Kecemburuan yang sulit digambarkan. Merayap halus dari seluruh pandangannya ke mata Tara. Wanita itu terkejut atas pertanyaan darinya, tetapi segera dikendalikan. Benedict memang sudah menyinggung ini berkali-kali. Tanpa ada jawaban.
"Sepertinya kau memiliki masa lalu kurang menyenangkan dengannya." Benedict menebak Morrow adalah orang lain yang mungkin memiliki nama sama. Sebab penggambaran emosi cinta penuh keputusasaan Tara membuat dia benci orang tersebut.
"Kenapa kau penasaran?" Tenggorokan Tara tercekat kuat.
"Karena kau pernah memanggilku dengan nama itu. Apakah kita begitu mirip?" Kalimat Benedict mempunyai pesan membunuh.
Pada dasarnya Tara mempunyai hak untuk menyimpan ceritanya. Terutama Benedict adalah orang baru dikenal. Seharusnya dia tahu itu. Namun Tara sulit menyangkal jika dia telah melakukan kesalahan.
"Mungkin. Tapi sekarang aku menganggap kalian sangat berbeda jauh." Sebisa mungkin Tara menata kalimat demi kalimat. Sosok Benedict sama sekali belum Tara kenal secara dalam. Intuisi Tara hanya mengatakan, bahwa pria itu jelas lebih mengerikan dari Morrow. Begitu manipulatif pada setiap senyuman, sikap akrabnya dan perkataannya.
"Dia orang seperti apa?" Aneh jika menjelaskan siapa Morrow dengan Benedict yang berwajah sama.
"Aku berat menjelaskannya. Aku melakukan kesalahan besar yang membuat dia benci, dendam dan marah padaku. Aku melukainya begitu dalam sampai berapa banyakpun perhitungan, belum tentu dia akan rela memaafkanku. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga kita berjalan di takdir yang berbeda. Aku tidak mau merasakan sakit atas kecewanya setiap kali kita saling bertatapan." Namun begitu merindukan sentuhan dan ciuman membaranya. Tara memutuskan menyimpan ucapan terakhirnya.
Tubuh Tara jadi menggigil setelah memberi penjelasan sulit. Seluruh ruangan membisu, sedang tatapan Benedict kian dingin menancap jantung Tara. "Berarti pria itu sangat buruk untukmu."
Seketika Tara mencari Morrow dalam tatapan Benedict. Dia khawatir jika pria itu benar-benar Morrow yang menyembunyikan identitas. Karena jika benar. Tara akan mati.
"Jangan takut. Jelas aku berbeda dengannya. Ingat, aku pernah menolongmu dan aku tulus melakukannya." Benedict mencoba menyalurkan ketenangan, satu tangannya menangkup wajah Tara. Ibu jarinyapun ikut membelai lembut pipinya. Kini semakin jelas bentuk wajah Tara yang ternyata mungil dalam tangkupannya. Perasaan Benedict mendadak tersengat.
Tara nyaris terlena oleh perlakuan Benedict, pria itu begitu dekat sampai napas mereka menyatu satu sama lain. Saat Benedict mau mencium bibirnya, tiba-tiba suara bel apartemen berbunyi.
"Pesanan kita sepertinya sudah datang." Benedict lalu meninggalkan Tara sambil tersenyum nakal, jelas pria itu berniat menggoda Tara.
Kemudian merekapun makan bersama di meja makan. Ada berbagai menu dan semua masih dalam kondisi hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smooth & Tasty Vanilla [End]
Romance"Pukul satu dini hari, sehari setelah perayaan tahun baru, terjadi sebuah kecelakaan beruntun di sebuah persimpangan Hotel Dupont City, hingga nyaris menewaskan seorang wanita bernama Tara Lipinski berusia dua puluh lima tahun. Berita acara meliput...