Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Seperti sekolah kebanyakan, ada masa PLS sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai. Kinan bersyukur karena tidak ada lagi yang namanya MOS alias 'Masa Orientasi Siswa' seperti yang pernah ia lakukan saat SMP.
Seperti orang gila? Mungkin itu kalimat yang cocok baginya yang saat itu harus mengenakan kaos kaki berbeda warna, topi kerucut dengan balon diatasnya, kalung permen warna-warni, rok dari tali rafia, dan banyak 'hal gila' lainnya yang dituntut oleh sang senior anggota osis.
"Agendanya pagi ini kita mau ngapain dulu?" tanya Frieska―salah satu teman SMP Kinan.
"Pembukaan PLS?"
Kinan hanya mangut-mangut mendengar celotehan teman-teman masa SMP-nya―yang ia harap tidak akan satu kelas dengannya―.
"Yang udah datang tolong kumpul disini!" teriak salah satu senior yang namanya tidak ia ketahui.
Kinan dengan santainya berjalan menuju kerumunan lalu mulai berbaris dengan rapi. Banyak wajah-wajah yang asing baginya, namun beberapa sudah ada yang ia kenali.
"Hari ini adalah hari pertama kalian melakukan kegiatan PLS atau Pengenalan Lingkungan Sekolah. Pertama-tama, kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memudahkan proses PLS ini. Bagi nama-nama yang saya sebutkan, silahkan memisahkan diri dan berbaris sesuai dengan kelompoknya masing-masing"
Gue harap gue gak satu kelompok sama si Alvie. Kinan berdoa dalam hati.
"Alvie Chintia"
Pliss jangan satu kelompok plisss
"......"
"........."
"Karin Ananta"
"Kinan Putri"
Kinan langsung menutup matanya kecewa. Berharap untuk tidak satu kelompok dengan 'cewek pembuat onar' tidak terkabulkan. Pasalnya, Alvie adalah salah satu teman masa SMP yang paling Kinan benci.
"Kita satu kelompok ternyata." Alvie tiba-tiba sudah berdiri di samping Kinan sambil melipat tangannya di depan dada. Matanya menatap Kinan sinis.
Kinan balas menatapnya malas. "Emang kenapa? Lo kira gue suka gitu satu kelompok sama lo?" cuek Kinan.
"Gue sebenarnya gak suka juga sih satu kelompok sama cewek pho kayak lo!" cibir Alvie sambil tersenyum meremehkan. "Emang beda ya, sifat cewek yang bisanya cuma ngerebut hak milik orang lain."
"Gue sama lo itu emang berbanding terbalik." jawab Kinan. "Terserah deh lo mau ngomong apa. Gue juga gak bakalan peduli lagi sama omongan lo." ia lalu memilih untuk pergi dari hadapan Alvie.
"Oke, lo liat aja nanti."
***
"Baiklah sekarang waktunya istirahat. Kembali berkumpul disini pukul 13.30"
Kinan menghela napas panjang. Setelah tiga jam duduk manis mendengarkan celotehan panjang dari semua staf-staf, ia akhirnya bisa bernapas dengan lega. Ia mengeluarkan handphone dari sakunya lalu berjalan ke arah lapangan sekolah yang jaraknya tidak jauh dari aula tempat acara PLS dilakukan. Kinan duduk dibawah sebuah batang pohon mangga. Ia mengambil beberapa selca lalu memasukkan kembali hpnya. Tak lama hpnya berdering. Sebuah telpon yang ia dapat dari seseorang yang ia panggil Mama. Ia menghirup napas dalam. Rasanya sungguh melelahkan. Ia menekan tombol 'jawab' lalu meletakkan hpnya ke samping telinga.
"Halo, Ma"
"Sayang akhirnya diangkat juga. Gimana PLSnya? Lancar?"
"Ya bisa dibilang gitu. Mama kenapa dari tadi nelpon Kinan terus?"
"Gapapa, mama cuma mau tau kabar kamu aja disana. Kamu gak di bully kan? Kalo ada senior yang jahatin kamu, kamu laporin aja ke kepala sekolahnya. Atau kamu langsung telpon mama, biar mama yang urus."
Kinan kembali menghela napas.
"Kinan gapapa kok, Ma. Mama gak perlu khawatir sama Kinan. Kinan bisa jaga diri sendiri."
"Mama tau. Mama juga yakin kalau kamu itu bisa jaga diri sendiri. Tapi Kinan tau? Dimata mama, kamu itu tetap anak gadis mama yang masih kecil."
"Tapi Kinan udah gede, Ma. Mama gak perlu over gitu sama Kinan."
"Yaudah makanya kamu cepet-cepet cari pacar biar mama gak khawatir lagi sama kamu."
"Mama apaan sih? Kinan tuh sekolah mau belajar Ma, bukannya nyari pacar."
"Mama ketemu papa pas SMA loh. Siapa tau nasib kamu sama kayak mama papa. Ketemu jodoh di SMA." perkataan mama Kinan disertai kekehan diakhir kalimatnya.
"Udah ah, Mama ngawur! Kinan mau kumpul lagi nih. Dadah, Ma."
Kinan menutup sambungan telpon antara dirinya dan sang ibunda.
"Pacar?" Kinan mendengus lalu tertawa kecut. "Emang ada yang mau pacaran sama gue?" Ia berdiri dari duduknya lalu berjalan kembali ke aula.
Dari arah seberang, seorang cowok duduk sambil meminum esnya. Matanya sibuk memperhatikan setiap langkah yang diambil oleh anak perempuan yang baru saja meninggalkan lapangan.
"Kayak pernah liat."
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) METANOIA
Novela Juvenil"Kakak gak ada kerjaan banget ya. Gak bisa berhenti gangguin aku? Salah aku apa sama kakak?" "Masih nanya salah lo apa. Mau gue kasih tau ke semua orang kalo lo itu cewek mesum?" Highest rank : #10 in putih #11 in abu # 6 in abu # 5 in abu # 4 in abu