Part 21

2K 236 8
                                    

Apa yang terjadi dengan diriku esok hari?

Rahasia menanti diujung jawaban itu, tidak ada satupun manusia yang tau, mungkin hanya menebak-nebak apakah esok akan sama seperti hari ini.

Sekali lagi seorang bernama Tara tersikap oleh tabir takdir. Dia yang lemah hanya bisa menerima dorongan dari tangan Tuhan tepat dipunggungnya agar ia terus melangkah ke depan, tanpa peduli apakah jalan yang ia lalui itu sebuah dosa ataukah pahala. Kesialan ataukah keburuntungan. Sebab yang Tara ingat dirinya tengah berada di dimensi lain dan menjadi sosok Vanilla.

-Smooth and Tasty Vanilla-
....

...

..

.


"Apakah kau senang telah bertemu dengan ibumu?" Sebenarnya ucapan tersebut tidak perlu ditanyakan lagi oleh Morrow karena sudah terlihat seberapa bahagianya Vanilla hingga terpias di wajahnya yang kini bersemu merah. Tetapi Morrow hanya ingin ada pembicaraan diantara mereka.

"Entahlah..." Tara mengehala napas pelan, di dalam dirinya terdera oleh rasa senang, heran dan takut yang saling berbaur satu sama lain.

Mereka kini tengah berada di kamar milik Vanilla. Kamar tersebut didominasi oleh warna merah muda dan masih terawat baik. Disana terdapat ranjang ukuran sedang, jadi cukup untuk istirahat mereka berdua.

Tara berdiri di tengah kamar, mengamati sekitar serta merasakan suasana yang familiar baginya. Ini seperti ruang tidurnya ketika dulu masih remaja sebelum ia memutuskan untuk pindah rumah usai kematian ibunya. Dari letak jendela yang bersebrangan dengan pohon cherry blossom, juga wallpaper kartun anak-anak. Bahkan di dinding masih terpasang poster pertunjukan akrobatik panggung Kalaido Star dari Jepang. Semuanya yang ada dikamar ini terlalu mirip, bahkan identik seperti jiplakan nyata.

Morrow duduk di pinggir ranjang, pandangannya tak lepas dari menimati Vanilla yang sedang dilanda kebingungan. Kehadiran Vanilla di dekatnya sudah menjadikan dia puas sekaligus cenderung merasa takut bila wanita itu lenyap dari dunia ini. Pemikiran yang merepotkan.

"Aku penasaran sekali. Bagaimana kau tau hotel dimana aku sedang menetap?" Celetuk Morrow secara mendadak membuat pikiran Tara spontan kembali terfokus pada maksud terselubung dari Morrow.

"Aku hanya-" Ada tanda bahanya berdering keras di telinga Tara.

"Kau tau sendiri, bahwa pihak hotel tidak akan mudah memberi tahu informasi tamu pada orang lain." Kata-kata Morrow seolah mendesak agar Vanilla tidak memiliki peluang untuk berbohong. "Kau juga tidak dekat dengan orang-orangku. Bagaimana kau bisa tau? Aneh sekali jika kau menguntitku hingga ke hotel. Karena aku pikir mana mungkin kau bisa bertindak nekat seperti itu."

Tara sudah kehabisan kata-kata sebelum melakukan pembelaan. Ia bingung harus berbuat apa untuk menghadapi pertanyaan mengerikan Morrow. Tangan Tara meremas kuat ujung swternya. 

"Vanilla, dan menurutku kau juga sedikit bersikap jahat mengambil keuntungan dari kecelakaan Tara Lipinski. Mulai dari pekerjaannya, uangnya, beberapa barang-barangnya, bahkan mengambil hati rekan kerjanya." Sejujurnya Morrow tidak terlalu ambil pusing mengenai perbuatan buruk Vanilla. Tapi dia hanya heran.

"Bukan seperti itu!" Nada suara Tara bergetar. Dia harus menahan diri hingga semua kejadian tidak terulang kembali dan apalagi sampai pria itu bisa mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

"Lalu kenapa kau melakukan hal tersebut? Dan kau seolah melarikan diri ke tempat ini setelah melakukan semuanya." Lanjut Morrow. 

"Aku hanya ingin membantunya dan aku juga sedang butuh pekerjaan. Aku mengerti jika aku memanfaatkan keadaan itu... Tapi kau tidak berhak mencampuri kehidupanku. Konsekuensi yang nanti aku hadapi, itu menjadi urusanku sendiri. Kau adalah orang lain, orang asing yang tidak pernahku kenal." Ucapan terakhir Tara benar-benar jujur dari hatinya. Morrow merupakan pria asing yang seharusnya tidak terlibat dengan kehidupannya lalu mengalami kematian sia-sia.

Smooth & Tasty Vanilla [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang