Happy reading...
Baca perlahan ya..
..............................................................
Kenapa!?
Teriak jiwa Tara muak akan permainan takdir. Otaknya sulit untuk berpikir jernih. Dia hanyalah manusia yang lupa bahwa dirinya bukanlah apa-apa dihadapan kehendak Tuhan. Sulit tuk dipungkiri bila akhir cerita ini berujung pada kematian Morrow.
"Bisa kau bunuh aku?" Ucapan Tara membuat siapapun terkesiap. Demi Tuhan, Morrow benci pada kata-kata sialan tersebut. Dia bertanya hubungan antara Tara dengan Vanilla bukan malah menjerat wanita itu pada posisi buruk. Tidak ada yang salah atas niat Morrow menjaga Vanilla tetap disisinya.
"Oke.. Aku minta maaf. Aku tidak akan bertanya apapun lagi tentang ini padamu." Sebisa mungkin Morrow bujuk Vanilla agar tetap tenang. Namun tangannya langsung ditepis ketika dia mencoba menyentuh bahu wanita itu.
"Ahk........." Pandangan Tara terbelalak, dia menjerit keras lalu bergerak mundur hingga menabrak vas bunga hingga jatuh pecah dan ketegangan diantara mereka makin meningkat. Kedua tangan Tara erat menghalau dengingan keras amat menyakitkan pada telingannya. Bagaimana dia bisa menolong Morrow sedangkan jiwa Tara sendiri telah hancur berkeping-keping?
"Tenangkan dirimu." Morrow dibuat panik atas tingkah aneh Vanilla. Seumur hidup Morrow dia belum pernah membunuh seseorang, jadi bagaimana mungkin dia membunuh wanitanya?
"Jangan mendekat! Sudah kuceritakan semuanya padamu tentangku dan Tara. Apalagi yang ingin kau dengar! Sudah kukatakan pergi jauh dariku, kenapa kau masih saja tetap mengikutiku!" Bentak Tara. Dirinya berada di ambang batas akal sehat terutama sekilas ia tatap ruang tidur dimana tempat kematian Morrow di waktu yang lalu. Tangisan Tara pecah, seluruh tubuh gemetaran hebat dan dadanya sesak. Wajahnya merah padam juga keringat dingin sesaat Tara terduduk di badan lantai, pecahan beling menggores kakinya membuat dia tak bergeming sebab dirinya telah mati rasa.
"Aku-" Ujar Tara sesenggukan kemudian dia bertindak nekat dengan mencekik lehernya sendiri. Seluruh dunia terlihat kabur. Tara akhirnya mengerti kenapa ibunya dulu mengakhiri hidupnya sendiri, sebab dia tidak tahan pada semua hal di dunia ini.
"Apa yang kau lakukan!" Segera Morrow menghentikan perbuatan Vanilla. Morrow panik, mana mungkin dia diam saja melihat Vanilla bertindak gila. Apapun yang terjadi wanita itu harus tetap hidup untuknya. Morrow merengkuh erat diri Vanilla tanpa peduli wanita itu berusaha melepaskan diri. Mata Morrow terpejam kuat. Entah rahasia apa hingga Vanilla bisa menjadi seperti ini. Terlalu buruk untuk dibongkar.
"Biarkan aku mati..!"
Suara Morrow melembut. "Mana mungkin aku membiarkanmu mati. Tenanglah, semua akan baik-baik saja..."
"Aku hanya ingin kau tetap hidup."
" Jangan pikirkan apapun." Dibelailah kepala Vanilla Sejak kemarin wanita itu melewati banyak kejadian buruk. Vanilla terlalu lelah karena selang beberapa waktu Vanilla tertidur dipelukannya akibat stres berat. Pikir Morrow begitu.
****
Setelah kejadian itu, Morrow membawa Vanilla keluar negeri. Morrow paham resiko apa yang akan dia hadapi, tapi hatinya mengatakan jika dia harus menjauhkan wanita itu dari kota New York lalu membuat kehidupan baru untuk Vanilla dan Kolombia adalah pilihan terbaik.
Mansion dengan hutan sebagai pekarangan rumah hingga terkesan menyeramkan layaknya rumah hantu namun Vanilla tidak bergeming. Wanita itu lebih banyak diam, sering mengurung diri di dalam kamar. Sampai-sampai Morrow memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Vanilla. Sayang sekali dikatakan jika kondisi psikologis Vanilla amat terguncang hingga dokter meresepkan obat penenang bila ada situasi buruk menimpat wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smooth & Tasty Vanilla [End]
Romantiek"Pukul satu dini hari, sehari setelah perayaan tahun baru, terjadi sebuah kecelakaan beruntun di sebuah persimpangan Hotel Dupont City, hingga nyaris menewaskan seorang wanita bernama Tara Lipinski berusia dua puluh lima tahun. Berita acara meliput...