---***---Rayn sampai di sebuah rumah mewah. Tempat singgah pertama kali dia datang ke Indonesia sebelum tempat-tempat pariwisata yang dia kunjungi dulu.
Pukul 20.48 WIB.
Cukup lama meskipun Rayn tidak terlambat, karena memang tidak ada waktu yang diajukan oleh seseorang yang akan ditemuinya saat ini.
Setelah pulang dari kediaman Safira, Rayn tidak langsung pulang ke apartemennya. Rayn mampir sebentar ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan instan untuk mengisi kulkasnya.
Maklum, remaja laki-laki seperti dirinya memang tidak pandai dalam urusan dapur. Kebiasaannya setiap hari hanya men-delive makanan jika jamnya makan. Lalu mengambil beberapa minuman botol ataupun kaleng dan snake di kulkasnya sebagai cemilan.
Sebelum kembali ke apartemennya, Rayn menyempatkan diri untuk menghidupkan handponenya. Melihat apakah ada sesuatu yang penting yang ia lewatkan. Dan ternyata banyak panggilan tak terjawab dan belasan pesan dari neneknya dan Revan.
Tidak menunggu lama, Rayn segera membukanya. Inti dari pesan neneknya adalah Rayn harus segera kembali ke rumah neneknya, sama halnya dengan pesan dari Revan. Dan pesan itu diterima sejak pukul lima sore. Artinya Rayn sudah mengabaikan pesan dari neneknya hampir selama empat jam.
Bukan alasan sepele jika neneknya sudah menghubunginya beberapa kali. Pastinya ada sesuatu yang sangat penting. Dan bodohnya, Rayn mematikan ponselnya. Semoga saat bertemu nanti Rayn masih bisa menyelamatkan gendang telinganya.
Setelah memarkirkan mobilnya, Rayn segera masuk ke rumah itu. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya setelah membuka pintu utama adalah sesosok wanita yang sudah berumur duduk dengan anggun di sofa yang ada di ruang tamu, namun tatapan matanya seolah mengisyaratkan bahaya. Dan disampingnya ada seorang lelaki paruh baya yang sibuk dengan cangkir yang ada di tangannya.
"Jam berapa sekarang?" Tanya wanita itu dengan tatapan tajamnya.
"Jam sembilan kurang sepuluh menit." Rayn melihat jam tangannya sambil berjalan menuju wanita tersebut.
Rayn mendudukkan dirinya dengan tenang sambil melirik ke arah tangga. Seorang laki-laki turun dari lantai dua dengan membawa sebuah modul pembelajaran.
"Baru dateng Lo? Kemana aja Lo tadi?" Tanya laki-laki tersebut sambil duduk di sampingnya.
"Supermarket."
"Selama itu? Lo di supermarket ngapain? Nyari ikan paus? Apa Putri duyung?" Tanya Revan sedikit jengkel.
"Nyari jodoh buat Lo."
"Nggak usah bercanda! Gue lagi nggak mood ngomongin jodoh. Kasihan tuh Oma, nungguin Lo dari sore sampai habis magrib di apartemen. Mana gue lagi yang kena semprotnya!" Gerutu Revan.
"Revan!" Tegur wanita yang sudah berumur itu yang langsung membuat Revan terdiam.
"Biasa lah, anak muda zaman sekarang. Iya kan Rayn Alfaro?" Ucap lelaki itu setelah meletakkan cangkirnya di meja.
"Kamu ini gimana sih?! Kok malah belain cucunya? Harusnya marahin dong! Cucu enggak inget pulang, malah keluyuran. Nggak ada bedanya dia di Jerman sama di sini." Marah Oma.
"Oma nggak mau tahu. Pokoknya kalian berdua harus tinggal di rumah Oma. Kalian ini cucu yang tidak punya rasa kasihan ke Oma ya! Bukannya jenguk Oma tiap minggunya, kalian malah biasa aja, seolah-olah kalian nggak punya Oma gitu?!"
Rayn dan Revan sebelumnya sudah bersiap-siap dengan amukan Oma mereka. Pasalnya semenjak Rayn dan Revan memutuskan untuk tinggal di apartemen, mereka tidak pernah mengunjungi Oma nya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionKamu.. Membuatku tersenyum saat aku menangis Mencoba membuat ku lupa akan luka Hanya dengan canda tawamu Namun Ada keraguan saat aku mengingatmu Ada rasa takut saat aku yakin padamu Ada rasa gelisah saat aku memikirkan mu ~~~~~ Dan untuk kamu.. Or...