Part 25

1.8K 225 21
                                    

Baca pelan-pelan...

Dan aku tekankan, bahwa ini cerita fantasi...

Happy reading...

....

Ada Tuhan yang selalu hadir disetiap hembusan napasnya. Terbalut oleh Seluruh penjuru di alam semesta ini merupakan manifestasi dari Tuhan. Kehadiran manusia pula juga menjadi manifestasi Tuhan. Maka, janganlah kalian saling membenci, serta bersabarlah. Andai para manusia tahu, Tuhan menguji para pecinta dengan berbagai penderitaan dan kesengsaraan lalu berakhir pada pembunuhan.

Supaya manusia sadar akan lezatnya bercinta dengan Tuhan. Kembali kesisinya yang Maha Indah lagi Maha Cinta

-Tara Lipinski-

.......

Dia mengabaikan segalanya, masa lalu, jugOa dengan siapa dia saat ini. Itu yang diterlintas dipikiran Morrow. Keinginannya amat terlampau batas antara kegeoisan juga perasaan mendamba. Detik ini dan selanjutnya dia mengharapkan wanita itu lebih dari apapun, walaupun dia harus melewati kesedihan, keterpurukan juga penderitaan mendalam. Asalkan dia dapat memilikinya. Menjadi wanitanya. 

Perlahan Morrow membalas ciuman dari Vanilla sambil membelai lembut punggungnya. Kata maaf yang tadi terucap dari mulut wanita itu, sukses mengacukan pikiran dan hati Morrow. Seharusnya orang paling bersalah diantara mereka ialah dia. Sebab dia nyaris menghancurkan masa depan serta kebahagiaan wanita itu. Jangan meminta maaf padaku, jangan menangisi orang brengsek sepertiku. Seru Morrow dalam benaknya paling dalam. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Vanilla masih mengkhawatirkannya, menjaga perasaannya dengan cara lain. Vanilla tetaplah wanita baik, kenaifannya bukan menjadikan dia orang bodoh, namun orang yang paling mengerti orang lain. Terutama dirinya. 

Ciuman mereka sebagai tanda betapa berbagi rindu itu terasa bergejolak, memenuhi dada hingga sulit bernapas juga diam-diam amat manis untuk ditumpahkan. Ini hasrat yang menggetarkan siapapun. Morrow mengerang, dia segera merebakan tubuh Vanilla. Ada desakan supaya mereka saling memadukan kehangatan tubuh, memulai hubungan baru dan menjadikan masa lalu mereka sebagai pelajaran jika takdir menuntun mereka pada kebersamaan. 

"Boleh aku menginginkanmu sekali lagi?" Ujar Morrow terdengar parau saat pria itu mencoba mencumbu bagian leher Tara. Pandangannya kini dipenuhi kabut, tubuhnya menjadi sensitif akan setiap sentuhan-sentuhan yang pria itu berikan. Ia sudah tidak peduli lagi jika Morrow menganggapnya adalah sesosok Vanilla. Sebab Tara sangat bersyukur Tuhan menghakdirkan seorang kekasih pujaan untuknya. Diizinkan merasakan cinta Vanilla yang terpupuk di dalam dadanya. Andaikan kecelakaan itu tidak terjadi, andaikan ia tidak menjadi Vanilla. Apakah dia bisa menjumpai sebuah bentuk cinta sejati?

"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi sayang..." Kata-kata terdengar seperti bualana, sangat mustahil untuk dipercayai, terutama bagi pria yang pernah membuang tanpa perasaan diri Vanilla layaknya sampah. Tapi bukan masalah jika Vanilla beranggapan demikian. Janji itu sebenarnya untuk dirinya sendiri. 

"Aku-Vanilla amat mencintaimu. Janganlah merasa bersalah Morrow, aku baik-baik saja." Ujar Tara sambil menangkup wajah Morrow dengan kedua tangannya. Mereka saling beradu pandangan, memberi isyarat bahwa keduanya ingin ada penyatuan. 

"Jika begitu, jadilah kekasihku. Aku bisa memanjakanmu seumur hidup."Diri Morrow terengah. Diapun mencium kembali bibir Vanilla dengan segenap jiwanya. Tangannya berlabuh melepaskan setiap helaian baju yang melekat di tubuh ranum wanita itu. Ini hubungan paling membuat jantungnya berdebar keras sampai sulit ditahan. 

Lalu malam itu bergulir amat indah, penuh intensitas pekat dalam peraduan kasih sayang. Yang mereka sadar, di dunia ini seolah milik mereka berdua.

Smooth & Tasty Vanilla [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang