16. Nomor tak dikenal

17 5 2
                                    


---***---

08.45 WIB

Beberapa siswa di tengah lapangan basket masih saja sibuk memainkan bola basket yang ada di tangannya. Entah sudah berapa kali mereka melemparkan bola tersebut ke dalam ring basket dengan jarak yang berbeda-beda. Jika di lihat secara menyeluruh, sebagian besar siswa merasa kelelahan, bahkan ada beberapa dari mereka yang mengundurkan diri. Padahal ini baru seleksi, bagaimana saat latihan nanti?

Namun rasa lelah sepertinya tak berarti bagi seorang Rayn Alfaro. Dengan semangat ia masih memainkan bola yang ada di tangannya, melewati beberapa siswa yang akan merebut bola dari nya, berlari sambil men-dribble bola dan memasukkan nya dengan gerakan yang membuat pelatih basket terpana? Oh bukan, mungkin kata kagum yang cocok untuk menggambarkan ekspresi pelatih basket tersebut. Gerakan yang sangat sempurna menjadi poin plus tersendiri dalam seleksi ini.

Tepat pukul 09.00 WIB, pelatih telah memiliki daftar peserta yang masuk ke tim inti. Namun pelatih masih belum mengumumkan hasilnya, mungkin saat ekstra kurikuler akan di sampaikan. Semua siswa dibubarkan, meskipun setelah nya beberapa dari mereka ada yang masih bermain-main di lapangan.

"Fa, mau ke kantin dulu atau langsung ganti?", Tanya Revan memberi pilihan.

"Kantin aja lah, haus gue", Alfin tiba-tiba datang mensejajarkan langkahnya dengan Revan. Sedangkan Rayn sudah ada di depannya, sedang mengembalikan bola basket ke gudang penyimpanan.

"Ngapa Lo ikut-ikutan? Nggak punya temen Lo?", Ejek Revan disertai dengan tawanya.

"Punya... banyak malah, tapi gue itu tipikal orang yang suka bergaul sama orang yang sifatnya beda-beda, pengen cari-cari pengalaman aja", jawabnya di sertai dengan tawa yang menurut Revan garing.

"Beli minum dulu", ujar Rayn tiba-tiba setelah keluar dari gudang itu sambil menyeka keringat yang ada di dahinya. Kemudian menuju kantin yang terlihat di samping lapangan itu.

"Tungguin napa?!!!!", Kesal Revan sambil mengejar Rayn dan disertai gelak tawa dari Alfin.

Skip kantin

Mata dingin Rayn menyorot penjuru kantin, mencari tempat duduk yang kosong. Setelah menemukan nya ia langsung berjalan ke arah meja itu. Namun matanya menyipit kala ia melihat seseorang yang ia kenal, tunggu.... bukan kenal, melainkan hanya tau. Ya, sebatas kata tau untuk saat ini, mungkin suatu saat kata itu akan berubah menjadi kenal? Mungkin saja kan??

Namun, Rayn berusaha mempertahankan ekspresi dinginnya, bersikap biasa saja. Dan meja yang dituju Rayn adalah meja yang bersebelahan dengan meja yang diduduki oleh orang itu.

"Mau pesen apa Lo pada?", Tanya Alfin pada Rayn dan Revan.

"Wiiiiih....., mau ntraktir nih ceritanya", ucap Revan semangat.

"Kagak, kan gue cuma nanya, mumpung gue baik nih, mau mesenin makan. Kalian pada pesen apa? Buruan napa..!!!", Jawab Alfin kesal.

"Gue gado-gado sama jus jeruk", jawab Revan sambil mengangkat tangan kanannya seperti sedang di absen oleh guru. Alfin mengangguk.

"Lo apa ?", Tanya Alfin pada Rayn.

"Air mineral", jawabannya.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang