"Sekarang gue sadar, kalo gue emang bener-bener lagi jatuh cinta."
***
Ini merupakan hari ketiga dari persiapan yang sudah dilakukan oleh pihak osis. Beberapa darinya sudah selesai, dan kebanyakan anggota osis hanya ikut membantu sedikit, selebihnya hanya dihabiskan untuk mengobrol atau bercanda di pinggir lapangan.
Sepulang sekolah, Kinan dan Karin berjalan beriringan. Jika dihari sebelumnya Kinan pasti selalu akan pulang terlebih dahulu, kali ini mereka berdua kembali pulang bersama.
"Rasanya kayak udah lama banget gue gak ketemu sama lo." ucap Karin sambil memeluk sahabatnya itu dari samping.
Kinan terkekeh pelan. "Lo kangen ya, sama gue?"
Karin mengangguk kuat. "Banget!"
Saat mereka sudah sampai di daerah parkiran, Kinan tiba-tiba teringat sesuatu yang sampai sekarang masih menjadi tanda tanya di otaknya.
"Oh iya, waktu itu kan, lo bilang kalo lo bakal jadi MC. MC acara apa emang?"
Karin menautkan alisnya lalu berkacak pinggang. "Gue kira lo udah tau! Masa lo gak tau sih? Gue bakal jadi MC di acara pensi nanti!"
Kinan sedikit terkejut. "Beneran? Sama siapa?" tanyanya mulai antusias.
Gadis itu berdehem pelan. "Sama... Dio." jawabnya.
Yang semulanya tersenyum lebar, Kinan dengan perlahan menarik senyumnya kembali. "Di—Dio?"
Karin mengangguk mengiyakan. "Sori ya, gue gak ngasih tau sebelumnya sama lo." ucap Karin dengan perasaan bersalah. "Gue disuruh sama kak Dewa pas gue lagi sama Dio di kantin. Lo tau sendiri kan, gue tuh gak bisa nolak permintaan cogan macam kak Dewa. Karena kebetulan si Dio lagi ada sama gue, dia ikut ngajuin diri buat jadi MC bareng gue." jelasnya.
"Dia ngajuin diri?" tanya Kinan.
Karin mengangguk kuat. "Iya! Gue juga awalnya kaget. Ngapain Dio ikut-ikut jadi MC? Padahal kan, gue maunya sama kak Dewa aja." ucapnya dengan wajah cemberut.
Kinan tertawa saat melihat ekspresi kecewa yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. "Kak Dewa bakalan perform nanti."
"What?! Lo serius?" Gadis itu berteriak kagirangan sambil meloncat. "Gue yakin tiga ratus enam puluh persen, kak Dewa bakal keren banget!" teriaknya.
"Ngomong-ngomong, lo orang kedua yang ngomong kalo kak Dewa pasti bakal keren banget waktu perform nanti."
"Oh ya? Ahh gue nggak nyesel nerima ajakan kak Dewa." gadis itu kembali memeluk Kinan. "Sumpah gue seneng banget, Nan!" pekiknya.
"Udah, Rin. Gak enak diliatin orang."
Tin!
Suara ini lagi. Kinan kenal betul dengan suara klakson ini. Gadis itu buru-buru melihat ke arah mobil yang ada di sampingnya.
"Sori, gue ganggu acara peluk-pelukan kalian, nggak?" tanya Gilang.
Kinan yang sangat berharap bahwa orang yang akan ia jumpai adalah orang yang sama dengan orang yang ia temui kemarin, langsung tersenyum kecewa. Perlahan ia melepaskan pelukan Karin.
"Kenapa ya, kak?"
"Lo bisa pinggirin motor ini, nggak? Mobil gue gak muat." ucap Gilang.
Kinan melirik motor yang Gilang maksud. Motor ninja? Yang benar saja. Mana mungkin seorang gadis bertubuh mungil sepertinya bisa menggeser motor yang beratnya mungkin tiga kali dari berat badannya itu sendirian.
"Bisa, nggak?" tanya Gilang.
"Eum—itu kayaknya..."
"Lo gila apa? Nyuruh cewek kayak dia buat geser motor gede kayak gitu?"
Sebelum Kinan menyelesaikan perkataannya, Zaky terlebih dulu maju lalu menggeser motor yang dimaksud oleh Gilang tadi.
"Thanks, ya bro! Gue duluan!" pamit Gilang yang hanya diangguki oleh Zaky.
Karin yang sedari tadi hanya menyaksikan adegan di depan matanya berdehem pelan. "Gue duluan ya, Nan!" pamitnya lalu menjalankan motor maticnya.
Sekarang, tinggalah Zaky dan juga Kinan yang masih terdiam di posisinya. Kinan yang merasakan hawa kecanggungan langsung berdehem pelan.
"Makasih ya, kak." ucapnya.
Zaky menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gadis itu lagi-lagi mengucapkan kata yang sama dengan beberapa hari yang lalu. Sebuah kata yang diiringi dengan senyuman manis yang mampu membuat jantung Zaky berdetak tidak karuan.
Gue mohon, kali ini lo jangan senyum...
Nyatanya, gadis itu masih tetap tersenyum walaupun sedikit canggung.
"I—iya, sama-sama."
Kinan menahan senyumnya. Baru kali ini ia melihat Zaky yang tampak gugup. Sangat berbeda dengan orang yang ia jumpai dulu. Sangat menyebalkan.
Gadis itu tak mampu lagi menahannya lantas tertawa dengan lepas.
"Kakak lucu deh, kalo lagi gugup kayak gitu."
Orang yang dimaksud hanya bisa diam ditempatnya sambil tersenyum kecil. Dan untuk yang pertama kalinya, ia melihat gadis itu tertawa lepas. Hanya dalam beberapa hari, gadis itu sudah banyak memberikan kejutan yang pastinya membuat jantungnya tidak berdetak dengan ritme yang normal.
"Lo ke sekolah kan, sore nanti?" tanya Zaky mengalihkan pembicaraan guna menyebunyikan kegugupan yang semakin menjadi-jadi.
"Iya kak, masih ada dikit lagi yang belum selesai."
Lagi-lagi Zaky menggaruk tengkuknya. "Lo mau nggak, kalo perginya bareng sama gue?"
Kinan sedikit membulatkan matanya terkejut. "Oh?"
"Gue mau mampir ke toko buku bentar! Lo suka baca novel, kan? Gue mau nanya-nanya soal novel sama lo." elak Zaky.
Kinan mengangguk mengerti. "Ohh... Oke deh, kalo gitu."
"Sip, nanti gue jemput abis ashar."
Gadis itu mengangguk. "Kalo gitu, aku pulang dulu, kak!" pamit Kinan sambil mengenakan helmnya.
Zaky mengangguk lalu berjalan menuju ke arah motornya yang terparkir tak jauh dari motor Kinan berada. Sebelum memakai helmnya, laki-laki itu melirik sebentar ke arah Kinan yang sekarang tengah memutar balik motornya. Ia tersenyum sekilas. Gadis itu benar-benar lucu dan menarik.
"Astaghfirullah!" dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Ngapain gue merhatiin dia?"
Bantu diriku agar tidak terpengaruh ajakan setan yang nyuruh buat unpub story ini
╥﹏╥
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) METANOIA
Dla nastolatków"Kakak gak ada kerjaan banget ya. Gak bisa berhenti gangguin aku? Salah aku apa sama kakak?" "Masih nanya salah lo apa. Mau gue kasih tau ke semua orang kalo lo itu cewek mesum?" Highest rank : #10 in putih #11 in abu # 6 in abu # 5 in abu # 4 in abu