10. Osis

840 34 4
                                    

"Kinan gawat!"

Karin berlarian menelusuri koridor lalu berhenti di hadapan Kinan yang menatapnya bingung. "Kenapa?" tanyanya heran.

"I-ini soal-"

"Duduk dulu deh." Kinan mengajak Karin untuk duduk di sebuah kursi panjang yang ada di dekat mereka. "Mau minum, nggak?" tawarnya sambil menyodorkan es teh manis yang baru saja ia beli di kantin.

Karin menggeleng. "Ini tuh masalah yang urgent banget!" cercah Karin. "Tadi, pas gue mau nyusul lo ke kantin, kak Zaky nyegat gue! Dia bilang mau ngomong soal yang kemarin." ujar Karin histeris.

"Masalah nasi goreng yang ketuker itu?" tebak Kinan.

Karin mengangguk cepat. "Gue takut, Nan." gumamnya. "Gimana kalau kak Zaky mau minta ganti rugi sama gue? Gue harus ngapain?"

Kinan menghela napasnya. "Ngapain takut sama orang kayak gitu? Hadepin aja. Lagian kan, yang salah bukan lo, tapi tukang jualannya." jawab Kinan santai.

"Iya juga sih." jawab Karin. "Ah tapi lo harus tetep nemenin gue! Wajib!"

"Iya, iya. Kapan?"

"Pulang sekolah."

***

Gadis itu memilih untuk mencorat-coret bagian belakang buku tulisnya untuk mengisi kegabutan saat jam pelajaran terakhir. Guru yang mengajar mapel Geografi mendadak berhalangan hadir, dan beginilah nasib kelasnya. Beberapa ada yang ke kantin, ada juga yang bermain futsal di lapangan, namun sebagian memilih untuk tetap berdiam dikelas-salah satunya Kinan.

Kinan mendengus pelan. Ia lalu menutup buku yang sedari tadi ia coret lalu menyimpannya ke dalam tas. Ia kemudian memperhatikan Chandra yang sedang asik memetik senar gitar sambil bernyanyi di depan kelas.

Suara laki-laki itu memang tidak dapat diragukan lagi, apalagi kemampuannya memainkan gitar. Banyak dari teman-temannya yang menyuruh Chandra agar ikut dalam eskul musik, namun Chandra menolaknya. Ia lebih memilih mengikuti eskul basket yang bisa dibilang melencong jauh dari bakat yang dimilikinya.

"Kamu adalah bukti, dari cantiknya paras dan hati."

"Makasih." jawab Ghea yang langsung mengundang tatapan tajam dari Chandra.

"Ngapain lo nyautin lagu gue?" tanyanya sinis.

"Dihh emang itu lagu punya lo?" jawab Ghea tak kala sinis.

Kinan hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Chandra! Gue mau nyanyi dong, lo main gitar ya." ucapnya lalu bangkit dari tempat duduknya. Ia lalu duduk di kursi guru, tepat di samping Chandra yang duduk lesehan di lantai.

"Nyanyi lagu apa nih?" tanya Chandra.

"Lo bisa lagu western gak?"

"Ohh jangan ditanya. Lo gak tau, kalo Harry Styles itu kakak gue?" candanya yang langsung mendapat cibiran dari teman sekelas yang daritadi memperhatikan mereka.

"Kalau gitu lagu Too Good At Goodbyes-nya Sam Smith." ucap Kinan.

"Oke."

(✔) METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang