Zaky mengedipkan sebelah matanya ke arah Dewa yang sedari tadi hanya diam mematung. "Lo ga bawa mobil kan? Nih lo pake mobil gue, gue bawa motor lo," Zaky melemparkan kunci mobilnya disusul Dewa yang balik melemparkan kunci motor ninjanya.

"Have fun!" Zaky terkekeh sebelum pergi lebih dulu ke arah parkiran, meninggalkan Aya dan Dewa yang berdiri dengan canggung.

Dewa menggaruk lehernya sambil melirik ke arah Aya. "Hm.. Mau pergi sekarang?"

Ending alert!
Bentar lagi tamat yeayyy!!
Sekitar dua atau tiga part lagi bakalan aku selesein. Doain aja semoga ide aku jalannya lancar wkwk.

Happy sunday everyone!

Jangan lupa vote dan spam komen❤









(✔) METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang