Aku masih tidak percaya tentang kejadian di toko buku semalam yang membuat ku sulit tertidur, apa ini kebetulan? Bagaimana bisa aku baru mengetahui nya?
Mereka mirip bukan hanya mirip astaga tetapi sangat mirip mungkin jika mereka saling berhadapan aku yakin mereka seperti sedang bercermin tapi mereka berbeda umur bagaimana bisa sangat mirip? Meski ada beberapa perbedaan sedikit tapi jika baru melihat nya pasti akan berpikiran jika mereka adalah orang yang sama.
Kejadian di toko buku semalam sukses membuat ku berpikir keras sekarang. Dan aku rasa aku salah datang ke negara ini.
astaga kenapa ada dia di sini?
Aku dan dia masih saling bertatapan, kebencian dan kerinduan bergemuruh di dalam hati dan pikiran ku. Gejolak yang mampu membuat aku merasakan ada kupu kupu terbang di dalam perutku, geli sekali aku ingin tersenyum rasanya.
Dia masih menatapku, tapi kenapa dia seolah tidak mengenal diriku? Ada apa dengan dirinya? Aku tidak tahu tetapi dia melihat ku seperti kebingungan. Apa dia mengalami penyakit lupa ingatan mendadak?
"Sorry Ms, aku juga ingin mengambil buku yang sama dengan mu." Ucapnya lalu melepas genggaman tangan kami.
Ms? Apa dia benar benar melupakan ku? Oh kenapa hati ini rasanya sangat nyeri? Ada apa dengan ku? Kenapa aku bisa merasa sesak dan ingin menangis sekarang?
"Kau tidak tahu aku?" Tanya ku dan mencoba mencari kebohongan dari matanya.
Dia melihat ku masih dengan wajah tanda tanya dan sangat kebingungan.
"Maaf, saya belum bertemu dengan mu. Apa mungkin kita pernah bertemu di tempat lain?" Oh God kurasa dia memang benar telah melupakan ku.Aku ingin menangis ku rasa cairan bening itu telah merembes dan memaksakan keluar dari mataku.
"Hei Hei, kenapa kau menangis? Apa aku melakukan kesalahan?" Tanyanya lagi bahkan dia tidak menghapus air mataku.
"Kau benar benar melupakan ku? Apa kau tidak ingat dengan wajah ku, Max?" Tanya ku dengan pandangan yang mulai buram akibat air mata.
"Max? siapa Max? Aku bukan Max."
Ucapan nya sanggup membuat air mataku berhenti mengalir dan aku sekarang merasa seperti orang bodoh.
"Kau siapa? Apa aku bukan Maxwell Russell?" Tanya ku lagi tapi kali ini aku yakin wajahku terlihat sangat bodoh.
Pria di hadapan ku--yang entah siapa namanya-- tertawa sampai membuat nya mengeluarkan air mata. Apa sekarang aku beralih profesi menjadi pelawak?
"Astaga ku kira wajahku dengan adik ku tidak mirip lagi, ternyata masih saja mirip." Ucapnya sambil menghapus air mata di kedua sudut matanya.
"What adik?" Aku yakin sekarang aku sedang membulatkan mulutku seperti orang bodoh.
"Maxwell Russell, dia adik ku." Ucapnya dengan sisa tawa.
Astaga betapa bodohnya aku sekarang.
Aku masih saja merasa malu mengingat kejadian semalam, yang memang sangat memalukan. Rasanya aku ingin menenggelamkan diri ku di sungai Thames.
_______Aku berjalan menuju coffee shop terdekat dari apartemen, aku terlalu memikirkan tentang semalam membuat diriku pusing dan ingin meminum kopi.
Aku masih saja merasa bodoh, kenapa aku bisa langsung mengira kalau itu Max, padahal terlihat sedikit perbedaan. Yaitu warna kulit mereka, Max lebih gelap sedikit dan Charlie dia berkulit lebih putih. Mirip dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomantizmAku Rachel Waston, setelah 10 tahun berlalu ternyata melupakan perkataan nya tidak lah mudah bagi ku. Semua masih terekam jelas di memori ku. Ku kira 10 tahun cukup untuk memulihkan semua nya dan membuat keadaan baik baik saja seperti dulu - Walaup...