6. Boneka Beruang

83 14 0
                                    

---***---

Safira merapikan kerudung yang dipakainya. Kerudung bermotif bunga-bunga dengan paduan warna yang tidak terlalu mencolok ini adalah hadiah dari Mama nya pagi tadi sebelum dia mandi. Kaos panjang polos berwarna abu-abu dengan celana berbahan katun yang berwarna hitam sangat selaras dengan kerudung yang dipakainya.

Safira menatap pantulan dirinya di cermin. Tatapan nya kosong, tak menunjukkan suatu apapun.

Tinngg..!!!

Suara dari ponselnya membuyarkan lamunan nya. Sejak tadi pagi Safira memang belum memegang ponselnya sama sekali karena ia sibuk membereskan buku-buku dari meja belajarnya dan menyusunnya dengan rapi di gudang. Safira meraih ponselnya yang berada di atas laci mejanya. Safira membuka ponselnya.

15 pesan, 7 panggilan suara tak terjawab dan 3 panggilan vidio tak terjawab.

Safira membuka setiap pesan yang masuk dan membalasnya. Kebanyakan dari mereka hanya mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya dan beberapa doa ataupun harapan untuk Safira kedepannya.

~~~~~

"Aduh..dimana ya? Kok nggak ada sih... tadi kan disini", seorang anak perempuan mencari-cari keberadaan sebuah benda dengan rasa cemas. Membuka setiap laci yang ada di kamar nya, membongkar kembali isi meja belajarnya.

"Aduh... gimana ya?? Mana aku belum tahu siapa yang nge gambar lagi, kan kalo aku tahu, aku bisa minta ajarin buat gambar".

"Jangan-jangan....", pikiran Misya tertuju pada rasa curiga nya. Ya.. anak itu adalah Misya, ia mencari amplop yang pagi tadi ia temukan di gudang. Sejenak ia terdiam, memikirkan sesuatu.

"Jangan-jangan udah diambil kak Fira", ucap Misya dengan asal, karena sejak pagi yang masih ada di kamarnya saat Misya mandi hanyalah Safira.

~~~~~

Iya, makasih ya buat doanya

Safira membalas semua pesan yang masuk di ponselnya.

Safira pun membuka log panggilan yang ada di ponselnya. Terdapat panggilan suara tak terjawab dari teman-teman SD maupun SMP nya. Dan beberapa panggilan vidio tak terjawab dari teman-teman SD nya.

Safira meletakkan kembali barang pipih tersebut di atas laci meja nya. Mengambil kembali gambar arsiran dan stiker nya. Ia melangkah menuju jendela, melihat suasana halaman rumah yang asri dan komplek perumahan yang nyaman. Safira melihat kembali gambar tersebut, seperti mengingat sebuah kenangan yang telah ia lalui.

"Kak.."

Suara decitan pintu terbuka dan suara panggilan yang Safira yakini ditujukan padanya itu membuyarkan lamunan Safira. Dengan refleks, Safira menoleh ke arah sumber suara. Di ambang pintu telah berdiri seorang yang dia kenal, adiknya Misya, yang menundukkan kepalanya ketika Safira menatap matanya.

"Ma..Maaf kak.., aku ganggu nggak?", Tanya Misya dengan nada takut karena telah masuk seenaknya saja ke kamar kakaknya, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Enggak kok, kenapa?", Jawab Safira dengan santai, agar adiknya tidak takut padanya.

Mata Misya tertuju pada kertas yang dibawa Kakak nya, ia mengenal kertas itu. Kertas bergambar arsiran pensil dua orang manusia. Mengetahui adiknya melihat kertas yang di bawa Safira, Safira berusaha mencairkan suasana agar adiknya tidak takut padanya.

"Kenapa?", Tanya Safira seolah-olah tak tahu arti dari tatapan adiknya, bertanya dengan nada yang lembut.
Misya terkejut, dia benar-benar tak tahu harus berkata apa.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang