27. The Last

803 25 0
                                    

"Lo yakin mau nyanyi lagu ini, Nan?" Tanya Karin yang tengah duduk di sebuah kursi di belakang panggung sambil memegang sebuah kertas di tangannya. Kertas susunan acara yang akan dirinya dan Dio pandu hari ini.

Keadaan lapangan indoor sudah mulai ramai bahkan sejak jam 5 pagi tadi. Beberapa panitia masih sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan dan mengecek kesiapan semua yang telah mereka rancang seminggu terakhir. Meskipun mereka tidak lagi merasa khawatir akan ancaman rusaknya properti akibat terpaan hujan atau angin, tetap saja ada banyak kemungkinan lain yang mungkin bisa saja menghancurkan persiapan untuk pensi kali ini. Apalagi tema yang diusung tahun ini agak unik sekaligus rumit. Jika harus mengulang, rasanya mereka tak akan sanggup lagi.

Gadis itu mengangguk yakin. "Iya, emangnya kenapa?"

"Gak kenapa-napa sih. Tapi ini acaranya bakal rame banget loh. Temen-temen dari sekolah lain juga bakalan dateng. Lo yakin gapapa?"

"Justru bagus!"

Karin mengernyit. Umumnya seseorang akan semakin gugup jika harus tampil di depan banyak orang. Lantas, kenapa temannya yang satu ini bersikap berlawanan?

"Apanya yang bagus, bege? Lo gak gugup apa? Harus tampil di depan banyak orang kayak gitu?" Protes Karin yang memang sedari tadi menggenggam erat jemarinya yang mulai mendingin.

Kinan tertawa kecil. "Kalau gugup sih pasti ada, tapi lo harus bisa menguasai diri lo. Jangan sampai rasa gugup yang menguasai diri lo dan ujung-ujungnya bakal bikin lo jadi malu. Be your self aja lah, Rin," nasihat Kinan sambil menepuk bahu sahabatnya itu.

"Meskipun lo udah ngasih gue nasihat panjang kali lebar kaya gitu, tangan gue tetap aja dingin," cemberut Karin. "Gue mau beli teh anget dulu deh. Lo mau nitip gak?"

"Boleh."

"Jagain tempat duduk gue!" Pesan Karin sebelum dirinya berlalu pergi dari sana.

Seperginya Karin, gadis itu memutuskan untuk duduk di kursi yang sebelumnya Karin duduki. Gadis itu mulai membaca satu persatu susunan acara yang akan dilaksanakan hari ini.

"Perform..." Gumamnya sambil menyusuri beberapa list acara.

Telunjuknya berhenti tepat dimana namanya tercetak. Disana tertulis dengan jelas nama lengkapnya dan judul lagu yang akan ia bawakan. Bukan hanya Kinan, tapi ada beberapa performers lain yang namanya juga tercetak dikertas itu.

Gadis itu tertawa kecil begitu membaca judul lagu yang akan Dewa bawakan.

"Serius nih Kak Dewa bakal nyanyiin lagu ini?"

"Ngapain lo?"

Satu suara itu berhasil mengejutkan Kinan hingga ia tersedak. Gadis itu kemudian terbatuk-batuk sambil memukul-mukul dadanya.

"Eh? Lo gapapa? Nih minum dulu," Gilang dengan cekatan mengambil sebuah botol air minum di dekat sana, yang ia juga tidak tahu itu milik siapa, membukanya lalu segera memberikannya kepada gadis di dekatnya itu.

"Gimana udah mendingan?" Tanyanya begitu Kinan selesai meneguk air pemberiannya.

"Ini minum punya siapa?"

"Gatau gue, itu gue nemu disana," jawab Gilang jujur sambil menunjuk ke satu meja.

Kinan mendengus. Seniornya satu ini memang tidak pernah berubah. Selalu bersikap menyebalkan.

"Gapapa elah, ga akan sakit perut juga. Kalo air mah mau gimanapun masih air juga."

"Ya tapi kan, siapa tau udah dikasih obat airnya?!" Tanpa sadar Kinan menaikkan nada suaranya karena kesal.

(✔) METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang