---***---Dua Minggu kemudian...
Safira pov
Aku telah bersiap dengan setumpukan kardus dan beberapa botol minum air mineral bekas. Rencananya hari ini aku akan mengerjakan tugas kelompok di rumahku bersama dua anggota kelompok ku. Satu kelompok terdiri dari 3 orang dan setiap satu kelompok harus membuat sebuah karya dari bahan-bahan bekas. Dan aku mendapat kelompok bersama dengan Alen dan Revan.
Sabtu pagi, pukul 09.00 WIB, aku telah mempersiapkan bahan-bahan yang memang menjadi bahan bawaanku. Aku membawanya ke taman depan rumahku dan ku letakkan ke tikar yang sudah ku siapkan. Tak lama teman satu kelompokku datang, Revan.
Kenapa harus Revan dulu yang datang? Kemana Alen??
Ku pastikan, dia telat kali ini.., pikir ku.Safira pov end
"Assalamualaikum Safira....", salam Revan sambil tersenyum ke arah Safira.
"Waalaikumsalam, duduk Van....", jawab Safira sambil menyuruh Revan untuk duduk di tikar itu.
"Iya,... eh rumah kamu kayaknya sepi amat, pada kemana?", Revan duduk tepat di depan Safira.
Eh ralat... tentunya ada jarak ya...."Iya, kan harinya Sabtu, adek aku pada sekolah, orang tua aku baru aja ke butik, katanya sih mau ada bisnis, jadi ketemuan sama kliennya disana deh", jawab Safira.
Revan hanya ber-oh ria sambil melihat sekeliling. Jika di lihat, rumah Safira sangat besar meskipun hanya memiliki satu lantai. Halaman depan rumah yang luas disertai dengan taman yang didesain sangat apik, membuatnya terkesan sangat mewah. Jika di bagian luarnya sangat indah, bagaimana yang dalam? Tentunya ada hiasan dan pernak-pernik yang menarik perhatian.
"Kamu nyiapin ini semua sendiri? Kenapa nggak minta bantuan aku aja?", Tanya Revan lagi sambil ikut merapikan barang-barang bekas itu.
"Kata Alen kamu nggak mau bawa-bawa ginian, ya udah aku inisiatif aja. Lagian di rumahku juga ada barang bekas kok", Safira merapikan beberapa botol bekas air mineral.
Sial si Alen, pakek ngomong gitu lagi ke Safira. Kan jadinya gue keliatan nggak peduli sama nih tugas. Padahal maksud gue kan biar dia aja yang bawa, biar gue bisa berdua sama si Safira, kicep kan gue jadinya, batin Revan dengan wajah yang.....
ya begitulah."Pagi semua nya......", suara cempreng Alen menggema di sana.
Entah sekeras apa suara itu, yang pasti Revan sampai tutup kuping, tapi Safira tampak biasa aja.
"Pagi juga...", ucap Safira lembut.
"Lain kali ngucap salam dulu ya..", sambung Safira.
"Eh iya.... maaf ya..", jawab Alen cengengesan.
"Tuh dengerin. Lagian suara Lo itu cempreng, jadi Lo nggak perlu teriak-teriak, karena tanpa teriak pun suara Lo udah bikin daun-daun di pohon jadi geter, kalo Lo teriak ntar bisa-bisa semua daunnya jadi rontok", kesal Revan sambil mengusap-usap kupingnya yang berdengung.
"Apaan sih Lo?..", ucap Alen malas lalu duduk di samping Safira, sementara Safira hanya terkekeh pelan.
Mereka bertiga memulai tugas. Dimulai dari merakit potongan-potongan kardus dan botol yang mereka buat. Hingga jadi sebuah kerangka kap lampu yang sangat simple, tetapi memiliki kesan yang mewah. Kap lampu yang mereka buat, mereka kreasikan dengan berbagai hiasan yang sangat menarik dengan pilihan warna yang elegan.
"Eh, btw nih... siswa baru di kelas kita itu udah berapa lama sih di Indonesia? Kok logat bahasa Indonesianya bisa lancar gitu ?", Tanya Alen memecah keheningan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionKamu.. Membuatku tersenyum saat aku menangis Mencoba membuat ku lupa akan luka Hanya dengan canda tawamu Namun Ada keraguan saat aku mengingatmu Ada rasa takut saat aku yakin padamu Ada rasa gelisah saat aku memikirkan mu ~~~~~ Dan untuk kamu.. Or...