21. Sisi lain

12 2 0
                                    


---***---

Tiba di depan pintu, bertepatan dengan Safira yang menghadang Rayn untuk masuk. Kini posisi mereka berhadapan. Dan entah perasaan Safira saja atau bukan, bahwa Rayn semakin mendekat ke arahnya. Satu ubin lagi, tapi Rayn menghentikan langkahnya lalu mendekap tangannya di depan dada menunggu apa yang akan dilakukan Safira.

Sedangkan Safira yang merasa ditatap intens oleh Rayn malah membuatnya merasa gugup dan sedikit takut.

"Em.. kamu enggak pulang?", Tanya Safira ragu.

"Ngusir?", Tanya Rayn balik.

"Eng...enggak, bukan git-...",

"Eh, udah pulang?", Seru seorang wanita keluar dari dalam rumah.

"Eh Ma, assalamualaikum", salam Safira menyadari kehadiran Mama nya lalu mencium tangan beliau.

"Waalaikumsalam", jawab Sarah, mamanya Safira.

"Eh, ini temen kamu?", Tanya Sarah

"Em..iy-..",

"Assalamualaikum Tante, saya Rayn temennya Safira", ucap Rayn sambil mencium punggung tangan Sarah.

"Oh.. ya udah masuk dulu yuk", ajak Sarah kepada dua orang remaja itu.

Rayn langsung berjalan memasuki rumah Safira, diikuti Safira yang ada di belakangnya. Sarah mengajak Rayn duduk di ruang tamu, sedangkan Safira langsung meminta ijin pergi ke kamarnya untuk mandi karena badannya sudah lengket.

Selesai dengan mandinya, Safira yang mengenakan pakaian kasual langsung menuju ruang tamu menengok apakah laki-laki yang tidak mengenal kata maaf itu masih ada di rumahnya. Dan ternyata masih ada, entah kapan dia akan pulang.

"Fira, sini duduk", panggil Sarah saat melihat Safira ingin ke dapur.

Safira duduk di samping mamanya. Sedangkan ekor matanya melihat Rayn yang sedang meliriknya juga, em bukan melirik sepertinya, lebih tepatnya adalah melihat secara terang-terangan. Dengan tatapan mata yang sulit dibaca oleh Safira. Entah kenapa, Rayn sangat sulit untuk dia prediksi. Tindakannya sulit ditebak atau bahkan tidak pernah ada dipemikiran Safira.

"Maaf ya nak Rayn, jadi ngerepotin sampai harus nganterin Safira pulang", ucap Sarah meminta maaf.

"Enggak masalah kok Tante, justru saya yang merasa merepotkan karena Tante harus buatin saya minum", jawab Rayn dengan tampang ramah setelah itu kembali menatap Safira.

Safira membuang muka saat Rayn melihatnya lagi. Merepotkan? Oh ayolah.... jika Mama tahu laki-laki dihadapannya ini telah membuat kepala anaknya pusing selama beberapa jam, pasti Mama akan marah!, Pikir Safira dalam hati.

"Terimakasih juga, udah mau bantu Safira saat kepalanya masih pusing, Tante enggak tahu kalau enggak ada kamu, mungkin Safira udah pingsan di jalan", tambah Sarah.

Reflek Safira mengalihkan pandangannya pada Mamanya, kemudian kepada Rayn seolah mengatakan kamu habis ngomong apa sama Mama ku?

"Udah tanggungjawab saya Tante...", jawab Rayn memfokuskan pandangannya pada Sarah.

Tunggu.. tanggungjawab?, Tanya Safira bingung dalam hati.

Melihat kerutan di dahi Safira, Rayn paham apa yang dipikirkan gadis sok kuat di depannya ini. Tapi seolah menunggu waktu, Rayn lebih memilih menjeda kalimatnya. Tentunya membuat Safira semakin menerka-nerka apa yang akan diucapkannya.

"Saya yang berbuat, saya juga yang harus bertanggung jawab. Lagi pula saya yakin dia tidak akan kuat jika harus menaiki angkutan umum dalam keadaan seperti itu. Jadi setelah saya selesai basket, saya langsung membersihkan diri di ruang basket, kemudian mengantarnya pulang",

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang