10.(2)

2.7K 443 47
                                    

"M-mending besok pagi aja deh." Kata Lucas gemeteran.

Doyong ikut ngangguk walaupun masih keliatan agak ragu.

Dan Jisung malah ngangkat kedua bahunya. "Makin lambat kita gerak, makin cepet kita bakal ditangkap sama polisi."

Lucas cuman bisa matung ngedenger nya dan mata nya beralih ke spion tengah. "Btw, mobilnya Ten sama Taeil gak ada."









"Ten, kabutnya makin tebel gitu lho." Daritadi Taeil celingak-celinguk dan berusaha natap sekitarnya.

Tapi percuma, karena yang bisa dia lihat itu cuman kabut putih tebal.

Sedangkan Ten terus ngejalanin mobil dengan pede nya. "Paling mobil mereka cuman 1 meter doang di depan kita."

"Tapi lampu nya gak keliatan lho Ten, gimana toh pie?"

Ten cuman berdeham panjang. "Oke kita berhenti dulu disini. Coba telepon Jisung."

Taeil buru-buru ngambil handphone di saku nya, tapi yang dia liat ternyata sinyalnya gak ada sama sekali.

"K-kita lagi di tengah kota kan?"

"Iya, kenapa?"

Taeil nunjukin sinyal yang terpampang di layar handphone nya. "Panggilan urgent doang lho ini, warnanya merah pula."

"Lha kok aneh."

Brak!

"EBANGSAT APA ITU WOY LONCAT ANJER WOY BANGSAT BANGSAT!" Taeil rusuh sendiri dan itu ngebuat Ten jadi ikutan rusuh.

"KAMPRET MOBIL NYA TADI GOYANG ANJER WOY SIAPA ITU YANG NABRAK BANGSAT NJER NJER!" —Ten.

Setelah kepanikan mereka udah mulai reda, suasana disana juga jadi sepi lagi.

Mereka saling tatap karena tadi kaya ada sesuatu yang nabrak bagian belakang mobil kenceng banget samping si mobil agak kegeser.

Napas Taeil ama Ten masih memburu, detak jantungnya juga masih dagdigdug gak karuan.

"Manusia bukan sih?" —Ten.

BRAK!

"AAAAARRRGHHHHH EMAAKK!1!1!"

Benturan yang kedua lebih kenceng lagi, Taeil ama Ten sampe berpelukan gitu dah.

"Opo to iki aku jadi merinding."

"Pakde jangan ngomong gituan."

"Nggeh nggeh."

Beberapa menit mereka diam sambil saling pelukan. Dan benturan itu udah gak ada lagi.

"Pergi aja dah pergi! Kemana ae pergi!" Suruh Taeil yang emang dah gak tahan lagi.

"Eh gimana klo di depan tu ternyata jurang woy!"

"Huweee ora sudi aku diem disini mulu toh."

Srrrttt...

"A-apa lagi tuh?" Bisik Ten yang makin erat meluk Taeil.

"TEN! CAHAYA TUH CAHAYA!" Taeil nunjuk ke arah depan mereka.

Karena disana ada cahaya yang mereka kira itu lampu mobil nya Jisung.

"Masa sih? Kok gak gerak-gerak?"

Ten dan Taeil mutusin buat lebih deket natap tu cahaya. Beberapa detik masih sama.

Sampai tiba-tiba, kabut pergi kaya ketiup angin yang kenceng banget.

Dan sesosok makhluk ntah apa itu melayang cepet ke arah mobil Taeil sama Ten.

Makhluk itu berhenti di kaca depan mobil mereka dan ngeliatin muka nya yang penuh darah juga hancur.

Di tangan kanannya yang sama-sama penuh darah itu ada lentera. Jadi ternyata sumber cahaya nya dari lentera yang dibawa si sosok tadi.

"S-setan ler." Taeil langsung pingsan.

Sedangkan Ten malah natap makhluk itu. "Mukanya kerasa familiar."

Tatapan makhluk tadi beralih ke Ten, dia gak suka klo ada yang natap gitu ke arahnya.

Alhasil, mulutnya yang robek sampai telinga itu kebuka dan ngeliatin gigi-gigi nya yang tajam.

"OH IYA! GUA TAU!" Ten ngejeda perkataannya, dan dia kaya yang gak punya rasa takut.

"YUTA!"

"RAAAWWWRRRR!" Makhluk tadi ngeluarin geraman yang sebenernya serem itu .-.

Dan perlahan-lahan wajah buruk rupa si makhluk berganti ke bentuk wajah yang lebih layak.

Iya, wajahnya berubah jadi kaya wajah Yuta biasanya.

Begitu juga sama pakaian and tangannya yang sekarang dah bersih dari darah.

Ten natap takjub perubahan itu dan masih natap lekat-lekat Yuta.

"Yuta..." —Ten.

Ntah halusinasi atau apa, tapi Ten ngerasa sekarang disana cuman ada dirinya sama Yuta. Dan kaca mobil itu kaya yang hilang gitu aja.

"Mau apa lagi kesini?"

"Yuta..."

"Aku tanya, kalian mau apa kesini?!" Bentak nya.

"K-kamu..."

"KALIAN MAU APA KESINI?!"

Lentera yang ada di tangan Yuta dilempar ke arah wajah Ten dan seketika itu juga Ten sadar dari halusinasinya.

Kabut putih tebal tadi hilang ntah kemana tapi Taeil masih pingsan.

Ten ngerutin dahinya karena tiba-tiba aja mobilnya ada di tempat lain.

Bukan di tengah Kota Osaka, tapi di sebuah halte bus tua yang kaya nya ada di tengah hutan.

"Ini ulah Yuta." —Ten.

Terror -> Yuta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang