Chapter 5 - Collapse

2.5K 111 0
                                    

Pria itu memeluk ku, What?! Dia benar benar sudah sinting! Oh God aku bekerja untuk orang sinting.

"Don't go sweetheart "

Tubuhku kaku mendengar ucapan nya. Apakah ini dia? Tuhan ini tidak nyata kan? Ini semua palsu? Kenapa dia datang kembali di saat aku sedang berusaha dengan susah payah melupakan nya?.

"Please "

Elusan di rambutku menyadarkan ku kalau ini bukan lah mimpi. Ini nyata. Kenyataan pahit yang harus aku terima kembali dan aku telan bulat bulat.

"Jangan sentuh aku!" Ucap ku dengan dingin

Aku melepaskan diri dari pelukan nya. Aku menatap pria di hadapan ku. Pria yang 10 tahun berusaha aku lupakan  dengan susah payah dan sekarang dia ada di hadapan ku. Dan meruntuhkan tembok pertahanan yang aku bangun selama 10 tahun. Aku menangis kembali.

"Kenapa kau datang lagi?! Kenapa kau kembali kehadapan ku?! Kenapa?!"

"Beri aku kesempatan, ku mohon Rachel"

"Kesempatan? Kurasa kesempatan terlalu mulia untuk aku berikan kepadamu."

"Rachel, ku mohon" dia menatap ku dengan tatapan menyesal yang sangat dalam. Tapi aku terus berusaha untuk tidak peduli meski di hati kecil aku ingin sekali memeluknya.

"Memohon lah kepada tuhan, semoga dia memaafkan mu, setelah kau merendahkan ciptaannya." aku memandang dia tajam. Dengar air mata yang mengalir.

"Aku tidak sengaja melakukan itu Rachel, percayalah padaku" aku melihat dia yang mengusap rambut nya dengan kasar.

"maaf sepertinya pembicaraan kita cukup sampai di sini" ucap ku.

Aku menarik napas kali mengusap air mata yang ada di kedua mataku. Kali tersenyum kepada nya. "Maaf tuan, bersikap lah profesional sebagai rekan kerja, jangan membawa urusan pribadi pada pekerjaan. Saya permisi"

Dengan cepat aku membuka pintu lalu keluar aku berjalan dengan cepat. Untung saja aku membawa mobil jadi aku bisa langsung pergi tanpa perlu menunggu Delano menjemput ku.

Aku mengendarai mobil, tapi tidak langsung ke mansion aku sengaja agar Delano tidak mengetahui aku menangis. Aku tidak mau membuat kekasih ku khawatir padaku.

Aku berhenti sebentar untuk mengirim pesan kepada lano agar dia tidak mengkhawatirkan keadaan ku yang seperti nya akan pulang terlambat.

Rachel Waston :
Honey, Aku akan berkunjung kemansion Lukas, pria itu merindukanku karna sekarang aku sudah jarang menemuinya hehehe, pria itu memang kekanak kanakan, maaf jika aku pulang sedikit terlambat. Love you:*

Aku mengirim pesan dengan air mata yang terus menerus keluar dari mataku dan sangat sulit untuk di hentikan. Aku berusaha seceria mungkin dan tidak menunjukkan keganjilan pada pesan yang aku kirim.

Delano Robeson :
Oke, selamat bersenang senang, Oh iya tolong bawakan roti buatan Lukas, aku sangat suka sekali dengan roti buatannya, dia chef handal. Love  you more honey, take care

Aku membaca balasan pesan yang Delano kirimkan. Untung saja pria ku ini tidak posesif kepada ku, dan membolehkan ku tetap bergaul dengan sahabatku. Aku beruntung memiliki nya.

Aku menghela napas sambil menghapus air mataku yang masih mengalir. Aku harus kuat dan aku jangan menangisi nya lagi. Sudah banyak air mata yang aku keluarkan untuk pria berengsek seperti dia.

Aku menjalankan kembali mobil ku menuju mansion Lukas, sambil berulang kali menyemangati diri sendiri agar tidak menangis kembali.

Aku telah sampai di mansion Lukas. Aku bergegas masuk dan mendapati Lukas sedang menonton televisi. Aku bisa melihat wajah terkejutnya saat dia melihat ku ralat maksud ku penampilan ku yang berantakan. Sangat berantakan.

"Rachel? Ada apa?"

Tanpa pikir panjang aku langsung memeluk nya dan menangis sepuas nya, dia teman terbaik ku dan akan selalu mendengarkan semua keluh kesah ku meski Delano sama tapi aku tidak mungkin membuatnya khawatir dengan menceritakan pertemuan ku dengan Max.

"Dia kembali, L" ucap ku di sela tangis.

"Maksud mu?"

"Maxwell Russell, dia kembali"

Aku menceriakan semua nya kepada Lukas mulai dari kontrak kerja sampai aku tahu bahwa CEO MR. Company itu adalah Max, aku juga menceritakan tentang Max yang menyuruhku untuk meninggalkan Delano sampai permohonan nya agar aku kembali padanya. Semua aku ceritakan kepada Lukas.

"Stth, sudah jangan menangis lagi, wajah cantik mu tidak pantas mengeluarkan air mata seperti ini" Lukas menghapus air mataku dengan ibu jari nya.

"Apa sudah lega?"

"Sedikit" Aku tersenyum lebih tepatnya hanya menarik kedua sudut bibirku.

"Sudahlah, jangan menangisinya lagi, kau sudah bersama Delano sekarang. Lupakan dia jangan mengingatnya lagi"

"Itu yang aku lakukan selama ini l, tapi aku tidak bisa melupakan dia dengan mudah"

Aku melihat Lukas yang akan membuka mulut nya tapi tidak jadi mungkin dia bingung harus berbicara apa lagi, karna aku selalu saja berbicara seperti itu.

Lukas bangun dari duduk nya dan aku mengikuti nya, kupikir dia akan kemana ternyata dia menuju ke dapur dan terlihat seperti membuat sesuatu seperti... Roti. Astaga aku baru ingat kalau Delano minta roti buatan Lukas.

"Dari pada kau bersedih, lebih baik aku membuatkan sesuatu yang bisa membuat mu lebih baik." Ucap Lukas
_________

Aku sampai di mansion pribadi ku pukul 4 sore dan aku melihat Delano yang sedang asik dengan tontonan nya, seperti biasa grafik grafik yang tidak aku ketahui.

Aku menghempaskan tubuhku di samping Delano. Rasanya hati dan tubuhku lelah sekali hari ini. Mungkin ini akibat bertemu dengan dia.

Mata ku selalu saja ingin menangis jika mengingat dia. Tuhan jika memang kepergian dia adalah yang terbaik lalu kenapa kau bawa dia kembali di saat aku sedang melupakan nya?

"Honey, bagaimana pertemuan mu dengan CEO itu?"

Sangat tidak ku duga dan aku menyesal.

"Good, tidak ada yang buruk" nyatanya aku hanya bisa berbicara seperti itu.

"Bagaimana wajah nya? Aku penasaran sekali"

"Dia pria, mungkin seumuran denganku, wajah nya tampan tapi tidak setampan dirimu, mata nya hijau, dengan brewok tipis yang menutupi wajahnya. Terlihat lebih tua dari usianya." Tanpa sadar aku menceritakan dia sambil tersenyum dan meneteskan air mata.

"Hei, kenapa menangis apa dia seburuk itu? Tapi yang aku dengar dari ceritamu dia tampan." Delano mendekapku.

Dia.. Memang tampan, bahkan sangat tampan dan dia juga sangat dewasa, aku.. Hanya takut kejadian waktu itu terulang lagi bila aku terus bersama dia.

Tapi yang bisa aku lakukan hanya menangis dan memeluk Delano dengan erat tanpa bisa berkata kata atau mengucapkan apa yang sangat ingin aku ucapkan padanya.

"Tidak, sepertinya aku akan datang bulan. Makanya emosi ku tak terkendali" aku terkekeh sambil menelap air mata ku.

"Ya tuhan kau membuatku khawatir Honey "

Dia mengacak rambut dengan gemas lalu memeluk ku. Aku balas memeluknya dengan erat. Untuk meyakinkan diri ku kalau aku masih milik Delano seutuhnya dan untuk menyingkirkan pria berengsek itu yang meruntuhkan seluruh pertahanan ku yang aku bangun 10 tahun belakangan ini.
________

Bersambung...

Jangan lupa vote dan komennya Flowers!

Salam hangat dariku:

Bunga

Instagram :Karismabunga_

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang