17. Canggung

29 5 4
                                    


---***---

Laki-laki itu keluar dengan senyuman yang mengembang jelas di bibirnya setelah guru mapel terakhir keluar dari kelas barunya. Rencananya kali ini ia akan menemui seseorang yang sangat dia rindukan. Meskipun di kantin tadi ia sudah bertemu dengannya.

Safira, seorang gadis yang sangat ia kenali, gadis yang selalu membuatnya tegar ketika ia rapuh, gadis yang selalu membuatnya tenang ketika ia gelisah, gadis yang selalu membuatnya tersenyum kembali ketika ia bersedih. DULU

Iya, bersedih. Jangan dikira laki-laki seperti dirinya tidak bisa merasakan sedih, apalagi menangis. Dirinya tidak peduli jika ia dicap sebagai laki-laki lemah, karena menurutnya menjadi laki-laki kuat bukan berarti tidak pernah menangis.

Lupakan soal laki-laki lemah. Kita beralih pada sosok gadis yang masih dirindukan nya. Saat di kantin tadi, ia banyak berbicara dengan Safira. Tentang bagaimana kehidupan nya ketika jauh dari Safira. Katakanlah ia terlalu berlebihan dalam mengungkapkan perasaanya, tapi jujur itu diperlukan dalam suatu hubungan bukan?

Berbicara soal hubungan, saat ini ia dan Safira berstatus hanya sebagai teman. Meskipun dalam hatinya, ia menginginkan hubungan yang lebih serius kedepannya. Takdir siapa yang tahu?
Bisa saja Safira adalah jodoh yang disiapkan Tuhan untuknya. Dan tugasnya saat ini adalah menyiapkan bekal masa depan untuk kehidupan nya nanti, tentunya seraya berdoa agar hubungannya dengan Safira baik-baik saja sampai ajal menjemput mereka.

Kini laki-laki itu telah menapaki kakinya di sepanjang koridor kelas 10 jurusan IPA. Tak heran banyak mata yang memperhatikannya, karena letak kelas 10 yang bangunannya berada di samping, tentunya jauh dari gerbang sekolah, dan tidak mungkin jika orang itu akan keluar dari sekolah melewati jalan yang lebih jauh daripada melewati jalan tercepat.

Tapi laki-laki itu seakan tidak peduli dengan argumen orang-orang, karena tujuannya adalah kelas 10 Mipa 2, kelas Safira.

10 Mipa 1

Tulisan itu tertera pada papan kelas yang menggantung di atas pintu masuk sebuah kelas. Tandanya kelas Safira berada satu ruangan lagi dari kelas ini. Samar-samar, laki-laki itu melihat dua remaja yang sedang berbicara di depan kelas 10 Mipa 2. Hatinya berkata bahwa itu adalah gadis yang ia cari, Safira. Tapi, dengan siapa dia sekarang? Mengapa hanya berdua ?

---***---

Safira dan Rayn

Kenapa Rayn?
Karena laki-laki yang memanggilnya tadi adalah Rayn, anak pindahan dari Jerman.

Rayn mendekat ke arah Safira. Namun, seolah memberi jarak, Safira mundur satu langkah dan Rayn memaklumi nya.

"Kamu.. yang tadi.. chatt aku?", Tanyanya gugup setelah diam terlalu lama.

"Iya, kenapa? Nggak suka?", Jawab Rayn datar.

"Bukan bukan, bukan.. bukan gitu maksudnya, maksud aku-",

"Udahlah, nggak perlu dibahas. Gue cuma mau pinjem buku biologi sama buku kimia Lo, gue ketinggalan banyak materi soalnya!!", pintanya memotong ucapan Safira.

Safira diam. Namun detik selanjutnya ia membuka tasnya, mencari sesuatu.

"Nih..., buku biologi aku lagi di pinjem sama Aya. Mungkin besok dikembaliin, jadi kamu bawa buku kimia ku aja dulu, kalo bisa besok dikembaliin ya, soalnya tadi ada tugas..", jelasnya menyodorkan buku kimia yang tersampul rapi.

Belum saja buku itu diterima oleh Rayn, sebuah suara tiba-tiba menginstruksi

"Assalamualaikum..", suara seseorang tiba-tiba datang dari belakang Safira.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang