---***---Safira benar-benar gugup, padahal orang yang bertanya padanya berada di seberang telepon, bukan di hadapannya secara langsung.
Safira tak berbicara apapun.
Hening..
Dari seberang telepon, Sasya mengulang pertanyaannya lagi."Fir, gimana?
"Emm... gimana ya sya?a.. aku..aku juga nggak ngerti sama, sama apa yang aku rasain.", Ucap Safira terbata-bata.
"Aduh...", jawab Sasya dengan nada kesal.
"Giniya Ra, kalo kamu sendiri aja masih ragu sama perasaan kamu sendiri, gimana aku bisa tahu.."
"Tapi menurut aku, kayaknya kamu suka deh sama Ryan. Kenyataan nya aja kamu ngerasa kehilangan, pakek acara nangis juga padahal dia kan cuma temenan sama kamu", jelas Sasya panjang lebar.
"Massa sih aku suka sama Ryan?, Tapi kayaknya nggak mungkin deh Sya.", Sanggah Safira.
"Terserah deh", jawab Sasya.
"Kamu tuh sebenernya pacaran nggak sih sama Ryan?", Tanya nya lagi."Ya nggak lah, mana mungkin aku pacaran sama dia.", Jawab Safira tegas.
Hening.. tak ada suara yang terdengar antara mereka.
"Kenapa kamu nanya kayak gitu?", Safira bertanya dengan suara yang sedikit lirih.
"Gini ya.. temen aku yang paling gemesin, tapi kalah gemes dibandingin sama aku. Kamu itu sama Ryan deket bahkan pakek banget. Jadi, temen-temen di SMP menganggap kalian itu pacaran, bukan temenan biasa".
"Tapi disisi lain, kalian nggak tahu hubungan yang kalian jalani itu apa. Karena yang ada di pikiran kamu itu kamu nggak boleh terlalu berlebihan suka sama Ryan, apalagi sampai pacaran sama Ryan, karena kamu tahu ada perbedaan yang menyulitkan kalian untuk jadi satu dalam ikatan yang namanya pacaran".
"Sedangkan Ryan berusaha mendekat sama kamu meskipun hubungannya itu cuma sebatas teman. Karena dia beranggapan bahwa lebih baik dia deket sama kamu sebagai teman dari pada harus jauh-jauhan sama kamu seperti halnya orang asing". Jelas Sasya panjang kali lebar kali tinggi kepada Safira dengan penekanan di setiap katanya.
Safira terdiam, berusaha mencerna penjelasan dari sahabatnya itu. Apa yang di katakan Sasya benar, Safira memang berpegang teguh terhadap pendiriannya, bahwa dia tidak boleh suka dengan Ryan terlalu berlebihan. Safira diam, tidak berani berkata apapun.
"Fir, sekarang kamu renungin itu, kamu sadarin dulu diri kamu. Kamu itu sebenernya punya rasa yang lebih dari sekedar teman dekat ke Ryan, tapi kamu nggak sadar adanya itu.", Suara lembut Sasya membuka mata hati Safira.
"Iya Sya. Makasih ya, udah ngasih saran ke aku.", Jawab Safira dengan nada yang lirih.
"Iya, sama-sama. Kita kan sahabatan, jadi harus saling membantu.", Sasya memberi semangat kepada Safira.
"Oh iya, dia ngasih kabar nggak ke kamu ?", Tanya nya lagi.
"Dia nggak ngasih kabar lagi sampek sekarang", ucap Safira cemberut.
"Ya udah sih, chatt aja. Siapa tahu dia lagi nunggu kamu, dia mau ngasih kabar tapi dia nggak mau ganggu waktu kamu. Mungkin dia pengen kamu tenangin diri kamu dulu terus kamu yang tanya kabarnya.
"Gitu ya??", Safira bingung.
"Iya lah..., tiap kali kalian komunikasi kan emang dia duluan yang nanyain kabar kamu, sedangkan kamu? Kamu nggak pernah nanyain kabarnya duluan kan?", Tanya Sasya.
"Iya sih.., tapi kan maksud aku tuh biar aku nggak ganggu waktu dia.", Jelas Safira.
"Iya iya, eh kamu nggak cerita gitu tentang dia yang ngerayu-rayu kamu ?", Tanya Sasya dengan suara yang bersemangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
Teen FictionKamu.. Membuatku tersenyum saat aku menangis Mencoba membuat ku lupa akan luka Hanya dengan canda tawamu Namun Ada keraguan saat aku mengingatmu Ada rasa takut saat aku yakin padamu Ada rasa gelisah saat aku memikirkan mu ~~~~~ Dan untuk kamu.. Or...