4.Mengapa Terjadi?

1.4K 58 4
                                    

Singkat cerita, hari ini adalah hari terakhir dari kegiatan PLS.

"Baiklah adek-adek semuanya, hari ini adalah hari ketiga atau hari terakhir dari kegiatan PLS. Agenda kita hari ini rencananya bakalan jalan-jalan keliling sekolah kita tercinta ini. Namun sebelum itu, kami perwakilan dari OSIS bakalan ngenalin diri." Kinan menatap malas seseorang seniornya yang sedang berbicara di depan. Orang itu ialah Gilang Affandi. Senior yang dia anggap paling menyebalkan saat ini.

"Dan ketos kita alias ketua osis kita hari ini bakalan hadir setelah sebelumnya gak bisa dateng karna punya banyak tugas. Gak perlu lama-lama deh. Kakak ketos silahkan masuk." Terdengar suara riuh saat orang yang disebut 'ketos' masuk ke dalam ruangan aula itu.

"Eh gila ketosnya ganteng parah!" seorang siswi berbisik-bisik dengan temannya persis di depan Kinan yang tetap tak peduli.

"Cogan oy cogan!"

"Asek cuci mata."

Kinan yang mulai penasaran pun melirik ke arah pintu masuk dimana si ketua osis tengah berjalan ke hadapan semua peserta didik baru. "Itu kan orang yang..." Kinan menunjuk orang tersebut sambil menatap tak percaya.

"Hai semuanya! Gimana? Seneng gak bisa jadi bagian dari sekolah ini? Gue harap kalian semua bisa nyaman sama kita semua apalagi kakak-kakak senior yang ngebimbing kalian selama dua hari terakhir. Sebelumnya gue mau minta maaf karena gak bisa hadir dari awal PLS. Mau tau kenapa?"

"Mau!" hampir semua cewek yang ada disana menjawab. Kecuali Kinan tentunya yang tengah sibuk menutup wajahnya dengan tangan.

"Bentar lagi sekolah kita bakal ngadain acara. So, gue yang punya tanggung jawab buat prepare semua kebutuhannya. Soal acaranya nanti dikasih tau dari pihak osis."

"Bener gue gak salah liat?" Kinan mengedipkan matanya beberapa kali. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. "Pencitraan." gumamnya kemudian.

Dengan malas ia mengalihkan pandangannya dari orang yang masih berdiri sambil tersenyum dihadapan semua siswa baru. "Oh iya gue lupa. Nama gue udah tau belom?"

"Belom kak!" lagi-lagi mayoritas anak-anak cewek yang menjawab.

Laki-laki itu tertawa sebentar lalu lanjut bicara. "Nama gue Zaky Ravindra. Gue dari kelas sebelas MIPA 3. Salam kenal semua." Zaky mengedarkan pandangannya ke seluruh murid-murid yang sedang bertepuk tangan -entah karena alasan apa- sambil sedikit tersenyum.

Pandangannya langsung terhenti saat melihat seorang perempuan yang ia kenali sedang duduk sambil menatap malas ke arah pintu masuk yang terbuka. "Oke semuanya, nanti gue punya games buat kalian semua. Jadi siap-siap aja." Zaky tersenyum ke arah perempuan yang masih tetap pada posisinya itu.

***

Kinan berdiri sambil memegang buku serta bolpoin di tangannya. Menatap lurus ke arah sosok laki-laki yang sangat ingin ia hindari namun sekarang tengah berada dihadapannya.

"Eh, lo, masih inget sama gue?" Zaky berjalan ke arah Kinan dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

Kinan memutar bola matanya malas. "Kenapa sih, harus kakak yang jadi pembimbingnya? Emang osis kekurangan orang gitu sampai-sampai ketua osisnya ikut juga?" protesnya.

Zaky menatap kagum perempuan yang sekarang telah resmi menjadi adik kelasnya itu. "Wah, gue kagum sama lo. Baru jadi siswa disini aja lo udah kurang ajar sama senior." Zaky menatap ke sekelilingnya. "Lo gak takut dibully sama gue?"

"Ya, aku tinggal ngadu sama kepala sekolah. Kan sekarang udah ada undang-undangnya. Kalo kakak mau ngebully, yaudah bully aja." tantang Kinan.

Zaky menatap tak percaya kepada gadis yang pernah melakukan hal memalukan padanya itu. "Lo bakalan nyesal ngomong kayak gitu sama gue." tunjuk Zaky.

"Gak bakalan. Aku gak nyesal sama sekali." Kinan melengos ke arah lain menghindari tatapan mata Zaky yang mulai menunjukkan rasa kekesalan.

Zaky menunjukan smirknya. "Kita lihat aja nanti."

***

"Oke semuanya, sama kayak apa yang gue bilang tadi, sekarang kita bakal ngadain games!" sorak sorai anak-anak perempuan mulai memenuhi seluruh penjuru ruangan aula tersebut.

"Tapi enaknya main di outdoor ya gak? Gimana kalau kita keluar aja. Kita mainnya di lapangan. Setuju?"

"Setuju!!!" Oke, kalian tahu siapa yang paling banyak menjawab.

"Kalau gitu, tas kalian tinggal aja disini. Bawa aja barang-barang yang penting." setelah itu Zaky langsung keluar menuju ke lapangan.

Kinan tersenyum miris. Baginya, acara ini persis seperti acara di Taman Kanak-kanak. Apalagi ketua osis yang bersikap layaknya guru TK. Kinan dengan malas mengambil handphonenya lalu keluar dari aula terlebih dahulu.

"Eh lo!"

Kinan terkejut dan langsung mengelus dadanya.

"Cepet banget, yakin gak ada yang ketinggalan?" tanya Zaky sambil mengintip ke dalam aula lalu bersandar pada dinding yang ada di belakangnya.

"Kakak gak ada kerjaan banget ya. Gak bisa berhenti gangguin aku? Salah aku apa sama kakak?" Kinan mulai merasa kesal terhadap sikap Zaky padanya.

"Masih nanya salah lo apa. Mau gue kasih tau ke semua orang kalo lo itu cewek mesum?"

"Oh jadi cuma gara-gara hal itu kakak gangguin aku? Aku udah minta maaf sama kakak. Harus berapa kali sih aku minta maaf?" Kinan menatap lurus ke arah Zaky yang masih bersandar pada dinding aula.

"Gue gak bilang tuh, kalo lo belum minta maaf sama gue." jawab Zaky enteng.

"Terus sekarang mau kakak apa?!" suara Kinan mulai meninggi.

Zaky menatap Kinan lalu berjalan mendekat ke arahnya. "Lo gak mau di cap jadi adek kelas kurang ajar kan? Pelanin suara lo." ancam Zaky.

Kinan diam lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Selain karena kesal, ia juga tidak kuat menatap mata Zaky yang jaraknya sangat dekat dengannya. Zaky melangkah mundur lalu berdehem pelan. Kinan kembali menatap Zaky. Sungguh, ingin rasanya Kinan memukul wajah mulus itu sekarang.

"Ke lapangan sekarang!" perintah Zaky saat menyadari beberapa dari temannya mulai memandang mereka berdua. Tak lama kemudian, semua siswa yang ada di dalam aula satu-persatu mulai keluar dan berjalan menuju ke lapangan sekolah.

Kinan menatap kesal ke arah laki-laki yang sekarang tengah mengambil alih mikrofon dari temannya lalu menyapa semua siswa yang telah berada di lapangan. Sebut saja 'fans' dari sang ketua osis itu. "Dasar muka dua!" Kinan merapikan poninya lalu berjalan menyusul kerumunan kelas sepuluh lainnya.

(✔) METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang