16. Past

589 30 8
                                    

"Masa lalu tempatnya adalah di masa lampau, bukan sekarang, apalagi masa depan."

***

"Ada perlu apa?"

Dio tersenyum kecil. Gadis itu masih saja bersikap cuek dan dingin padanya. Berbeda dengan Kinan yang ia kenal satu tahun yang lalu. Begitu hangat dan ceria.

"Gue mau minta maaf."

"Kenapa baru sekarang? Kejadiannya udah lama, dan lo baru minta maaf sekarang? Udah basi." jawabnya ketus.

Dio menunduk, merasa bersalah. Ia kemudian menatap Kinan yang tengah bersandar pada tembok berwarna putih dibelakangnya sambil memegang tali tas ransel di punggung.

"Gue tau kalo ini semua udah terlambat, dan gue bener-bener nyesal. Maka dari itu, gue mau memperbaiki semuanya."

Kinan berdecak malas lalu menegakkan tubuhnya. "Setelah semua yang udah lo lakuin sama gue, setelah lo selingkuh di belakang gue, setelah lo nyakitin gue, sekarang lo mau minta maaf?"

Gadis itu mengangkat wajahnya, menahan agar setidaknya air mata yang sedari tadi sudah memaksa untuk jatuh, tidak tumpah. Tidak dihadapan laki-laki yang sudah menyakitinya. Sebab ia tidak ingin dianggap sebagai gadis yang lemah.

"Lo pikir lo pantes buat dapetin maaf dari gue?" tegasnya.

Kinan mengusap setetes air mata yang sempat jatuh di pipinya lalu pergi meninggalkan Dio yang masih dengan rasa penyesalannya.

***

"Jadi, gimana?"

Dewa berdecak kesal lalu melempar map tebal ke arah meja Zaky sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

"Waduh, selow bosku." Zaky membuka map tersebut lalu mengangguk sambil tersenyum. "Thanks, nanti gue traktir."

"Buat apa sih, Ky?" tanya Dewa penasaran sambil mengambil tempat duduk di samping Zaky.

"Mau tau aja." jawab Zaky yang dibalas decakan kesal dari Dewa. "Kelas lo ga ada guru apa?"

"Gak tau tuh, tadi gue udah izin sama Aya."

Zaky menyimpan map tersebut ke dalam tasnya lalu memutar badan menghadap Dewa. "Ngomong-ngomong soal Aya, lo mau sampai kapan kayak gini terus?"

Dewa menghela napas. "Gak tau, gue juga capek rasanya."

Matanya menerawang kosong. Dua tahun menyukai seorang perempuan secara diam-diam memang bukanlah hal yang mudah. Apalagi Aya, cewek cantik dengan sejuta kelebihan. Siapa yang tidak tertarik padanya?

"Gue gak tertarik tuh sama Aya." ucap Zaky seolah-olah tahu apa yang sedang Dewa pikirkan. "Dia itu orangnya galak, nyeremin, eww." lanjutnya dengan ekspresi jijik.

"Wajarlah, lo kan saudaraan sama Aya. Sama-sama dari masih bocah." jawab Dewa dengan wajah datar.

Zaky terkekeh. "Makanya, jangan diem aja. Gas dong! Apa perlu gue bantuin?" ia menaikkan sebelah alisnya.

"Gak, makasih." Dewa beranjak lalu pergi meninggalkan Zaky.

***

"Ayolah, cerita sama gue." mohon Karin sambil menarik-narik lengan seragam Kinan.

"Dia itu mantan gue pas SMP. Udah selesai." jawab Kinan malas.

Karin mempoutkan bibirnya. Usahanya selama tiga puluh menit untuk membujuk Kinan nyatanya sia-sia. Ia menyilangkan tangannya di depan dada lalu bertingkah layaknya anak kecil yang sedang marah.

"Yaudah kalo gak mau cerita juga nggak apa-apa."

Kinan mendengus sebal sambil melirik Karin. "Dia itu cuma masa lalu, ngapain coba harus di inget?"

"Kan gue temen lo! Gue harus tau dong semua yang menyangkut tentang lo!" kesalnya. "Lo juga tau kan, semua tentang gue?!"

"Nggak juga." jawab Kinan malas.

"Ihhhh." Karin mendorong tubuh Kinan. "Gue ngambek nih." ancamnya.

"Terserah, toh, lo sendiri yang rugi karena ga bisa tau informasi tentang kak Dewa nantinya."

"Emang lo lulus seleksi?" tanya Karin penasaran.

"Nggak sih, hehe." Kinan terkekeh.

Karin menatap sahabatnya itu malas. "Gue cuma mau tau masa lalu lo sama Dio Nagarjuna yang ganteng itu, emang gak boleh?"

"Yaudah, gue kasih tau."

Karin tersenyum lebar dengan mata yang berbinar-binar. Persis seperti anak anjing.

"Tapi abis ini, lo traktir gue makan di Mcd." ucap Kinan sambil tersenyum licik.

"Yaudah cepet!"

"Dulu kita tuh mulai pacaran pas kelas  delapan, terus putusnya pas kelas sembilan. Dan ya, as you know, dia cogan di SMP gue." ucap Kinan malas.

"Berkah hidup lo." komentar Karin. "Terus, terus?"

"Awalnya kita pacaran baik-baik aja. Pas kelas sembilan akhir, sikap Dio ke gue itu udah agak-agak berubah."

"Contohnya?"

"Kalau biasanya pas istirahat mampir ke kelas gue, jadi nggak lagi gitu. Ya berubahlah pokoknya."

"Terus, gue di kasih tau sama temen gue kalo Dio itu selingkuh."

"Dan lo percaya?" tanya Kinan.

"Nggak lah!" bantahnya. "Gue gak akan semudah itu percaya sama omongan orang lain. Makanya gue memutuskan buat cari tau sendiri."

"Dan kebetulan, pas gue lagi di jalan mau balik ke rumah, gue liat Dio lagi boncengan berdua sama cewek. Mau tau cewek itu siapa?" tanya Kinan.

Karin mengangguk semangat. "Siapa?"

"Alvie Chintia."

Uwowww💥💥
Im comeback!!!
Maaf karena lama nunggu😫😫
Aku terkena penyakit authors block jadi gabisa lanjutin partnya. (Kekurangan inspirasi sebab cogan kelas dua belas udah ga ada( ͡° ͜ʖ ͡°)

Ukhuk ukhuk!

dan untuk para muslim readers, aku mau ngucapin

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA!!!🌈🌈



(✔) METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang